Akibat Bagi Orang-orang yang Menghalangi Manusia dari Jalan Allah

Tafsir Al-Qur’an: Surah Luqman ayat 6

0
884

Kajian Tafsir Surah Luqman ayat 6. Akibat bagi orang-orang yang menghalangi manusia dari jalan Allah. Allah Subhaanahu wa Ta’aala berfirman:

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

  وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَشْتَرِي لَهْوَ الْحَدِيثِ لِيُضِلَّ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ بِغَيْرِ عِلْمٍ وَيَتَّخِذَهَا هُزُوًا أُولَئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ مُهِينٌ (٦)

Dan di antara manusia (ada) orang yang mempergunakan perkataan yang sia-sia untuk menyesatkan (manusia) dari jalan Allah tanpa ilmu dan menjadikannya olok-olokan. Mereka itu akan memperoleh azab yang menghinakan. (Q.S. Luqman : 6)

.

Tafsir Ibnu Abbas

Wa minan nāsi (dan di antara manusia), yaitu an-Nadlar bin al-Harits.

May yasytarī lahwal hadītsi (ada orang yang membeli perkataan yang tidak berguna), yakni cerita-cerita yang batil, buku-buku dongeng, nujum, dan nyanyian. Menurut satu pendapat, yang dimaksud adalah kemusyrikan.

Li yudlillā (untuk menyesatkan [orang-orang]) dengan semua itu.

‘Aη sabīlillāhi (dari Jalan Allah), yakni dari agama Allah dan ketaatan kepada-Nya.

Bi ghairi ‘ilmin (tanpa ilmu), yakni tanpa dasar pengetahuan dan keterangan.

Wa yattakhidzahā huzuwā (dan menjadikan Jalan Allah sebagai olok-olok), yakni sebagai cemoohan.

Ulā-ika lahum ‘adzābum muhīn (mereka akan memperoleh azab yang menghinakan), yakni azab yang dahsyat.


BACA JUGA Kajian Tafsir Juz Ke-21 untuk ayat lainnya

Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur’an

  1. [9]Dan di antara manusia[10] (ada) orang yang mempergunakan perkataan yang sia-sia[11] untuk menyesatkan (manusia)[12] dari jalan Allah tanpa ilmu dan menjadikannya olok-olokan. Mereka itu akan memperoleh azab yang menghinakan.

[9] Setelah Allah Subhaanahu wa Ta’aala menyebutkan tentang orang-orang yang mengambil Al-Qur’an sebagai petunjuk dan mendatanginya, maka Dia menyebutkan orang yang berpaling darinya, tidak peduli terhadapnya, dan akhirnya ia mendapat hukuman, yaitu dengan digantikan untuknya ucapan yang batil, ia pun meninggalkan ucapan yang tinggi dan ucapan yang baik, dan mengantinya dengan ucapan yang paling buruk dan jelek.

[10] Yaitu orang yang berpaling dari Al-Qur’an.

[11] Yaitu ucapan-ucapan yang memalingkan hati dan menghalanginya dari tuntutan yang agung. Termasuk ke dalam perkataan yang sia-sia ini adalah setiap ucapan yang haram, setiap ucapan yang batil dan sia-sia, ucapan yang mendorong kepada kekafiran, kefasikan dan kemaksiatan, ucapan orang-orang yang menolak kebenaran, syubhat, ghibah (menggunjing orang lain), namimah (adu domba), dusta, mencaci-maki, nyanyian, hal-hal yang melalaikan yang tidak ada manfaatnya bagi agama maupun dunia.

[12] Setelah dirinya sesat, dia sesatkan orang lain. Ucapannya yang menyesatkan itu menghalanginya dari ucapan yang bermanfaat, dari amal yang bermanfaat, dari kebenaran dan jalan yang lurus. Ucapan yang sesat itu menjadi sempurna kesesatannya ketika ia mencacatkan petunjuk dan kebenaran dan menjadikan ayat-ayat Allah sebagai bahan olokan, dia mengolok-olokkannya, demikian pula mengolok-olokkan orang yang membawanya. Sehingga ketika dipadukan antara memuji yang batil dan mendorong orang lain kepadanya, mengkritik yang hak, mengolok-olokkannya, dan mengolok-olokkan orang yang membawanya, ditambah lagi dengan menyesatkan orang yang tidak berilmu, dan menipunya, maka semakin sempurnalah kesesatannya, dan bagi mereka azab yang pedih.

.

Tafsir Jalalain

  1. (Dan di antara manusia ada orang yang mempergunakan perkataan yang tidak berguna) maksudnya (untuk menyesatkan) manusia; lafal ayat ini dapat dibaca liyadhilla dan liyudhilla (dari jalan Allah) dari jalan Islam (tanpa pengetahuan dan menjadikan jalan Allah itu) kalau dibaca nashab yaitu wa yattakhidzahaa berarti diathafkan kepada lafal yudhilla, dan jika dibaca rafa’ yaitu wa yattakhidzuhaa, berarti diathafkan kepada lafal yasytarii (olok-olokan) menjadi objek ejekan dan olokan mereka. (Mereka itu akan memperoleh azab yang menghinakan) azab yang hina sekali.

.

Tafsir Ibnu Katsir

Setelah menyebutkan keadaan orang-orang yang berbahagia, yaitu mereka yang menjadikan Kitabullah sebagai petunjuk mereka dan mereka beroleh manfaat dari mendengarkan bacaannya, sebagaimana yang disebutkan di dalam firman-Nya:

اللَّهُ نزلَ أَحْسَنَ الْحَدِيثِ كِتَابًا مُتَشَابِهًا مَثَانِيَ تَقْشَعِرُّ مِنْهُ جُلُودُ الَّذِينَ يَخْشَوْنَ رَبَّهُمْ ثُمَّ تَلِينُ جُلُودُهُمْ وَقُلُوبُهُمْ إِلَى ذِكْرِ اللَّهِ ذَلِكَ هُدَى اللَّهِ يَهْدِي بِهِ مَنْ يَشَاءُ وَمَنْ يُضْلِلِ اللَّهُ فَمَا لَهُ مِنْ هَادٍ

Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) Al-Qur’an yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang, gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu mengingat Allah. (Az-Zumar: 23), hingga akhir ayat.

Kemudian dalam pembahasan selanjutnya diterangkan perihal orang-orang yang celaka, yaitu mereka yang berpaling dari Kalamullah, tidak mau mendengarkannya dan tidak mau mengambil manfaat darinya. Bahkan mereka lebih senang mendengarkan seruling, nyanyian dan suara musik. Sebagaimana yang ditakwilkan oleh Ibnu Mas’ud sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan di antara manusia (ada) orang yang mempergunakan perkataan yang tidak berguna untuk menyesatkan (manusia) dari jalan Allah. (Luqman: 6) Yang dimaksud dengan lahwul hadis ialah, demi Allah, nyanyian.

Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Yunus ibnu Abdul A’la, telah menceritakan kepada kami Ibnu Wahb, telah menceritakan kepadaku Yazid ibnu Yunus, dari AbuSakhr, dari Ibnu Mu’awiyah Al-Bajali, dari Sa’id ibnu Jubair, dari Abus Sahba Al-Bakri, bahwa ia pernah mendengar Abdullah ibnu Mas’ud saat ditanya mengenai makna firman Allah Swt.: Dan di antara manusia (ada) orang yang mempergunakan perkataan yang tidak berguna untuk menyesatkan (manusia) dari jalan Allah. (Luqman: 6) Maka Ibnu Mas’ud menjawab bahwa yang dimaksud adalah nyanyian. Demi Allah yang tidak ada Tuhan yang wajib disembah selain Dia.

Telah menceritakan kepada kami Amr ibnu Ali, telah menceritakan kepada kami Safwan ibnu Isa, telah menceritakan kepada kami Humaid Al-Kharait, dari Ammar, dari Sa’id ibnu Jubair, dari Abus Sahba bahwa ia pernah bertanya kepada Ibnu Mas’ud tentang firman-Nya: Dan di antara manusia (ada) orang yang mempergunakan perkataan yang tidak berguna. (Luqman: 6) Ibnu Mas’ud mengatakan bahwa yang dimaksud adalah nyanyian.

Hal yang sama dikatakan oleh Ibnu Abbas, Jabir, Ikrimah, Sa’id ibnu Jubair, Mujahid, Mak-hul, Amr ibnu Syu’aib, dan Ali ibnu Bazimah.

Al-Hasan Al-Basri mengatakan bahwa firman-Nya: Dan di antara manusia (ada) orang yang mempergunakan perkataan yang tidak berguna untuk menyesatkan (manusia) dari jalan Allah tanpa pengetahuan. (Luqman: 6) Maksudnya, nyanyian dan seruling (musik).

Qatadah telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan di antara manusia (ada) orang yang mempergunakan perkataan yang tidak berguna untuk menyesatkan (manusia) dari jalan Allah tanpa pengetahuan. (Luqman: 6) Demi Allah, barangkali dia tidak mengeluarkan perbelanjaan untuk itu, tetapi yang dimaksud dengan istilah syira’ itu ialah menyukainya. Sebab cukuplah kesesatan bagi seseorang bila ia memilih perkataan yang batil daripada perkataan yang hak, dan memilih hal yang mudarat daripada hal yang bermanfaat.

Menurut pendapat yang lain, yang dimaksud dengan firman-Nya: mempergunakan perkataan yang tidak berguna. (Luqman: 6) ialah membeli budak-budak perempuan untuk bernyanyi.

قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ إِسْمَاعِيلَ الأحْمَسي: حَدَّثَنَا وَكِيع، عَنْ خَلاد الصَّفَّارِ، عَنْ عُبَيْد اللَّهِ بْنِ زَحْر، عَنْ عَلِيِّ بْنُ يَزِيدَ، عَنِ الْقَاسِمِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَنْ أَبِي أُمَامَةَ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: لَا يَحُلُّ بَيْعُ الْمُغَنِّيَاتِ وَلَا شِرَاؤُهُنَّ، وَأَكْلُ أَثْمَانِهِنَّ حَرَامٌ، وَفِيهِنَّ أَنْزَلَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ عَلَيّ: {وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَشْتَرِي لَهْوَ الْحَدِيثِ

Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ismail Al-Ahmasi, telah menceritakan kepada kami Waki’, dari Khallad As-Saffar, dari Abdullah ibnu Zahr, dari Ali ibnu Yazid, dari Al-Qasim ibnu Abdur-Rahman, dari Abu Umamah, dari Nabi ﷺ yang telah bersabda: Tidak dihalalkan menjual budak-budak perempuan penyanyi dan tidak pula membeli mereka, dan memakan hasil jualan mereka haram. Sehubungan dengan mereka Allah Swt. menurunkan firman-Nya, “Dan di antara manusia (ada) orang yang mempergunakan perkataan yang tidak berguna untuk menyesatkan (manusia) dari jalan Allah.” (Luqman: 6)

Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Imam Turmuzi dan Ibnu Jarir melalui hadis Abdullah ibnu Zahr dengan lafaz yang semisal. Kemudian Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini garib, dan ia menilai daif Ali ibnu Yazid yang telah disebutkan di atas.

Menurut kami, Ali dan gurunya serta orang-orang yang menerima riwayat darinya itu semuanya berpredikat daif. Hanya Allah Yang Maha Mengetahui.

Ad-Dahhak telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan di antara manusia (ada) orang yang mempergunakan perkataan yang tidak berguna. (Luqman: 6) Bahwa yang dimaksud adalah kemusyrikan.

Hal yang sama dikatakan oleh Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam, lalu dipilih oleh Ibnu Jarir, yang kesimpulannya mengatakan bahwa setiap perkataan yang menghalang-halangi ayat-ayat Allah dan mencegah untuk mengikuti jalan¬Nya, itulah yang dinamakan lahwul hadis.

Firman Allah Swt.:

untuk menyesatkan (manusia) dari jalan Allah. (Luqman: 6)

Sesungguhnya hal tersebut dikatakan menyesatkan karena bertentangan dengan Islam dan para pemeluknya. Menurut qiraat yang membaca ya-dilla berarti huruf lam bermakna lamul ‘aqibah atau lamut ta’lil berdasarkan takdir Allah yang telah menetapkan bahwa mereka pasti berbuat demikian.

Firman Allah Swt.:

dan menjadikan jalan Allah itu olok-olokan. (Luqman: 6)

Mujahid mengatakan bahwa orang tersebut menjadikan jalan Allah sebagai bahan olok-olokannya. Sedangkan menurut Qatadah, makna yang dimaksud ialah orang tersebut menjadikan ayat-ayat Allah sebagai olok-olokan. Pendapat Mujahid lebih utama.

Firman Allah Swt.:

Mereka itu akan memperoleh azab yang menghinakan. (Luqman: 6)

Yakni sebagaimana mereka memperolok-olokkan ayat-ayat Allah dan jalan-Nya, maka mereka balas dihinakan kelak pada hari kiamat dengan azab yang kekal dan terus menerus.

Wallahu a’lam dan segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.

 

Artikel SebelumnyaApabila Dibacakan Ayat-ayat-Nya
Artikel SelanjutnyaAl-Qur’anul Karim Adalah Kitab yang Mengandung Hikmah