Al-Baqarah Ayat 165, Latin, Arti, dan Tafsir Pilihan

Kajian Tafsir: Surah Al-Baqarah ayat 165

0
72

Surah Al-Baqarah ayat 165 menggambarkan perbedaan dalam cinta antara orang-orang kafir yang menempatkan objek lain sebagai tandingan Allah dan orang-orang beriman yang mencintai Allah dengan sangat kuat.

Ayat ini menyiratkan bahwa beberapa manusia mencintai dan menyembah sesuatu yang bukan Allah. Namun, kekuatan cinta dan pengabdian orang-orang yang beriman kepada Allah jauh lebih besar.

Allah Subhaanahu wa Ta’aala berfirman:

وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَّتَّخِذُ مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ اَنْدَادًا يُّحِبُّوْنَهُمْ كَحُبِّ اللّٰهِ ۗ وَالَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اَشَدُّ حُبًّا لِّلّٰهِ ۙوَلَوْ يَرَى الَّذِيْنَ ظَلَمُوْٓا اِذْ يَرَوْنَ الْعَذَابَۙ اَنَّ الْقُوَّةَ لِلّٰهِ جَمِيْعًا ۙوَّاَنَّ اللّٰهَ شَدِيْدُ الْعَذَابِ

.

Tulisan Latin dan Arti Al-Baqarah Ayat 165

Mari kita simak keindahan surah Al-Baqarah ayat 165 dengan melihat teks dalam tulisan latin dan artinya.

Wa minan nāsi (dan di antara manusia).

May yattakhidzu (ada yang menjadikan).

Miη dūnillāhi aηdādan (tandingan-tandingan [tuhan-tuhan] selain Allah).

Yuhibbūnahum ka hubbillāh (mereka mencintainya sebagaimana mencintai Allah).

Wal ladzīna āmanū asyaddu (sedangkan orang-orang yang beriman sangat).

Hubbal lillāhi (cinta kepada Allah).

Wa lau yaral ladzīna zhalamū (dan kalaulah orang-orang zalim itu mengetahui).

Idz yaraunal ‘adzāba (ketika mereka melihat azab).

Annal quwwata (bahwa kekuatan itu).

Lillāhi jamī‘aw wa annallāha syadīdul ‘adzāb (semuanya kepunyaan Allah; dan bahwa Allah Itu teramat dahsyat azab-Nya).

Simak: Surah Al-Baqarah Ayat 286: Merenungi Makna Doa Orang Mukmin

.

Tafsir Surah Al-Baqarah Ayat 165

Mari kita bersama-sama merenungkan makna apa yang tafsir sampaikan mengenai Surah Al-Baqarah ayat 165 ini.

.

Tafsir Ibnu Abbas

(dan di antara manusia), yakni orang-orang kafir.

(ada yang menjadikan), yakni yang menyembah.

(tandingan-tandingan [tuhan-tuhan] selain Allah), yakni berhala-berhala.

(mereka mencintainya sebagaimana mencintai Allah), yakni sebagaimana tulusnya rasa cinta kaum mukminin kepada Allah Ta‘ala.

(sedangkan orang-orang yang beriman sangat), yakni lebih langgeng.

(cinta kepada Allah) daripada rasa cinta orang-orang kafir kepada berhala-berhalanya. Menurut satu pendapat, ayat ini berhubungan dengan orang-orang munafik yang menjadikan dirham dan dinar sebagai simpanan. Sedangkan menurut pendapat yang lain, mereka menjadikan para pemuka sebagai tuhan, selain Allah Ta‘ala.

(dan kalaulah orang-orang zalim itu mengetahui), yakni kalaulah orang-orang musyrik itu mengetahui.

(ketika mereka melihat azab) pada hari kiamat.

(bahwa kekuatan itu), yakni kekuasaan dan kekuatan itu.

(semuanya kepunyaan Allah; dan bahwa Allah Itu teramat dahsyat azab-Nya) di akhirat, niscaya mereka pun beriman ketika hidup di dunia.

Simak: Ayat Kursi, Pencerahan Jiwa dan Kehadiran Ilahi

.

Tafsir Hidayatul Insan

[12] Dan di antara manusia ada orang yang menyembah tuhan selain Allah sebagai tandingan[13], mereka mencintainya seperti mencintai Allah[14]. Adapun orang-orang yang beriman sangat besar cintanya kepada Allah[15]. Sekiranya orang-orang yang berbuat zalim itu[16] mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan semuanya milik Allah dan bahwa Allah sangat berat siksa-Nya (niscaya mereka menyesal)[17].

[12] Ayat ini dengan ayat sebelumnya terkait, ayat sebelumnya menerangkan tentang bukti-bukti keesaan Allah Subhaanahu wa Ta’aala di alam semesta, di mana bukti tersebut membuahkan ilmu yang yakin akan kebenaran keesaan Allah. Namaun anehnya, masih saja ada di antara manusia yang menjadikan makhluk sebagai tandingan bagi Allah Subhaanahu wa Ta’aala, padahal jelas sekali bukti keesaan-Nya.

[13] Tandingan dalam mengarahkan ibadah, bukan tandingan dalam menciptakan, memberi rezeki dan mengatur karena mereka (tandingan-tandingan) itu tidak bisa apa-apa, ia sendiri dicipta dan lemah. Makhluk tidaklah sebanding dengan Pencipta, Allah yang memberikan rezeki, sedangkan selain-Nya diberi rezeki, Allah Yanag Maha Kaya, sedangkan selain-Nya butuh kepada-Nya, Dia Maha Sempurna dari berbagai sisi, sedangkan selain-Nya memiliki kekurangan dari berbagai sisi. Allah yang memberikan manfa’at dan madharat, ssedangkan selain-Nya tidak berkuasa apa-apa. Dengan demikian, batil sekali orang yang mengadakan tandingan bagi Allah, baik tandingan itu berupa malaikat, nabi, orang shalih, berhala dsb. Allah-lah yang berhak dicintai secara sempurna dan disikapi dengan tunduk menghinakan diri secara sempurna.

[14] Mereka menyembah dan mengagungkan tandingan tersebut serta mencintainya seperti halnya menyembah Allah, mengagungkan-Nya dan mencintai-Nya. Jika seperti ini keadaannya, yakni hujjah tentang keesaan Allah dan bukti telah tegak maka orang tersebut adalah penentang Allah, berpaling dari memikirkan ayat-ayat-Nya baik pada dalil yang disampaikan maupun pada alam semesta. Ia tidak lagi memiliki udzur sehingga pantas untuk mendapat siksa.

[15] Melebihi cinta orang-orang musyrik kepada sesembahan mereka selain Allah. Hal itu, karena orang-orang mukmin mengikhlaskan cinta kepada-Nya, sedangkan orang-orang musyrik menyekutukan-Nya. Mereka (orang-orang mukmin) mencintai Zat yang berhak dicintai, di mana mencintai-Nya adalah sumber kebaikan dan kebahagiaan seorang hamba. Sebaliknya, orang-orang mursyrik mencintai sesuatu yang tidak berhak dicintai, jelas sekali mencintainya merupakan sumber celaka seorang hamba dan penyebab rusak kehidupannya.

[16] Orang yang zalim di sini ialah orang-orang yang menyembah selain Allah. Maksudnya, ketika orang yang zalim tersebut melihat sesembahan mereka tidak memberikan manfaat sama sekali pada hari Kiamat, mereka pasti akan mengetahui secara jelas kelemahan berhala dan apa yang mereka sembah selain Allah dan meyakini bahwa seluruh kekuatan hanya milik Allah. Tidak seperti ketika di dunia, mereka (orang-orang musyrik) menyangka bahwea sesembahan mereka memiliki kekuatan dan kemampuan, padahal sesembahan itu tidak bisa berbuat apa-apa, apalagi sampai menyelamatkan mereka dari siksa Allah pada hari kiamat.

[17] Dan tentu mereka tidak akan mengadakan tandingan bagi Allah Subhaanahu wa Ta’aala ketika di dunia.

.

Tafsir Jalalain

(Dan di antara manusia ada orang-orang yang mengambil selain dari Allah sebagai tandingan) misalnya berhala-berhala.

(Mereka mencintainya) dengan penghormatan dan ketundukan.

(sebagaimana mencintai Allah) maksudnya sebagaimana mereka mencintai-Nya.

(sedangkan orang-orang beriman lebih kuat cintanya kepada Allah) melebihi kecintaan kepada siapa pun, karena mereka tak hendak berpaling daripada-Nya dalam keadaan bagaimana pun, sementara orang-orang kafir cintanya kepada Allah itu hanyalah dalam keadaan terdesak atau terpaksa.

(Dan sekiranya kamu lihat) hai Muhammad.

(orang-orang yang aniaya) yang mengambil sekutu-sekutu bagi Allah.

(ketika mereka melihat) atau diperlihatkan kepada mereka, dalam bentuk aktif atau pun pasif.

(siksa) pastilah kamu akan menyaksikan peristiwa besar. Sedangkan ‘idz’ di sini berarti ‘idzaa’ atau ‘apabila’.

(bahwa sesungguhnya) maksudnya karena sesungguhnya.

(kekuatan itu) kekuasaan dan keunggulan.

(bagi Allah semuanya) menjadi ‘hal’,

(dan bahwa Allah itu amat berat siksaan-Nya). Menurut suatu qiraat dibaca ‘yara’ dengan titik dua di bawah, sedang yang menjadi fa`ilnya ialah dhamir atau kata ganti dari pendengar. Ada pula yang mengatakan ‘orang-orang yang aniaya’ sedangkan ‘yaraa’ berarti meyakini, sementara ‘anna’ dan kalimat yang di belakangnya berfungsi sebagai maf`ul awwal dan maf`ul tsani. Mengenai jawaban-jawaban ‘lau’ dibuang dan artinya diperkirakan sebagai berikut: Sekiranya mereka mengetahui secara pasti di atas dunia ini betapa kerasnya siksa Allah dan ketika bertemu dengan-Nya di akhirat nanti kekuasaan terpegang di tangan-Nya semata, tentulah mereka tidak akan mengambil yang lain sebagai sekutu!

Lihat: Al-Quran Juz 2: Merenungkan Kedalaman Surah Al-Baqarah

.

Tafsir Ibnu Katsir

Allah menyebutkan keadaan kaum musyrik dalam kehidupan di dunia dan apa yang bakal mereka peroleh di negeri akhirat, disebabkan mereka menjadikan tandingan-tandingan dan saingan-saingan serta sekutu-sekutu yang mereka sembah bersama Allah, dan mereka mencintai tandingan-tandingan itu sebagaimana mereka mencintai Allah. Padahal kenyataannya Allah adalah Tuhan yang tiada yang wajib disembah selain Dia. Tiada lawan, tiada tandingan, dan tiada sekutu bagi-Nya.

Di dalam hadis Sahihain disebutkan dari Abdullah ibnu Mas’ud yang menceritakan hadis berikut:

قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَيُّ الذَّنْبِ أَعْظَمُ؟ قَالَ: أَنْ تَجْعَلَ لِلَّهِ نِدًّا وَهُوَ خلَقَك

Aku bertanya, Wahai Rasulullah, dosa apakah yang paling besar? Rasulullah ﷺ menjawab, Bila kamu menjadikan tandingan bagi Allah, padahal Dialah yang menciptakan kamu.

.

Firman Allah Subhaanahu wa Ta’aala:

Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah. (Al-Baqarah: 165)

Demikian itu karena mereka cinta kepada Allah, makrifat kepada-Nya, mengagungkan-Nya, serta mengesakan-Nya; dan mereka sama sekali tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun, melainkan hanya menyembah-Nya semata dan bertawakal kepada-Nya serta kembali kepada-Nya dalam semua urusan mereka.

Kemudian Allah Subhaanahu wa Ta’aala mengancam orang-orang yang mempersekutukan diri-Nya, yang berbuat aniaya terhadap diri mereka sendiri. Untuk itu Allah Subhaanahu wa Ta’aala berfirman:

Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya. (Al-Baqarah: 165)

Sebagian Mufassirin mengatakan bahwa makna ayat ini ialah, Seandainya mereka melihat dengan mata kepala mereka sendiri siksaan tersebut, niscaya mereka mengetahui saat itu bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya.Dengan kata lain, hanya Dia sematalah yang berhak menghukumi, tiada sekutu baginya; dan bahwa segala sesuatu itu berada di bawah keperkasaan-Nya, kekuatan-Nya, dan kekuasaan-Nya. dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya. (Al-Baqarah: 165)

Seperti yang diungkapkan oleh ayat lain, yaitu firman-Nya:

فَيَوْمَئِذٍ لَا يُعَذِّبُ عَذَابَهُ أَحَدٌ * وَلا يُوثِقُ وَثَاقَهُ أَحَدٌ

Maka pada hari itu tiada seorang pun yang menyiksa seperti siksa-Nya dan tiada seorang pun yang mengikat seperti ikatan-Nya. (Al-Fajr: 25-26)

Allah berfirman, Seandainya mereka mengetahui apa yang bakal mereka alami di akhirat nanti dan mengetahui apa yang bakal menimpa mereka, yaitu siksaan yang mengerikan lagi sangat besar karena perbuatan syirik dan keingkaran mereka, niscaya mereka akan bertobat dari kesesatannya.

Hanya Allah Yang Maha mengetahui dan segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.

Selanjutnya, mari kita terus memperdalam pemahaman kita terhadap ajaran Al-Qur’an dengan merenungkan Surah Al-Baqarah Ayat 166 bersama kami di kecilnyaaku.com.

 

Artikel SebelumnyaAl-Baqarah Ayat 166, Latin, Arti, dan Tafsir Pilihan
Artikel SelanjutnyaAl-Baqarah Ayat 131, Latin, Arti, dan Tafsir Pilihan