Peringatan Agar Mengamalkan Isi Kitabnya

Tafsir Al-Qur’an: Surah Al-Jumu’ah Ayat 5-8

0
893

Kajian Tafsir: Surah Al-Jumu’ah Ayat 5-8, Peringatan kepada umat Islam agar mengamalkan isi kitabnya dan bagaimana orang-orang yang menyimpang dari syariat Allah serta memiliki cinta yang berlebihan kepada dunia dan takut mati?

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

  مَثَلُ الَّذِينَ حُمِّلُوا التَّوْرَاةَ ثُمَّ لَمْ يَحْمِلُوهَا كَمَثَلِ الْحِمَارِ يَحْمِلُ أَسْفَارًا بِئْسَ مَثَلُ الْقَوْمِ الَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِ اللَّهِ وَاللَّهُ لا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ (٥) قُلْ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ هَادُوا إِنْ زَعَمْتُمْ أَنَّكُمْ أَوْلِيَاءُ لِلَّهِ مِنْ دُونِ النَّاسِ فَتَمَنَّوُا الْمَوْتَ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ (٦) وَلا يَتَمَنَّوْنَهُ أَبَدًا بِمَا قَدَّمَتْ أَيْدِيهِمْ وَاللَّهُ عَلِيمٌ بِالظَّالِمِينَ (٧) قُلْ إِنَّ الْمَوْتَ الَّذِي تَفِرُّونَ مِنْهُ فَإِنَّهُ مُلاقِيكُمْ ثُمَّ تُرَدُّونَ إِلَى عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ (٨))

Perumpamaan orang-orang yang diberi tugas membawa Taurat, kemudian mereka tidak membawanya (tidak mengamalkannya) adalah seperti keledai yang membawa kitab-kitab yang tebal. Sangat buruk perumpamaan kaum yang mendustakan ayat-ayat Allah. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim. Katakanlah (Muhammad), “Wahai orang-orang yang Yahudi! Jika kamu mengira bahwa kamulah kekasih Allah bukan orang-orang yang lain, maka harapkanlah kematianmu, jika kamu orang yang benar.” Dan mereka tidak akan mengharapkan kematian itu selamanya disebabkan kejahatan yang telah mereka perbuat dengan tangan mereka sendiri. Dan Allah Maha Mengetahui orang-orang yang zalim. Katakanlah, “Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, ia pasti menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” (Q.S. Al-Jumu’ah : 5-8)

.

Tafsir Ibnu Abbas

Matsalul ladzīna (perumpamaan orang-orang yang), yakni gambaran orang-orang yang ….

Hummilut taurāta (dipikulkan Taurat kepadanya), yakni yang diperintah untuk mengamalkan kandungan Taurat. Maksudnya, supaya mereka menunjukkan sifat dan gambaran Nabi Muhammad ﷺ yang ada dalam Taurat.

Tsumma lam yahmilūhā (kemudian mereka tidak memikulnya), yakni tidak mengamalkan apa yang telah diperintahkan kepada mereka dalam Taurat. Maksudnya, mereka tidak menunjukkan sifat dan gambaran Nabi Muhammad ﷺ yang ada dalam Taurat.

Ka matsalil himāri (adalah seperti keledai), yakni tak ubahnya bak keledai.

Yahmilu asfārā (yang membawa kitab-kitab), yakni tak bermanfaat dengan hanya mengangkutnya. Begitulah kaum Yahudi, mereka tidak mangambil manfaat dari Taurat tak ubahnya seekor keledai yang tidak mangambil manfaat dari kitab-kitab yang dibawanya.

Bi’sa matsalul qaumi (amatlah buruk perumpamaan kaum), yakni sifat kaum ….

Alladzīna kadz-dzabū bi āyātillāhi (yang mendustakan ayat-ayat Allah), yakni kaum Yahudi yang mendustakan Nabi Muhammad ﷺ dan Al-Qur’an.

Wallāhu lā yahdi (dan Allah tidak akan memberikan petunjuk), yakni tidak akan membimbing kepada Agama-Nya.

Al-qaumazh zhālimīn (kepada kaum yang zalim), yakni orang-orang Yahudi yang dalam Ilmu Allah Ta‘ala akan mati dalam keyahudiannya.

Qul (katakanlah) hai Muhammad!

Yā ayyuhal ladzīna hādū (hai orang-orang yang memeluk agama Yahudi), yakni yang menyimpang dari Islam dan memeluk agama Yahudi. Mereka adalah Bani Yahudza.

Iη za‘amtum annakum auliyā-u lillāhi (jika kalian mengaku bahwa kalian benar-benar Kekasih-kekasih Allah), yakni orang-orang yang dicintai Allah Ta‘ala.

Miη dūnin nāsi (tidak termasuk manusia-manusia lainnya), yakni dengan mengecualikan Nabi Muhammad saw. dan shahabat-shahabatnya.

Fa tamannawul mauta (maka harapkanlah kematian), yakni maka mintalah kematian.

Ing kuηtum shādiqīn (jika memang kalian adalah orang-orang yang benar) bahwasanya kalian adalah Kekasih-kekasih Allah Ta‘ala, tidak termasuk manusia-manusia lainnya. Nabi ﷺ berkata kepada mereka, Ucapkanlah, Ya Allah, wafatkanlah kami. Demi Allah, tak seorang pun di antara kalian yang mengucapkan kalimat itu, melainkan ia pasti tersedak dengan air liurnya dan akan mati. Namun, mereka tak senang dengan hal itu dan tidak mau memohon kematian. Maka Allah Ta‘ala Berfirman:

Wa lā yatamannaunahū abadan (dan mereka tak akan pernah mengharapkan kematian selamanya), yakni selamanya orang-orang Yahudi tak akan memohon kematian.

Bi mā qaddamat aidīhim (disebabkan apa yang telah diperbuat oleh tangan-tangan mereka), yakni disebabkan oleh apa yang telah mereka perbuat dalam agama Yahudi.

Wāllāhu ‘alīmum bizh zhālimīn (dan Allah Maha mengetahui orang-orang yang zalim), yakni Maha mengetahui orang-orang yahudi bahwasanya mereka tak akan pernah memohon kematian.

Qul (katakanlah) hai Muhammad!

Innal mautal ladzīna tafirrūna minhu (sesungguhnya kematian yang kalian lari darinya itu), yakni yang tidak kalian sukai.

Fa innahū mulāqīkum (pasti akan menjemput kalian), yakni pasti akan menimpa kalian.

Tsumma turaddūna (kemudian kalian akan dikembalikan) di akhirat.

Ilā ‘ālimil ghaibi (kepada [Allah] Yang Maha mengetahui yang gaib), yakni (mengetahui) segala sesuatu yang tersembunyi dari hamba dan segala sesuatu yang akan terjadi.

Wasy syahādati (dan yang nyata), yakni segala sesuatu yang diketahui oleh hamba dan segala sesuatu yang telah terjadi.

Fa yunabbi-ukum (lalu Dia akan memberitahukan kepada kalian), yakni akan mengabarkan kepada kalian.

Bimā kuηtum ta‘malūn (segala apa yang dahulu kalian perbuat), yakni semua kebaikan dan keburukan yang dahulu kalian perbuat dan kalian katakan.


Di sini Link untuk Tafsir Al-Qur’an Juz Ke-28


Hidayatul Insan bi tafsiril Qur’an

  1. [11]Perumpamaan orang-orang yang diberi tugas membawa Taurat[12], kemudian mereka tidak membawanya (tidak mengamalkannya)[13] adalah seperti keledai yang membawa kitab-kitab yang tebal[14]. Sangat buruk perumpamaan kaum yang mendustakan ayat-ayat Allah[15]. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim[16].

[11] Setelah Allah Subhaanahu wa Ta’aala menyebutkan nikmat-Nya kepada umat ini, dimana Dia telah mengutus kepada mereka nabi yang ummi (buta huruf) dan telah melebihkan mereka dengan berbagai kelebihan dan keutamaan yang tidak dicapai oleh seorang pun, padahal mereka adalah ummat yang ummi tetapi bisa mengalahkan generasi terdahulu dan yang akan datang, bahkan mengalahkan Ahli Kitab yang menganggap bahwa mereka adalah para ulama rabbani dan para pendeta yang senior, maka Allah Subhaanahu wa Ta’aala sebutkan bahwa orang-orang yang Allah bebankan kepada mereka kitab Taurat yaitu orang-orang Yahudi, demikian pula orang-orang Nasrani yang Allah bebankan kepada mereka kitab Injil, Dia memerintahkan mereka untuk mempelajari dan mengamalkannya, namun mereka tidak mengamalkannya, maka sesungguhnya mereka tidak memiliki keutamaan apa-apa, bahkan perumpamaan mereka adalah seperti keledai yang membawa kitab-kitab tebal di punggungnya, dimana keledai-keledai itu tidak dapat mengambil faedah dari kitab-kitab itu. Apakah mereka akan mendapatkan keutamaan hanya karena memikul kitab-kitab ilmu ataukah yang mereka dapatkan hanya ‘memikul saja’? Seperti inilah keadaan para ulama Yahudi yang tidak mengamalkan Taurat, yang di antara isinya adalah perintah mengikuti Nabi Muhammad ﷺ, kabar gembira tentang kedatangannya dan beriman kepada apa yang dibawanya berupa Al-Qur’an. Bukankah yang didapat oleh orang yang seperti ini keadaannya hanyalah kekecewaan, kerugian, dan penegakkan hujjah terhadapnya? Perumpamaan ini sangat sesuai dengan keadaan mereka.

[12] Yakni mengamalkannya.

[13] Maksudnya, tidak mengamalkan isinya, antara lain tidak membenarkan kedatangan Nabi Muhammad ﷺ.

[14] Dalam hal tidak bermanfaatnya kitab-kitab itu baginya.

[15] Yang menunjukkan kebenaran Rasul kita Muhammad ﷺ dan apa yang dibawanya.

[16] Dia tidak akan memberi petunjuk kepada hal yang bermaslahat bagi mereka selama sifat zalim dan keras kepala masih melekat pada mereka.

  1. [17]Katakanlah (Muhammad), “Wahai orang-orang yang Yahudi! Jika kamu mengira bahwa kamulah kekasih Allah bukan orang-orang yang lain, maka harapkanlah kematianmu[18], jika kamu orang yang benar[19].

[17] Di antara kezaliman orang-orang Yahudi dan keras kepalanya mereka adalah bahwa mereka sudah tahu berada di atas kebatilan namun menyangka di atas kebenaran dan menganggap bahwa diri mereka adalah para wali Allah. Oleh karena itu, Allah memerintahkan Rasul-Nya untuk mengatakan sebagaimana yang disebutkan dalam ayat di atas.

[18] Karena wali Allah itu lebih mengutamakan akhirat daripada dunia. Ini adalah perintah yang ringan, karena jika mereka mengetahui bahwa mereka berada di atas kebenaran, tentu mereka tidak akan mundur terhadap tantangan ini yang Allah jadikan sebagai dalil atau bukti terhadap kebenarannya.

[19] Bahwa kamu adalah para wali Allah dan bahwa kamu berada di atas kebenaran.

  1. Dan mereka tidak akan mengharapkan kematian itu selamanya[20] disebabkan kejahatan yang telah mereka perbuat dengan tangan mereka sendiri[21]. Dan Allah Maha Mengetahui orang-orang yang zalim[22].

[20] Oleh karena mereka tidak berani melakukannya maka dapat diketahui secara pasti bahwa mereka mengetahui berada di atas kebatilan. Namun demikian, meskipun mereka tidak suka kepada kematian bahkan berusaha melarikan diri darinya, tetapi kematian itu akan datang menimpa mereka sebagaimana diterangkan dalam ayat selanjutnya.

[21] Seperti kafirnya mereka kepada Nabi ﷺ.

[22] Oleh karena itu, tidak samar bagi-Nya sedikit pun kezaliman mereka.

  1. Katakanlah, “Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, ia pasti menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan[23].

[23] Yang baik maupun yang buruk.

.

Tafsir Jalalain

  1. (Perumpamaan orang-orang yang dipikulkan kepadanya kitab Taurat) mereka yang dibebani untuk mengamalkannya (kemudian mereka tidak memikulnya) tidak mengamalkannya, antara lain, mereka tidak beriman kepada perkara yang menyangkut sifat-sifat Nabi ﷺ sebagai nabi yang akan datang padahal telah terkandung di dalamnya. Mereka itu (adalah seperti keledai yang membawa kitab-kitab) yang dimaksud dengan sifir-sifir adalah kitab-kitab, dalam arti kata keledai itu tidak dapat memanfaatkannya. (Amatlah buruknya perumpamaan kaum yang mendustakan ayat-ayat Allah) yang membenarkan Nabi ﷺ. Sedangkan subjek yang dicelanya tidak disebutkan, lengkapnya, seburuk-buruk perumpamaan kaum yang mendustakan ayat-ayat Allah adalah perumpamaan ini. (Dan Allah tiada memberi petunjuk kepada kaum yang lalim) yaitu kaum yang kafir.
  2. (Katakanlah, “Hai orang-orang yang menganut agama Yahudi! Jika kalian mendakwakan bahwa sesungguhnya kalian sajalah kekasih-kekasih Allah bukan manusia-manusia yang lain, maka harapkanlah kematian kalian, jika kalian adalah orang-orang yang benar”) kedua Syarat yang ada pada ayat ini, yakni lafal in za’amtum dan lafal in kuntum bertaalluq atau bergantung kepada lafal tamannau dalam arti kata bahwa syarat yang pertama menjadi qaid atau pengertian yang mengikat bagi syarat yang kedua. Artinya, jika kalian benar-benar di dalam dugaan kalian yang menganggap bahwa kalian adalah kekasih-kekasih Allah. Dan merupakan suatu kelaziman bagi kekasih Allah itu selalu mementingkan kehidupan di akhirat, dan permulaan jalan untuk menuju ke akhirat itu adalah mati; karena itu harapkanlah kematian itu.
  3. (Mereka tiada akan mengharapkan kematian itu selama-lamanya disebabkan kejahatan yang telah mereka perbuat dengan tangan-tangan mereka sendiri) yaitu berupa kekafiran mereka kepada Nabi ﷺ yang hal ini menunjukkan kepada kedustaan mereka terhadap ayat-ayat Allah. (Dan Allah Mengetahui orang-orang yang lalim) yakni orang-orang yang kafir.
  4. (Katakanlah!, “Sesungguhnya kematian yang kalian lari daripadanya, sesungguhnya kematian itu) huruf fa pada lafal fainnahu adalah huruf zaidah (akan menemui kalian, kemudian kalian akan dikembalikan kepada Allah Yang Maha Mengetahui yang gaib dan yang nyata) artinya mengetahui pada yang rahasia dan terang-terangan (lalu Dia beritakan kepada kalian apa yang telah kalian kerjakan.”) maka Dia akan membalasnya kepada kalian.

.

Tafsir Ibnu Katsir

Allah Swt. berfirman, mencela orang-orang Yahudi yang telah diberi kitab Taurat dan telah Dia bebankan kepada mereka kitab Taurat itu untuk diamalkan. Kemudian mereka tidak mengamalkannya, perumpamaan mereka dalam hal ini sama dengan keledai yang dipikulkan di atas punggungnya kitab-kitab yangtebal. Makna yang dimaksud ialah keledai itu tidak dapat memahami kitab-kitab yang dipikulnya dan tidak mengetahui apa yang terkandung di dalamnya, karena keledai hanya bisa memikulnya saja tanpa dapat membedakan muatan apa yang dibawanya.

Demikian pula halnya dengan mereka yang telah diberi Al-Kitab, mereka hanya dapat menghafalnya secara harfiyah, tetapi tidak memahaminya dan tidak pula rfiengamalkan pesan-pesan dan perintah-perintah serta larangan-larangan yang terkandung di dalamnya. Bahkan mereka menakwilkannya dengan takwilan yang menyimpang dan menggantinya dengan yang lain. Keadaan mereka jauh lebih buruk daripada keledai, karena keledai adalah hewan yang tidak berakal, sedangkan mereka adalah makhluk yang berakal, tetapi tidak menggunakannya. Karena itulah maka disebutkan oleh firman-Nya dalam ayat yang lain:

أُولَئِكَ كَالأنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ أُولَئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ

Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebihsesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai. (Al-A’raf: 179)

Dan dalam surat ini disebutkan oleh firman-Nya:

Amatlah buruknya perumpamaan kaum yang mendustakan ayat-ayat Allah itu. Dan Allah tiada memberi petunjuk kepada kaum yang zalim. (Al-Jumu’ah: 5)

Imam Ahmad rahimahullah mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Namir, dari Mujalid, dari Asy-Sya’bi, dari Ibnu Abbas yang telah mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda:

مَنْ تَكَلَّمَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ وَالْإِمَامُ يَخْطُبُ، فَهُوَ كَمَثَلِ الْحِمَارِ يَحْمِلُ أَسْفَارًا، وَالَّذِي يَقُولُ لَهُ “أنصت، ليس له جمعة

Barang siapa yang berbicara pada hari Jumat, padahal imam sedang berkhotbah, maka perumpamaannya sama dengan keledai yang memikul kitab-kitab yang tebal. Dan orang yang berkata kepadanya, “Diamlah!” Maka tiada (pahala) Jumat baginya.

Kemudian dalam firman berikutnya disebutkan:

Katakanlah, “Hai orang-orang yang menganut agama Yahudi, jika kamu mendakwakan bahwa sesungguhnya kamu sajalah kekasih Allah bukan orang-orang yang lain, maka harapkanlah kematianmu, jika kamu adalah orang-orang yang benar.” (Al-Jumu’ah: 6)

Yakni jika kalian mendakwakan bahwa diri kalian berada dalam petunjuk, dan bahwa Muhammad Saw. dan para sahabatnya berada dalam kesesatan, maka doakanlah kematian bagi golongan yang sesat di antara kedua golongan itu, jika kamu memang orang-orang yang benar dalam pengakuanmu itu. Dan dalam firman berikutnya Allah Swt. menjawab:

Mereka tiada akan mengharapkan kematian itu selama-lamanya disebabkan kejahatan yang telah mereka perbuat dengan tangan mereka sendiri. (Al-Jumu’ah: 7)

Yaitu disebabkan kekafiran, perbuatan aniaya, dan perbuatan durhaka yang mereka kerjakan untuk diri mereka sendiri.

Dan Allah Maha mengetahui akan orang-orang yang zalim. (Al-Jumu’ah: 7)

Dalam pembahasan yang lalu, dalam tafsir surat Al-Baqarah telah kami jelaskan tentang mubahalah yang diajukan terhadap orang-orang Yahudi, yaitu melalui firman-Nya:

قُلْ إِنْ كَانَتْ لَكُمُ الدَّارُ الآخِرَةُ عِنْدَ اللَّهِ خَالِصَةً مِنْ دُونِ النَّاسِ فَتَمَنَّوُا الْمَوْتَ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ وَلَنْ يَتَمَنَّوْهُ أَبَدًا بِمَا قَدَّمَتْ أَيْدِيهِمْ وَاللَّهُ عَلِيمٌ بِالظَّالِمِينَ وَلَتَجِدَنَّهُمْ أَحْرَصَ النَّاسِ عَلَى حَيَاةٍ وَمِنَ الَّذِينَ أَشْرَكُوا يَوَدُّ أَحَدُهُمْ لَوْ يُعَمَّرُ أَلْفَ سَنَةٍ وَمَا هُوَ بِمُزَحْزِحِهِ مِنَ الْعَذَابِ أَنْ يُعَمَّرَ وَاللَّهُ بَصِيرٌ بِمَا يَعْمَلُونَ

Katakanlah, “Jika kamu (menganggap bahwa) kampung akhirat (surga) itu khusus untukmu di sisi Allah, bukan untuk orang lain, maka inginilah kematian(mu), jika kamu memang benar.” Dan sekali-kali mereka tidak akan mengingini kematian itu selama-lamanya, karena kesalahan-kesalahan yang telah diperbuat oleh tangan mereka (sendiri). Dan Allah Maha mengetahui siapa orang-orang yang aniaya. Dan sungguh kamu akan mendapati mereka, manusia yang paling tamak kepada kehidupan (di dunia), bahkan (lebih tamak lagi) daripada orang-orang musyrik. Masing-masing mereka ingin agar diberi umur seribu tahun, padahal umur panjang itu sekali-kali tidak akan menjauhkannya dari siksa. Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan. (Al-Baqarah: 94-96)

Telah kami bahas dan kami jelaskan pula dalam tafsir ayat di atas, bahwa makna yang dimaksud ialah mereka diminta untuk melakukan sumpah dengan musuh mereka bahwa siapa yang sesat dari mereka semoga ditimpa oleh laknat Allah; apakah diri mereka ataukah musuh mereka.

Sebagaimana telah disebutkan pula dalam pembahasan mubahalah terhadap orang-orang Nasrani dalam surat Ali Imran melalui firman-Nya:

فَمَنْ حَاجَّكَ فِيهِ مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَكَ مِنَ الْعِلْمِ فَقُلْ تَعَالَوْا نَدْعُ أَبْنَاءَنَا وَأَبْنَاءَكُمْ وَنِسَاءَنَا وَنِسَاءَكُمْ وَأَنْفُسَنَا وَأَنْفُسَكُمْ ثُمَّ نَبْتَهِلْ فَنَجْعَلْ لَعْنَةَ اللَّهِ عَلَى الْكَاذِبِينَ

Siapa yang membantahmu tentang kisah Isa sesudah datang ilmu (yang meyakinkan) kamu, maka katakanlah (kepadanya), “Marilah kita memanggil anak-anak kami dan anak-anak kamu, istri-istri kami dan istri-istri kamu, diri kami dan diri kamu; kemudian marilah kita bermubahalah kepada Allah dan kita minta supaya laknat Allah ditimpakan kepada orang-orang yang dusta.” (Ali Imran: 61)

Dan mubahalah terhadap orang-orang musyrik dalam surah Maryam melalui firman Allah Swt.:

قُلْ مَنْ كَانَ فِي الضَّلالَةِ فَلْيَمْدُدْ لَهُ الرَّحْمَنُ مَدًّا

Katakanlah, “Barang siapa yang berada di dalam kesesatan, maka biarlah Tuhan yang Maha Pemurah memperpanjang tempo baginya.” (Maryam: 75)

قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ يَزِيدَ الرَّقِّيُّ أَبُو يَزِيدَ، حَدَّثَنَا فُرَاتٌ، عَنْ عَبْدِ الْكَرِيمِ بْنِ مَالِكٍ الْجَزَرِيِّ، عَنْ عِكْرِمَةَ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: قَالَ أَبُو جَهْلٍ لَعَنَهُ اللَّهُ: إِنْ رأيتُ مُحَمَّدًا عِنْدَ الْكَعْبَةِ لآتينَّه حَتَّى أَطَأَ عَلَى عُنُقه. قَالَ: فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: لَوْ فَعَلَ لأخذَته الْمَلَائِكَةُ عِيَانًا، وَلَوْ أَنَّ الْيَهُودَ تَمَنَّوا الْمَوْتَ لَمَاتُوا وَرَأَوْا مَقَاعِدَهُمْ مِنَ النَّارِ. وَلَوْ خَرَجَ الَّذِينَ يُباهلون رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَرَجَعُوا لَا يَجِدُونَ مَالًا وَلَا أَهْلًا

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ismail ibnu Yazid Az-Zurqi, telah menceritakan kepada kami Abu Yazid, telah menceritakan kepada kami Furat, dari Abdul Karim ibnu Malik Al-Jazari, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas yang menceritakan bahwa Abu Jahal la’natullah pernah mengatakan bahwa sesungguhnya jika ia melihat Muhammad di dekat Ka’bah, maka ia benar-benar akan mendatanginya dan menginjak lehernya (bila Muhammad) sedang shalat. Maka Rasulullah ﷺ bersabda: Seandainya dia benar-benar melakukannya, niscaya malaikat akan menyambarnya secara terang-terangan. Dan seandainya orang-orang Yahudi mau mengharapkan kematian (diri mereka), niscaya mereka semuanya mati, lalu mereka akan melihat tempat kediaman mereka di neraka. Dan seandainya orang-orang yang ber-mubahalah dengan Rasulullah mau keluar (untuk ber-mubahalah), tentulah mereka kembali ke tempat mereka tanpa menemukan lagi baik keluarga maupun harta benda mereka.

Imam Bukhari, Imam Turmuzi, dan Imam Nasai meriwayatkan hadis ini melalui Abdur Razzaq, dari Ma’mar, dari Abdul Karim. Imam Bukhari mengatakan bahwa diikuti pula oleh Amr ibnu Khalid, dari Ubaidillah ibnu Amr dari Abdul Karim. Imam Nasai telah meriwayatkannya pula dari Abdur Rahman ibnu Abdullah Al-Halabi, dari Ubaidillah ibnu Amr Ar-Ruqqi dengan sanad yang sama dan lebih sempurna.

Firman Allah Swt.:

Katakanlah, “Sesungguhnya kematian yang kamu lari darinya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.”(Al-Jumu’ah: 8)

Semakna dengan firman Allah Swt. yang disebutkan di dalam surah An-Nisa, yaitu:

أَيْنَمَا تَكُونُوا يُدْرِكُكُمُ الْمَوْتُ وَلَوْ كُنْتُمْ فِي بُرُوجٍ مُشَيَّدَةٍ

Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendati pun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh. (An-Nisa: 78)

Di dalam kitab Mu jam Imam Tabrani disebutkan melalui hadis Mu’az Muhammad ibnu Muhammad Al-Hudali, dari Yunus, dari Al-Hasan, dari Samurah secara marfu’:

مَثَلُ الَّذِي يَفِرُّ مِنَ الْمَوْتِ كَمَثَلِ الثَّعْلَبِ تَطْلُبُهُ الْأَرْضُ بِدَيْنٍ، فَجَاءَ يَسْعَى حَتَّى إِذَا أَعْيَا وَانْبَهَرَ دَخَلَ جُحْرَهُ، فَقَالَتْ لَهُ الْأَرْضُ: يَا ثَعْلَبُ دَيْنِي. فَخَرَجَ لَهُ حُصَاص، فَلَمْ يَزَلْ كذلك حتى تقطعت عنقه، فمات

Perumpamaan orang yang lari dari kematian sama dengan musang yang dikejar oleh bumi karena suatu utang, maka musang itu melarikan diri dengan cepatnya; hingga manakala ia kecapaian dan napasnya tersengal-sengal, lalu ia masuk ke dalam liangnya. Dan bumi pun berkata kepadanya, “Hai musang, mana utangku,” lalu musang itu keluar melarikan diri dengan cepatnya karena ditagih utang, dan ia terus-menerus dalam keadaan demikian hingga pada akhirnya ia kehabisan napas dan mati.

Hanya Allah Yang Maha mengetahui dan segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.

 

Artikel SebelumnyaBersegera Apabila Diseru untuk Shalat Jum’at
Artikel SelanjutnyaKarunia Allah kepada Umat Manusia

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini