Al-Baqarah Ayat 149, Latin, Arti, dan Tafsir Pilihan

Kajian Tafsir: Surah Al-Baqarah ayat 149

0
102

Surah Al-Baqarah Ayat 149 menegaskan pentingnya menghadap Ka’bah saat beribadah, terutama saat melakukan salat. Perintah ini menunjukkan bahwa arah kiblat yang harus mereka tuju adalah Masjidil Haram di Makkah.

Ini adalah ketentuan yang pasti dan tidak diragukan lagi. Ayat ini juga mengingatkan bahwa Allah mengetahui segala yang dilakukan oleh hamba-Nya, sehingga menekankan pentingnya ketaatan dan kesadaran akan kehadiran-Nya dalam setiap amal dan tindakan.

Allah Subhaanahu wa Ta’aala berfirman:

وَمِنْ حَيْثُ خَرَجْتَ فَوَلِّ وَجْهَكَ شَطْرَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ ۗ وَاِنَّهٗ لَلْحَقُّ مِنْ رَّبِّكَ ۗ وَمَا اللّٰهُ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعْمَلُوْنَ

.

Tulisan Latin dan Arti Al-Baqarah Ayat 149

Mari kita simak keindahan surah Al-Baqarah ayat 149 dengan melihat teks dalam tulisan latin dan artinya.

Wa min haitsu kharajta fa walli wajhaka (dan dari mana saja kamu keluar, maka palingkanlah wajahmu).

Syathra (ke arah).

Almasjidil harām, wa innahū (Masjidil Haram. Sesungguhnya ia).

Lal haqqu mir rabbik (benar-benar sesuatu yang hak dari Rabb-mu).

Wa mallāhu bi ghāfilin (dan Allah sama sekali tidak lengah).

‘Ammā ta‘malūn (atas segala apa yang kalian lakukan).

Simak: Surah Al-Baqarah Ayat 286: Merenungi Makna Doa Orang Mukmin

.

Tafsir Surah Al-Baqarah Ayat 149

Mari kita bersama-sama merenungkan makna apa yang tafsir sampaikan mengenai Surah Al-Baqarah ayat 149 ini.

.

Tafsir Ibnu Abbas

(dan dari mana saja kamu keluar, maka palingkanlah wajahmu) manakala shalat.

(ke arah), yakni ke jurusan.

(Masjidil Haram. Sesungguhnya ia), yakni Masjidil Haram.

(benar-benar sesuatu yang hak dari Rabb-mu). Maksudnya, sesungguhnya Masjidil Haram itu merupakan kiblat Ibrahim ‘alaihis salam, semoga Shalawat Allah dilimpahkan kepadanya.

(dan Allah sama sekali tidak lengah), yakni tidak akan lupa.

(atas segala apa yang kalian lakukan), termasuk yang kalian rahasiakan tentang kiblat Ibrahim ‘alaihis salam dan lain-lain.

Simak: Ayat Kursi, Pencerahan Jiwa dan Kehadiran Ilahi

.

Tafsir Hidayatul Insan

Dan dari mana saja kamu keluar[6], hadapkanlah wajahmu ke arah Masjidil Haram, sesungguhnya ketentuan itu benar-benar sesuatu yang hak dari Tuhanmu[7]. Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang kamu kerjakan[8].

[6] Yakni keluar bersafar atau keperluan lainnya, kemudian hendak mendirikan shalat.

[7] Pada ayat di atas menggunakan dua penguat, huruf inna dan lam (sesungguhnya dan benar-benar) agar tidak perlu lagi ragu dan agar tidak timbul perkiraan bahwa perintah menghadap ke Ka’bah itu hanyalah karena lebih enak, bahkan ia merupakan perintah yang sesungguhnya.

[8] Yakni bagaimana pun keadaan kita, Dia senantiasa memperhatikan dan melihatnya. Hal ini menghendaki agar kita tetap menjaga perintahnya dan menjauhi larangan-Nya.

.

Tafsir Jalalain

(Dan dari mana saja kamu keluar) untuk sesuatu perjalanan.

(maka palingkanlah wajahmu ke arah Masjidil Haram. Dan sesungguhnya itu merupakan ketentuan yang hak dari Tuhanmu dan Allah tidak lalai terhadap apa yang kamu kerjakan) dibaca dengan ta dan ya. Ayat seperti ini telah kita temui dulu dan diulang-ulang untuk menyatakan persamaan hukum dalam perjalanan dan lain-lainnya.

Lihat: Al-Quran Juz 2: Merenungkan Kedalaman Surah Al-Baqarah

.

Tafsir Ibnu Katsir

Apa yang disebutkan oleh ayat ini adalah perintah yang ketiga dari Allah Subhaanahu wa Ta’aala yang memerintahkan agar semuanya dari berbagai penjuru dunia menghadap ke arah kiblat.

Mufassirin berbeda pendapat mengenai hikmah yang terkandung di dalam pengulangan sebanyak tiga kali ini. Menurut suatu pendapat, hal ini merupakan taukid (pengukuhan), mengingat ia merupakan permulaan nasikh yang terjadi di dalam Islam, menurut apa yang di-nas-kan oleh Ibnu Abbas dan lain-lainnya.

Menurut pendapat yang lain bahkan hal ini merupakan tahapan dari berbagai keadaan. Tahapan yang pertama ditujukan kepada orang yang menyaksikan Ka’bah, tahapan yang kedua ditujukan kepada orang yang berada di dalam kota Mekah tetapi tidak melihat Ka’bah, dan tahapan yang ketiga ditujukan bagi orang yang berada di kota-kota lainnya. Demikianlah menurut pengarahan yang diketengahkan oleh Fakhrud Din Ar-Razi.

Menurut Al-Qurtubi, tahapan yang pertama ditujukan kepada orang yang berada di dalam kota Mekah, tahapan yang kedua ditujukan kepada orang yang tinggal di kota-kota lainnya, sedangkan tahapan yang ketiga ditujukan kepada orang yang berada di dalam perjalanannya. Demikianlah menurut apa yang ditarjihkan oleh Imam Qurtubi dalam jawabannya.

Menurut pendapat yang lain, sesungguhnya yang demikian itu dikemukakan hanyalah karena ia berkaitan dengan konteks yang sebelum dan yang sesudahnya. Pada awalnya Allah Subhaanahu wa Ta’aala berfirman:

قَدْ نَرَى تَقَلُّبَ وَجْهِكَ فِي السَّمَاءِ فَلَنُوَلِّيَنَّكَ قِبْلَةً تَرْضَاهَا

Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. (Al-Baqarah: 144)

Sampai dengan firman-Nya:

وَإِنَّ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ لَيَعْلَمُونَ أَنَّهُ الْحَقُّ مِنْ رَبِّهِمْ وَمَا اللَّهُ بِغَافِلٍ عَمَّا يَعْمَلُونَ

Dan sesungguhnya orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi Al-Kitab (Taurat dan Injil) memang mengetahui bahwa berpaling ke Masjidil Haram itu adalah benar dari Tuhannya, dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan. (Al-Baqarah: 144)

Dalam ayat ini Allah menyebutkan tentang permintaan Nabi ﷺ yang dikabulkan-Nya dan Allah memerintahkannya untuk menghadap ke arah kiblat yang disukainya. Kemudian dalam tahapan yang kedua Allah Subhaanahu wa Ta’aala berfirman:

Dan dari mana saja kamu keluar (datang), maka palingkanlah wajahmu ke arah Masjidil Haram; sesungguhnya ketentuan itu benar-benar sesuatu yang hak dari Tuhanmu. Dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang kalian kerjakan. (Al-Baqarah: 149)

Maka Allah Subhaanahu wa Ta’aala menyebutkan bahwa perintah tersebut adalah kebenaran yang datang dari Allah. Pada tahapan pertama disebutkan bahwa kiblat Ka’bah tersebut sesuai dengan apa yang diinginkan oleh Rasul ﷺ sendiri, dan padanya disebutkan bahwa hal tersebut merupakan kebenaran yang disukai dan diridai Allah pula.

Kemudian dalam tahapan yang ketiga disebutkan suatu hikmah yang mematahkan hujah orang-orang yang menentangnya dari kalangan orang-orang Yahudi, yaitu mereka yang memprotes masalah Rasul ﷺ yang menghadap ke arah kiblat mereka, padahal mereka mengetahui melalui kitab-kitab mereka bahwa kelak Rasul ﷺ akan dipalingkan ke arah kiblat Nabi Ibrahim ‘alaihis salam, yaitu ke Ka’bah. Demikian pula terpatahkan hujah orang-orang musyrik Arab ketika Rasu-lullah ﷺ dipalingkan dari kiblat orang-orang Yahudi ke kiblat Nabi Ibrahim ‘alaihis salam, yaitu kiblat yang lebih mulia daripada kiblat Yahudi. Mereka mengagungkan Ka’bah dan merasa takjub dengan menghadap-nya Rasul ke arah Ka’bah.

Menurut pendapat yang lain tidak demikian alasan hikmah yang terkandung dalam pengulangan ini, seluruhnya dikemukakan oleh Ar-Razi dan lain-lainnya dengan bahasan yang terinci.

Hanya Allah Yang Maha mengetahui dan segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.

Selanjutnya, mari kita terus memperdalam pemahaman kita terhadap ajaran Al-Qur’an dengan merenungkan Surah Al-Baqarah Ayat 150 bersama kami di kecilnyaaku.com.

 

Artikel SebelumnyaAl-Baqarah Ayat 150, Latin, Arti, dan Tafsir Pilihan
Artikel SelanjutnyaAl-Baqarah Ayat 148, Latin, Arti, dan Tafsir Pilihan