Amal Kebajikan yang Kekal Itu Lebih Baik Pahalanya

Tafsir Al-Qur’an: Surah Maryam ayat 76

0
597

Kajian Tafsir Surah Maryam ayat 76. Amal kebajikan yang kekal itu lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu dan lebih baik kesudahannya. Allah Subhaanahu wa Ta’aala berfirman:

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

وَيَزِيدُ اللَّهُ الَّذِينَ اهْتَدَوْا هُدًى وَالْبَاقِيَاتُ الصَّالِحَاتُ خَيْرٌ عِنْدَ رَبِّكَ ثَوَابًا وَخَيْرٌ مَرَدًّا (٧٦)

Dan Allah akan menambah petunjuk kepada mereka yang telah mendapat petunjuk. Dan amal kebajikan yang kekal itu lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu dan lebih baik kesudahannya. (Q.S. Maryam : 76)

.

Tafsir Ibnu Abbas

Wa yazīdullāhul ladzīnahtadau (dan Allah akan menambahkan kepada orang-orang yang telah mendapat hidayah) untuk beriman.

Hudā (petunjuk) berupa syariat-syariat.

Wal bāqiyātush shālihātu (dan amal-amal saleh yang kekal itu), yakni shalat lima waktu itu.

Khairun ‘iηda rabbika tsawāban (lebih baik pahalanya di sisi Rabb-mu). Maksudnya, sebaik-baik amal seorang hamba yang akan diberi pahala oleh Allah Ta‘ala adalah shalat.

Wa khairum maraddā (dan lebih baik kesudahannya), yakni memiliki tempat kembali yang lebih baik di akhirat.


BACA JUGA Kajian Tafsir Al-Qur’an Juz Ke-16 untuk ayat lainnya

Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur’an

  1. [9]Dan Allah akan menambah petunjuk kepada mereka yang telah mendapat petunjuk. Dan amal kebajikan yang kekal itu[10] lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu dan lebih baik kesudahannya[11].

[9] Setelah Allah Subhaanahu wa Ta’aala menyebutkan, bahwa orang-orang yang zalim ditambah kesesatannya oleh-Nya, maka Dia menyebutkan bahwa orang-orang yang mendapat petunjuk ditambah lagi hidayahnya karena karunia dan rahmat-Nya kepada mereka. Hidayah di sini mencakup ilmu yang bermanfaat dan amal yang saleh. Oleh karena itu, setiap orang yang menempuh suatu jalan di dalam lingkaran ilmu, iman dan amal saleh, maka Allah akan menambahnya, memudahkannya dan menambah hal lain untuknya yang tidak termasuk usahanya. Dalam ayat ini terdapat dalil bahwa iman dapat bertambah dan berkurang. Di samping itu, kenyataan pun menunjukkan demikian, karena iman adalah ucapan hati dan lisan, serta amalan hati, lisan dan anggota badan, dan kaum mukmin dalam hal ini ternyata berbeda-beda.

[10] Yaitu ketaatan atau amal saleh, seperti shalat, zakat, puasa, haji, umrah, membaca Al-Qur’an, sedekah, dzikrullah, berbuat ihsan kepada makhluk, dsb.

[11] Ayat ini membantah orang-orang zalim yang menjadikan keadaan dunia berupa harta dan anak yang banyak sebagai ukuran baiknya keadaan pemiliknya, bahkan ukuran kebahagiaan dan keberuntungan itu terletak pada iman dan amal saleh.

.

Tafsir Jalalain

  1. (Dan Allah akan menambah kepada mereka yang telah mendapat petunjuk) berkat iman mereka (hidayah) berkat ayat-ayat yang diturunkan kepada mereka (Dan amal-amal saleh yang kekal itu) yaitu ketaatan kepada Allah yang selalu dilakukan oleh seseorang (lebih baik pahalanya di sisi Rabbmu dan lebih baik kesudahannya) akhir dan kesudahan daripadanya, berbeda dengan amal perbuatan orang-orang kafir. Pengertian perbandingan kebaikan di sini sebagai kebalikan daripada perkataan orang-orang kafir, yaitu ketika mereka mengatakan, “Manakah di antara kedua golongan yang lebih baik kedudukannya?”

.

Tafsir Ibnu Katsir

Setelah Allah menyebutkan pemberian masa tangguh-Nya terhadap orang-orang yang sesat dalam kesesatannya, dan Allah menjadikan mereka bertambah sesat, kemudian Allah menyebutkan bahwa Dia menambah petunjuk kepada orang-orang yang telah mendapat petunjuk, seperti yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam ayat lain melalui firman-Nya:

وَإِذَا مَا أُنزلَتْ سُورَةٌ فَمِنْهُمْ مَنْ يَقُولُ أَيُّكُمْ زَادَتْهُ هَذِهِ إِيمَانًا

Dan apabila diturunkan suatu surat, maka di antara mereka (orang-orang munafik) ada yang berkata, “Siapakah di antara kalian yang bertambah imannya dengan (turunnya) surah ini?” (At-Taubah: 124), hingga akhir ayat berikutnya.

Adapun firman Allah Swt.:

Dan amal-amal saleh yang kekal itu. (Maryam: 76)

Tafsir mengenainya telah disebutkan di dalam surah Al-Kahfi berikut hadis-hadis yang membahas tentangnya.

lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu. (Maryam: 76)

Maksudnya, lebih baik balasan pahalanya.

dan lebih baik kesudahannya. (Maryam: 76)

Yakni lebih baik akibat dan kesudahannya bagi orang yang mengerjakannya.

قَالَ عَبْدُ الرَّزَّاقِ: أَخْبَرَنَا عُمَرُ بْنُ رَاشِدٍ، عَنْ يَحْيَى بْنِ أَبِي كَثِيرٍ، عَنْ أَبِي سَلَمَةَ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ قَالَ: جَلَسَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَاتَ يَوْمٍ، فَأَخَذَ عُودًا يَابِسًا فَحَطَّ وَرَقَهُ ثُمَّ قَالَ: إِنَّ قَوْلَ: لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، وَاللَّهُ أَكْبَرُ، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ، وَسُبْحَانَ اللَّهِ، تَحُطُّ الْخَطَايَا كَمَا تَحُطُّ وَرَقَ هَذِهِ الشَّجَرَةِ الرِّيحُ ، خُذْهُنَّ يَا أَبَا الدَّرْدَاءِ قَبْلَ أَنْ يُحَالَ بَيْنَكَ وَبَيْنَهُنَّ، هُنَّ الْبَاقِيَاتُ الصَّالِحَاتُ، وَهُنَّ مِنْ كُنُوزِ الْجَنَّةِ قَالَ أَبُو سَلَمَةَ: فَكَانَ أَبُو الدَّرْدَاءِ إِذَا ذَكَرَ هَذَا الْحَدِيثَ قَالَ: لَأُهَلِّلَنَّ اللَّهَ، وَلَأُكَبِّرَنَّ اللَّهَ، وَلَأُسَبِّحَنَّ اللَّهَ، حَتَّى إِذَا رَآنِي الْجَاهِلُ حَسِبَ أَنِّي مَجْنُونٌ

Abdur Razzaq mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ma’mar ibnu Rasyid, dari Yahya ibnu Abu Kasir, dari Abu Salamah ibnu Abdur Rahman yang mengatakan bahwa pada suatu hari Rasulullah duduk, lalu memungut sebatang kayu yang telah kering dan membuang dedaunannya, kemudian bersabda: Sesungguhnya ucapan, “Tidak ada Tuhan selain Allah, Allah Maha Besar, Maha Suci Allah, dan segala puji bagi Allah, “dapat menggugurkan dosa-dosa sebagaimana angin menggugurkan dedaunan pohon (yang telah kering) ini. Ambillah olehmu, hai Abu Darda, sebelum kamu dihalang-halangi untuk dapat mengucapkannya. Kalimat-kalimat ini merupakan amal-amal saleh yang kekal, dan ia merupakan perbendaharaan surga. Abu Salamah mengatakan bahwa Abu Darda apabila teringat akan hadis ini, ia mengatakan, “Sungguh aku akan membaca tahlil, takbir, dan tasbih kepada Allah Swt. hingga orang yang tidak mengerti mendugaku sebagai orang gila.”

Makna lahiriah hadis ini menunjukkan bahwa hadis berpredikat mursal, tetapi barangkali yang mursal berasal dari riwayat Abu Salamah dari Abu Darda. Hanya Allah yang mengetahui kebenarannya.

Demikianlah menurut apa yang terdapat di dalam Sunan Ibnu Majah melalui hadis Abu Mu’awiyah, dari Umar ibnu Rasyid, dari Yahya, dari Abu Salamah, dari Abu Darda, lalu disebutkan hadis yang semisal.

Hanya Allah Yang Maha mengetahui dan segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.

 

Artikel SebelumnyaOrang yang Mengingkari Ayat-ayat-Nya
Artikel SelanjutnyaSiapa yang Lebih Jelek Kedudukannya?