Perintah Allah kepada Para Malaikat Agar Sujud kepada Adam

Tafsir Al-Qur’an: Surah Thaahaa ayat 115-119

0
761

Kajian Tafsir Surah Thaahaa ayat 115-119. Kisah Nabi Adam ‘alaihis salam, perintah Allah kepada para malaikat agar sujud kepada Adam dan bagaimana mereka melaksanakan perintah Allah, berbeda dengan Iblis yang malah enggan dan bersikap sombong, serta peringatan agar tidak tertipu oleh rayuan Iblis. Allah Subhaanahu wa Ta’aala berfirman:

وَلَقَدْ عَهِدْ نَا إِلَى آدَمَ مِنْ قَبْلُ فَنَسِيَ وَلَمْ نَجِدْ لَهُ عَزْمًا (١١٥) وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلائِكَةِ اسْجُدُوا لآدَمَ فَسَجَدُوا إِلا إِبْلِيسَ أَبَى (١١٦) فَقُلْنَا يَا آدَمُ إِنَّ هَذَا عَدُوٌّ لَكَ وَلِزَوْجِكَ فَلا يُخْرِجَنَّكُمَا مِنَ الْجَنَّةِ فَتَشْقَى  (١١٧) إِنَّ لَكَ أَلا تَجُوعَ فِيهَا وَلا تَعْرَى (١١٨) وَأَنَّكَ لا تَظْمَأُ فِيهَا وَلا تَضْحَى (١١٩)

Dan sungguh, telah Kami pesankan kepada Adam dahulu, tetapi dia lupa, dan Kami tidak dapati kemauan yang kuat padanya. Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat, “Sujudlah kamu kepada Adam!” Lalu mereka pun sujud kecuali iblis; dia menolak. Kemudian Kami berfirman, “Wahai Adam! Sungguh ini (Iblis) musuh bagimu dan bagi istrimu, maka sekali-kali jangan sampai dia mengeluarkan kamu berdua dari surga, nanti kamu sengsara. Sungguh, ada (jaminan) untukmu di sana, engkau tidak akan kelaparan dan tidak akan telanjang, Dan sungguh, di sana engkau tidak akan merasa dahaga dan tidak akan ditimpa panas matahari.” (Q.S. Thaahaa : 115-119)

.

Tafsir Ibnu Abbas

Wa laqad ‘ahidnā ilā ādama (dan sungguh Kami telah memerintahkan kepada Adam), yakni Kami telah memerintahkan kepada Adam agar tidak memakan pohon tersebut.

Ming qablu (sebelumnya), yakni sebelum ia memakan pohon tersebut. Ada juga yang berpendapat, sebelum kedatangan Nabi Muhammad ﷺ.

Fa nasiya (tetapi ia lupa) sehingga mengabaikan perintah yang telah diberikan kepadanya.

Wa lam najid lahū ‘azmā (dan Kami tidak mendapati keteguhan hati padanya), yakni tekad dan kemauan kuat sebagai seorang laki-laki.

Wa idz qulnā lil malā-ikati (dan [ingatlah] ketika Kami berfirman kepada para malaikat) yang berada di bumi.

Usjudū li ādama (“Bersujudlah kalian kepada Adam”), sebagai sujud penghormatan.

Fa sajadū illā iblīsa (maka mereka pun bersujud kecuali iblis), sang pemuka para malaikat.

Abā (ia membangkang), yakni ia merasa sombong untuk bersujud kepada Adam a.s.

Fa qulnā yā ādamu inna hādzā ‘aduwwul laka wa li zaujika (kemudian Kami berfirman, “Hai Adam, sesungguhnya [iblis] ini adalah musuh bagimu dan bagi istrimu), Hawa.

Fa lā yukhrijannakumā minal jannatī (karena itu janganlah sekali-kali ia bisa mengeluarkan kalian dari surga) karena kalian mematuhinya.

Fa tasyqā (sebab kamu akan menjadi celaka), yakni sebab kamu akan mengalami kesusahan.

Inna laka allā tajū‘a fīhā (sesungguhnya kamu tidak akan mengalami kelaparan di dalamnya), yakni tidak akan mengalami kelaparan di dalam surga karena kekurangan makanan.

Wa lā ta‘rā (dan tidak akan telanjang) karena kekurangan pakaian.

Wa annaka lā tazhma-u fīhā (dan sesungguhnya kamu tidak akan merasa dahaga di dalamnya), yakni tidak akan mengalami kehausan di dalamnya.

Wa lā tadl-hā (dan tidak akan terkena cahaya matahari”), yakni tidak akan tertimpa terik matahari. Menurut yang lain, tidak akan berkeringat.


BACA JUGA Kajian Tafsir Al-Qur’an Juz Ke-16 untuk ayat lainnya

Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur’an

  1. Dan sungguh, telah Kami pesankan[7] kepada Adam dahulu, tetapi dia lupa[8], dan Kami tidak dapati kemauan yang kuat[9] padanya[10].

[7] Pesan Allah ini tersebut dalam ayat 35 surat Al Baqarah, di mana pada pesan itu, Beliau (Adam) dilarang memakan sebuah pohon.

[8] Yakni ia meninggalkan pesan Allah.

[9] Yakni keteguhan hati dan kesabaran dari perkara yang Kami larang.

[10] Apa yang dialaminya menjadi pelajaran bagi keturunannya. Tabiat keturunannya sama seperti tabiat bapak mereka; Adam. Adam lupa, keturunannya pun lupa, Adam berbuat salah, keturunannya pun berbuat salah, Adam tidak teguh hatinya, anak keturunannya pun tidak teguh hatinya. Namun kemudian Adam segera bertobat dari kesalahannya, mengakui kesalahannya, lalu dosa-dosanya diampuni. Setelah disebutkan kisah Adam secara garis besar, maka di ayat selanjutnya disebutkan kisah Adam secara lebih rinci.

  1. [11]Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat, “Sujudlah kamu kepada Adam!” Lalu mereka pun sujud kecuali iblis[12]; dia menolak[13].

[11] Setelah Allah menyempurnakan kejadian Adam dengan Tangan-Nya, mengajarkan nama-nama benda kepadanya, melebihkan dan memuliakannya, maka Allah memerintahkan kepada para malaikat untuk sujud memuliakan dan menghormati Adam, maka mereka pun sujud mengikuti perintah Allah. Ketika itu di tengah-tengah mereka ada Iblis, ia bersikap sombong terhadap perintah Allah dan enggan bersujud kepada Adam, dia berkata, “Aku lebih baik darinya. Engkau ciptakan aku dari api, sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah.” Ketika itu jelaslah permusuhannya kepada Adam dan istrinya, dan tampaklah hasadnya yang menjadi sebab permusuhan, maka Allah memperingatkan Adam dan istrinya terhadap gangguan Iblis sebagaimana diterangkan dalam ayat selanjutnya.

[12] Dia adalah nenek moyang jin, dia sebelumnya tinggal bersama malaikat dan beribadah kepada Allah bersama mereka.

[13] Dia menolak sujud kepada Adam dan berkata, “Saya lebih baik daripadanya.”

  1. Kemudian Kami berfirman, “Wahai Adam! Sungguh ini (Iblis) musuh bagimu dan bagi istrimu, maka sekali-kali jangan sampai dia mengeluarkan kamu berdua dari surga[14], nanti kamu sengsara[15].

[14] Karena di surga kamu memperoleh rezeki yang banyak dan nikmat tanpa susah payah serta istirahat yang sempurna.

[15] Yakni kamu akan kelelahan ketika keluar dari surga, di mana untuk makan, kamu harus menggarap tanah, menanaminya dengan tumbuhan, memetiknya, memasaknya dsb. Berbeda dengan di surga semua yang diinginkan ada di hadapan.

  1. Sungguh, ada (jaminan) untukmu di sana, engkau tidak akan kelaparan dan tidak akan telanjang,
  2. Dan sungguh, di sana engkau tidak akan merasa dahaga dan tidak akan ditimpa panas matahari.”

.

Tafsir Jalalain

  1. (Dan sesungguhnya telah Kami perintahkan kepada Adam) Kami telah berwasiat kepadanya, janganlah ia memakan buah pohon terlarang ini (dahulu) sebelum ia memakannya (maka ia lupa) melupakan perintah kami itu (dan tidak Kami dapati padanya kemauan yang kuat) keteguhan dan kesabaran daripada apa yang Kami larang ia mengerjakannya.
  2. (Dan) ingatlah (ketika Kami berkata kepada Malaikat, “Sujudlah kalian kepada Adam!” Maka mereka sujud kecuali iblis) dia adalah bapaknya jin, dia dahulu berteman dengan para Malaikat dan ikut menyembah Allah bersama dengan para Malaikat (ia membangkang) tidak mau sujud kepada Nabi Adam; bahkan mengatakan sebagaimana yang telah disitir oleh firman-Nya; Iblis menjawab, “Saya lebih baik daripadanya…” (Q.S. Al-A’raf, 12).
  3. (Maka Kami berkata, “Hai Adam! Sesungguhnya iblis ini adalah musuh bagimu dan bagi istrimu) yakni Siti Hawa (maka sekali-kali janganlah sampai ia mengeluarkan kamu berdua dari surga, yang menyebabkan kamu menjadi sengsara) hidup sengsara disebabkan terlebih dahulu kamu harus mencangkul, menanam, menuai, menumbuk, membuat roti dan lain sebagainya. Ungkapan sengsara di sini ditujukan hanya kepada Nabi Adam, disebabkan secara fitrah suami itu mencari nafkah buat istrinya.
  4. (Sesungguhnya kamu tidak akan kelaparan di dalamnya dan tidak akan telanjang). Lafal Allaa adalah gabungan daripada huruf An dan Laa.
  5. (Dan sesungguhnya kamu) baik dibaca Annaka atau Innaka, diathafkan kepada isimnya Inna pada ayat sebelumnya dan jumlah kalimat kelanjutannya ialah (tidak akan merasa dahaga di dalamnya) yakni tidak akan merasa haus (dan tidak pula akan ditimpa panas matahari di dalamnya”) yaitu sinar matahari di waktu dhuha tidak akan kamu alami lagi, karena di dalam surge tidak ada matahari.

.

Tafsir Ibnu Katsir

Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Sinari, telah menceritakan kepada kami Asbat ibnu Muhammad, telah menceritakan kepada kami Al-A’masy, dari Sa’id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas yang mengatakan, “Sesungguhnya manusia itu dinamakan insan tiada lain karena Allah telah memerintahkan kepadanya dahulu, lalu ia lupa kepada perintah-Nya.” Hal yang sama telah diriwayatkan  oleh Ali ibnu Abu Talhah dari Ibnu Abbas.

Mujahid mengatakan begitu pula Al-Hasan Al-Basri bahwa makna nasiya ialah meninggalkan.

Firman Allah Swt.:

Dan (ingatlah) ketika Kami berkata kepada malaikat, “Sujudlah kalian kepada Adam!” (Thaha: 116)

Allah Swt. menceritakan kemuliaan dan penghormatan yang diberikan-Nya kepada Adam dan keutamaan yang dianugerahkan kepadanya di atas kebanyakan makhluk-Nya dengan keutamaan yang sebenar-benarnya.

Pembahasan mengenai kisah ini telah dikemukakan dalam tafsir surat Al-Baqarah, Al-A’raf, Al-Hijr, serta Al-Kahfi, dan nanti di akhir tafsir surat Shad akan disebut kisah Allah menciptakan Adam dan perintah-Nya kepada para malaikat untuk bersujud kepada Adam sebagai penghormatan mereka kepada Adam. Dijelaskan pula dalam kisah itu permusuhan iblis kepada Bani Adam dan kakek moyang mereka dahulu. Karena itulah disebutkan oleh Allah Swt. dalam firman-Nya:

maka mereka sujud, kecuali iblis. Ia membangkang. (Thaha: 116)

Yaitu menolak dan sombong, tidak mau bersujud.

Maka Kami berkata, “Hai Adam, sesungguhnya ini (iblis) adalah musuh bagimu dan bagi istrimu (Siti Hawa). (Thaha: 117)

maka sekali-kali janganlah sampai ia mengeluarkan kamu berdua dari surga, yang menyebabkan kamu menjadi sengsara. (Thaha: 117)

Artinya, bersikap waspadalah kamu terhadapnya. Dia akan berusaha mengeluarkan kamu dari surga, yang akibatnya kamu akan hidup payah, lelah, dan sengsara dalam mencari rezekimu. Karena sesungguhnya kamu sekarang di surga ini dalam kehidupan yang makmur lagi nikmat, tanpa beban dan tanpa bersusah payah.

Sesungguhnya kamu tidak akan kelaparan di dalamnya dan tidak akan telanjang. (Thaha: 118)

Sesungguhnya disebutkan antara kelaparan dan telanjang secara bergandengan karena lapar merupakan kehinaan bagian dalam, sedangkan telanjang merupakan kehinaan bagian lahiriah (luar)

dan sesungguhnya kamu tidak akan merasa dahaga dan tidak (pula) akan ditimpa panas matahari di dalamnya. (Thaha: 119)

Hal ini pun merupakan dua perkara yang bertolak belakang; dahaga merupakan panas dalam, sedangkan kepanasan karena sinar matahari merupakan panas lahiriah.

Hanya Allah Yang Maha mengetahui dan segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.

 

Artikel SebelumnyaSetan Membisikkan Pikiran Jahat Kepadanya
Artikel SelanjutnyaMeminta Ditambahkan Ilmu

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini