Renungan Islami: Nafsu dan Akal

0
949
Ada hal yang menarik setelah menyimak materi khutbah yang disampaikan khatib, yaitu tentang nafsu dan akal. Langsung saya menghampiri khatib untuk meminjam materi khutbahnya. Dan saya mohon izin andaikan materi khutbahnya di share ke khalayak. Alhamdulillah Beliau mengizinkannya. Sebagian materi khutbah tersebut adalah:

“Jauh sebelum diciptakannya nabi Adam as. Allah menciptakan akal dan nafsu. Setelah akal dan nafsu diciptakan, mereka dipanggil untuk menghadap Allah, maka terjadilah dialog di antara mereka.Allah   : “Wahai akal siapakah kamu dan siapakah Aku?.

Akal    : “Aku adalah ciptaan-Mu, makhluk-Mu. Engkau adalah Penciptaku, Rabb sekalian alam.”

Tiba giliran nafsu ditanya dengan pertanyaan yang sama seperti akal.

Allah   : “Wahai nafsu siapakah kamu dan siapakah Aku?

Nafsu  : “Aku adalah aku, dan Kamu adalah Kamu,”

Disebabkan jawaban nafsu tersebut, nafsu kemudian dimasukkan ke dalam neraka selama 100 hari. Setelah 100 hari. Ditanya kembali oleh Allah dengan pertanyaan yang sama.

Allah   : “Wahai nafsu siapakah kamu dan siapakah Aku?

Nafsu  : “Aku adalah aku, dan Kamu adalah Kamu,”

Dijawab dengan jawaban yang sama, sehingga nafsu kembali dimasukkan ke dalam neraka selama 100 hari lagi. Setelah 100 hari ditanya kembali.

Allah   : “Wahai nafsu siapakah kamu dan siapakah Aku?

Nafsu  : “Aku adalah aku, dan Kamu adalah Kamu,”

Tak jera juga rupanya nafsu menjawab dengan jawaban yang sama. Kini nafsu dimasukkan kembali ke dalam neraka selama 100 hari, tetapi neraka yang berbeda dari sebelumnya yakni neraka lapar.

Selang waktu berlalu selama 100 hari. Tiba waktu ditanya kembali nafsu oleh Allah.

Allah   : “Wahai nafsu siapakah kamu dan siapakah Aku?

Nafsu  : “Aku adalah ciptaan-Mu, Engkau adalah Penciptaku,”

Akhirnya, nafsu mengakui juga bahwa dia adalah ciptaan-Nya walaupun sebelumnya harus mengikuti ego yang kuat tak mau mengikuti keberadaan Sang Pencipta. Tetapi setelah dimasukkan ke dalam neraka lapar. Nafsu tersadar dan mengakui bahwa dia adalah ciptaan Allah.

Begitulah wataknya nafsu sejak diciptakan, memiliki ego yang tinggi dengan keakuan yang tinggi pula sehingga berani menentang apa yang dikatakan oleh Allah. Karakter hawa nafsu adalah bahwa ia tidak memiliki standar kebenaran kecuali hanya “kesenangan”. Atau dengan kata lain, pertimbangan hawa nafsu itu hanya satu yaitu yang penting senang. Atas dasar inilah, kita harus berusaha sekuat tenaga untuk mengendalikannya. Ia punya sifat seperti anak kecil, jika dibiarkan, ia senang menyusu ibunya; namun jika disapih, ia akan tersapih. Kegagalan kita untuk mengendalikan hawa nafsu akan menjadikan kita terpuruk ke tempat yang paling rendah, bahkan lebih rendah dari binatang. Bagaimana tidak! Karena kegagalan kita mengendalikan hawa nafsu menjadikan semua potensi kebaikan yang kita miliki menjadi tidak memberi manfaat bahkan membahayakan dirinya dan kehidupan kemanusiaan.


BACA JUGA : Materi Tentang Akhlak dan Bahan Renungan

Kalau begitu, kita bukan saja senang dengan kehadiran Ramadhan, tetapi kita memang butuh kehadirannya. Sebab, melalui puasa itulah, kita dilatih kembali bagaimana caranya mengendalikan hawa nafsu. Rasulullah bersabda, “Tidak beriman seseorang sampai ia mampu menundukkan hawa nafsunya mengikuti apa yang datang dariku”. (Dr. H. Ahmad Husnul Hakim, IMZI)”

Semoga bermanfaat

 

Artikel SebelumnyaRasa Sepi Sering Dialami Banyak Orang
Artikel SelanjutnyaMembersihkan Dan Mensucikan Diri

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini