Urusan yang Sudah Diputuskan

Tafsir Al-Qur’an: Surah Maryam ayat 20-21

0
721

Kajian Tafsir Surah Maryam ayat 20-21. Kekuasaan Allah Subhaanahu wa Ta’aala dalam menciptakan Adam tanpa bapak dan ibu, penciptaan Hawa’ dari tulang rusuk Adam dan penciptaan Isa ‘alaihis salam dari seorang ibu tanpa bapak, hal itu  adalah suatu urusan yang sudah diputuskan, maka Maha Suci Allah Subhaanahu wa Ta’aala yang berkuasa atas segala sesuatu. Allah Subhaanahu wa Ta’aala berfirman:

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

قَالَتْ أَنَّى يَكُونُ لِي غُلامٌ وَلَمْ يَمْسَسْنِي بَشَرٌ وَلَمْ أَكُ بَغِيًّا (٢٠) قَالَ كَذَلِكِ قَالَ رَبُّكِ هُوَ عَلَيَّ هَيِّنٌ وَلِنَجْعَلَهُ آيَةً لِلنَّاسِ وَرَحْمَةً مِنَّا وَكَانَ أَمْرًا مَقْضِيًّا (٢١)

Dia (Maryam) berkata, “Bagaimana mungkin aku mempunyai anak laki-laki, padahal tidak pernah ada orang (laki-laki) yang menyentuhku dan aku bukan seorang pezina!” Dia (Jibril) berkata, “Demikianlah.” Tuhanmu berfirman, “Hal itu mudah bagi-Ku, dan agar Kami menjadikannya suatu tanda (kekuasaan Allah) bagi manusia dan sebagai rahmat dari kami; dan hal itu  adalah suatu urusan yang sudah diputuskan.” (Q.S. Maryam : 20-21)

.

Tafsir Ibnu Abbas

Qālat (dia berkata), yakni Maryam berkata kepada Jibril a.s.

Annā yakūnu lī ghulāmun (“Bagaimana mungkin aku akan mempunyai seorang anak laki-laki), yakni dari mana aku akan mempunyai seorang anak laki-laki.

Wa lam yamsasnī basyarun (sedangkan aku tidak pernah disentuh oleh seorang manusia pun), yakni tidak pernah didekati seorang suami.

Wa lam aku baghiyyā (dan aku juga bukan seorang pelacur”), yakni bukan seorang pezina.

Qāla (ia berkata), yakni Jibril a.s. berkata kepadanya.

Kadzāliki (“Demikianlah), yakni begitulah sebagaimana yang telah aku kemukakan kepadamu.

Qāla rabbuki huwa ‘alayya hayyinun (Rabb-mu berfirman, ‘Hal itu mudah bagi-Ku), yakni menciptakannya (seorang anak) dari seorang ibu tanpa ayah adalah mudah bagi-Ku.

Wa li naj‘alahū āyatan (dan supaya Kami dapat menjadikannya sebagai suatu tanda), yakni sebagai suatu bukti dan pelajaran.

Lin nāsi (bagi manusia), yakni bagi Bani Israil dengan keberadaan seorang anak tanpa ayah.

Wa rahmatam minnā (dan rahmat dari Kami) bagi orang-orang yang beriman kepadanya.

Wa kāna amram maqdliyyā (dan hal itu merupakan perkara yang sudah diputuskan), yakni suatu ketentuan yang pasti akan terjadi tentang lahirnya seorang anak tanpa ayah.


BACA JUGA Kajian Tafsir Al-Qur’an Juz Ke-16 untuk ayat lainnya

Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur’an

  1. [16]Dia (Maryam) berkata, “Bagaimana mungkin aku mempunyai anak laki-laki, padahal tidak pernah ada orang (laki-laki) yang menyentuhku[17] dan aku bukan seorang pezina!”

[16] Maryam merasa heran karena akan melahirkan anak tanpa bapak.

[17] Dengan menikahiku.

  1. Dia (Jibril) berkata, “Demikianlah[18].” Tuhanmu berfirman, “Hal itu mudah bagi-Ku, dan agar Kami menjadikannya suatu tanda (kekuasaan Allah) bagi manusia[19] dan sebagai rahmat dari kami[20]; dan hal itu[21] adalah suatu urusan yang sudah diputuskan.”

[18] Yakni diciptakan-Nya seorang anak dari kamu tanpa seorang bapak.

[19] Yang menunjukkan sempurnanya kekuasaan Allah, dan bahwa semua sebab tidaklah berpengaruh dengan sendirinya, bahkan berpengaruh dengan taqdir Allah Subhaanahu wa Ta’aala.

[20] Baik kepadanya, kepada ibunya maupun kepada manusia. Rahmat Allah kepadanya adalah dengan menjadikannya salah seorang rasul di antara rasul-rasul Allah, di mana ia akan mengajak manusia menyembah Allah dan mengesakan-Nya. Lebih dari itu, Beliau (Nabi Isa ‘alaihis salam) termasuk salah seorang rasul ulul ‘azmi. Adapun rahmat-Nya kepada ibunya adalah karena ia mendapatkan kebanggaan, pujian yang baik dan manfaat yang besar. Sedangkan rahmat-Nya kepada manusia dan menjadi nikmat terbesar bagi mereka adalah dengan mengutusnya kepada manusia, membacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, membersihkan mereka, mengajarkan mereka kitab dan hikmah, di mana jika mereka mengikutinya, maka mereka akan mendapatkan kebahagiaan di dunia dan akhirat.

.

Tafsir Jalalain

  1. (Maryam berkata, “Bagaimana akan ada bagiku seorang anak laki-laki, sedangkan tidak pernah seorang manusia pun menyentuhku) yakni mengawiniku (dan aku bukan pula seorang pezina!)” seorang pelacur.
  2. (Jibril berkata,) perkaranya memang (“Demikianlah.”) yaitu akan diciptakan bagimu seorang anak laki-laki tanpa ayah (Rabbmu berfirman, “Hal itu adalah mudah bagi-Ku) yaitu dengan cara Aku memerintahkan kepada malaikat Jibril supaya meniup dirimu, lalu karena itu kamu mengandung. Mengingat kalimat yang telah disebutkan mengandung makna illat atau kausalita, maka kalimat berikutnya di’athafkan kepadanya, yaitu (dan agar dapat Kami menjadikannya suatu tanda bagi manusia) yang menunjukkan akan kekuasaan-Ku (dan sebagai rahmat dari Kami) bagi orang-orang yang beriman kepadanya (dan hal itu adalah) penciptaan itu merupakan (suatu perkara yang sudah diputuskan)” di dalam ilmu-Ku, malaikat Jibril meniupkan nafasnya ke dalam baju kurung Maryam, seketika itu juga Maryam merasakan di dalam kandungannya terdapat seorang bayi.

.

Tafsir Ibnu Katsir

Allah Ta’aala berfirman:

Maryam berkata, “Bagaimana akan ada bagiku seorang anak laki-laki. (Maryam: 20)

Maryam merasa heran dengan berita tersebut, maka ia mengatakan, “Bagaimana aku bisa punya anak laki-laki,” dengan cara apakah akan terjadi kelahiran anak laki-laki seperti itu dariku, padahal aku bukanlah wanita yang bersuami, dan mustahil aku berbuat lacur. Karena itulah dalam ayat selanjutnya disebutkan bahwa Maryam berkata:

Sedangkan tidak pernah seorang manusia pun menyentuhku dan aku bukan pula seorang pezina. (Maryam: 20)

Al-bagyu artinya zina.

Di dalam hadis disebutkan bahwa Nabi ﷺ melarang (memakan) maskawin pelacuran, yakni imbalan yang diberikan kepada pelacur.

Jibril berkata, “Demikianlah, Tuhanmu berfirman, ‘Hal itu mudah bagi-Ku’.” (Maryam: 21)

Maka Malaikat itu berkata kepadanya dalam menjawab pertanyaannya, bahwa sesungguhnya Allah telah berfirman, “Sesungguhnya Dia akan menciptakan darimu seorang anak laki-laki, sekalipun kamu tidak punya suami dan kamu tidak pernah melakukan perbuatan lacur.” Karena sesungguhnya Dia Maha Kuasa terhadap semua apa yang dikehendaki-Nya.

Dalam firman selanjutnya disebutkan:

Dan agar Kami menjadikannya suatu tanda. (Maryam: 21)

Yaitu petunjuk dan tanda bagi manusia tentang kekuasaan Pencipta mereka yang meragamkan proses penciptaan makhluk-Nya. Dia menciptakan bapak mereka (Adam) tanpa melalui ayah dan ibu, dan Dia menciptakan istrinya (Hawa) melalui laki-laki tanpa wanita. Dan Dia menciptakan keturunannya melalui laki-laki dan wanita, kecuali Isa, karena sesungguhnya Dia menciptakan Isa melalui wanita saja, tanpa laki-laki. Dengan demikian, lengkaplah keempat proses penciptaan ini yang menunjukkan kesempurnaan kekuasaan-Nya dan kebesaran pengaruh-Nya; tidak ada Tuhan dan tidak ada Rabb selain Dia.

Firman Allah Swt.:

Dan sebagai rahmat dari Kami. (Maryam: 21)

Artinya, Kami jadikan anak itu sebagai rahmat dari Kami seorang nabi yang menyeru manusia untuk menyembah Allah Swt. dan mengesankan-Nya. Seperti yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam ayat lainnya, yaitu:

إِذْ قَالَتِ الْمَلائِكَةُ يَا مَرْيَمُ إِنَّ اللَّهَ يُبَشِّرُكِ بِكَلِمَةٍ مِنْهُ اسْمُهُ الْمَسِيحُ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ وَجِيهًا فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ وَمِنَ الْمُقَرَّبِينَ وَيُكَلِّمُ النَّاسَ فِي الْمَهْدِ وَكَهْلا وَمِنَ الصَّالِحِينَ

(Ingatlah), ketika Malaikat berkata, “Hai Maryam, sesungguhnya Allah menggembirakan kamu (dengan kalahiran seorang putra yang diciptakan) dengan kalimat (yang datang) dari-Nya, namanya Al-Masih Isa putra Maryam, seorang terkemuka di dunia dan di akhirat dan termasuk orang-orang yang didekatkan (kepada Allah), dan dia berbicara dengan manusia dalam buaian dan ketika sudah dewasa dan dia termasuk di antara orang-orang yang saleh.” (Ali Imran: 45-46)

Yakni dia menyeru manusia untuk menyembah Tuhannya sejak dalam usia buaian dan dalam usia dewasanya.

Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Abdur Rahim ibnu Ibrahim, telah menceritakan kepada kami Marwan, telah menceritakan kepada kami Al-Ala ibnul Haris Al-Kufi, dari Mujahid yang mengatakan bahwa Maryam a.s. berkata, “Apabila aku sendirian, Isa yang masih ada dalam kandunganku berbicara dan bercerita kepadaku. Apabila aku bersama dengan orang lain, maka ia bertasbih dan bertakbir di dalam perutku.”

Firman Allah Swt. :

dan hal itu adalah suatu perkara yang sudah diputuskan. (Maryam: 21)

Kalimat ini dapat ditakwilkan merupakan perkataan Jibril kepada Maryam yang menceritakan kepadanya bahwa penciptaan anak itu merupakan suatu hal yang telah ditakdirkan di dalam ilmu Allah Swt. dan telah menjadi kehendak-Nya. Dapat ditakwilkan pula bahwa kalimat ini merupakan cerita dari Allah Swt. kepada Nabi Muhammad ﷺ. Dan makna yang dimaksud adalah ungkapan kiasan yang mengandung makna bahwa Jibril melakukan tiupan ke dalam rahim Maryam. Seperti pengertian yang terdapat di dalam firman-Nya:

وَمَرْيَمَ ابْنَتَ عِمْرَانَ الَّتِي أَحْصَنَتْ فَرْجَهَا فَنَفَخْنَا فِيهِ مِنْ رُوحِنَا

dan Maryam putri Imran yang memelihara kehormatannya, maka Kami tiupkan ke dalam rahimnya sebagian dari roh (ciptaan) Kami. (At-Tahrim: 12)

Dan firman Allah Swt.:

وَالَّتِي أَحْصَنَتْ فَرْجَهَا فَنَفَخْنَا فِيهَا مِنْ رُوحِنَا

Dan (ingatlah kisah) Maryam yang telah memelihara kehormatannya, lalu Kami tiupkan ke dalam rahimnya roh dari Kami. (Al-Anbiya: 91)

Muhammad ibrru Ishaq telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: dan hal itu adalah suatu perkara yang sudah diputuskan. (Maryam: 21) Yakni sesungguhnya Allah telah menetapkan perkara itu dan bahwa perkara itu harus terjadi. Pendapat ini dipilih pula oleh Ibnu Jarir di dalam kitab tafsirnya, tiada seorang pun yang meriwayatkannya kecuali hanya dia.

Hanya Allah Yang Maha mengetahui dan segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.

 

Artikel SebelumnyaKisah Maryam Puteri Imran
Artikel SelanjutnyaMaha Suci Allah yang Berkuasa Atas Segala Sesuatu