Penyesalan: Karena Tidak Sempat Beramal

Tafsir Al-Qur’an: Surah Al-Fajr ayat 21-26

0
894

Kajian Tafsir: Surah Al-Fajr ayat 21-26, Kedahsyatan hari Kiamat, terbaginya manusia menjagi dua golongan; golongan yang berbahagia dan golongan yang celaka, dan penyesalan manusia yang tenggelam dalam kehidupan duniawi sampai tidak sempat beramal untuk akhirat.

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

كَلَّا إِذَا دُكَّتِ الْأَرْضُ دَكّاً دَكّاً -٢١- وَجَاء رَبُّكَ وَالْمَلَكُ صَفّاً صَفّاً -٢٢- وَجِيءَ يَوْمَئِذٍ بِجَهَنَّمَ يَوْمَئِذٍ يَتَذَكَّرُ الْإِنسَانُ وَأَنَّى لَهُ الذِّكْرَى -٢٣- يَقُولُ يَا لَيْتَنِي قَدَّمْتُ لِحَيَاتِي -٢٤- فَيَوْمَئِذٍ لَّا يُعَذِّبُ عَذَابَهُ أَحَدٌ -٢٥- وَلَا يُوثِقُ وَثَاقَهُ أَحَدٌ -٢٦

Jangan berbuat (demikian). Apabila bumi diguncangkan berturut-turut, dan datanglah Tuhanmu; sedangkan malaikat-malaikat berbaris-baris, dan pada hari itu diperlihatkan neraka Jahanam; dan pada hari itu ingatlah manusia, tetapi tidak berguna lagi mengingat itu baginya. Dia mengatakan, “Alangkah baiknya kiranya aku dahulu mengerjakan (amal saleh) untuk hidupku ini.” Maka pada hari itu tiada seorang pun yang menyiksa seperti siksa-Nya, dan tiada seorang pun yang mengikat seperti ikatan-Nya. (Q.S. Al-Fajr : 21-26)

.

Tafsir Ibnu Abbas

Kallā (janganlah begitu). Ungkapan ini merupakan penyangkalan terhadapnya.

Idzā dukkatil ardlu dakkaη dakkā (bila bumi benar-benar diguncangkan secara berturut-turut), yakni bila bumi diguncangkan, guncangan demi guncangan.

Wa jā-a rabbuka (dan Datanglah Rabb-mu), yakni dan Rabb-mu akan datang tanpa perlu mempertanyakan bagaimana caranya Dia datang.

Wal malaku (serta malaikat pun), yakni malaikat pun akan datang pula.

Shaffaη shaffā ([datang] bersaf-saf), seperti bersafnya para penghuni dunia ketika shalat.

Wa jī-a yauma-idzim bi jahannama (dan pada hari itu neraka Jahannam didatangkan) bersama tujuh puluh ribu tali kekang. Pada tiap-tiap tali kekang terdapat tujuh puluh ribu malaikat yang akan mengarahkan dan membukakannya di Padang Mahsyar.

Yauma-idzin (pada hari itulah), yakni pada hari kiamat itulah.

Yatadzakkarul iηsānu (manusia menjadi sadar), yakni Ubay bin Khalaf dan Umayyah bin Khalaf mau mengambil pelajaran.

Wa annā lahudz dzikrā (padahal peringatan itu tak berguna lagi untuknya), yakni bagaimana mungkin ia akan mendapat pelajaran, padahal pelajaran itu telah hilang darinya.

Yaqūlu yā laitanī (berkatalah ia, Alangkah ingin kiranya), yakni ia mengangankan.

Qaddamtu li hayātī (dahulu aku berbuat [amal-amal saleh] untuk kehidupanku ini), yakni untuk kehidupanku yang kekal ini, saat aku berada dalam kehidupan yang fana. Menurut yang lain, alangkah ingin kiranya dahulu aku beramal dalam kehidupanku yang fana untuk kehidupanku yang kekal.

Fa yauma-idzin (maka pada hari itu), yakni pada hari kiamat.

Lā yu‘adz-dzibu ‘adzābahū ahad (tak ada seorang pun yang dapat mengazab seberat Azab-Nya), yakni sepadan dengan Azab-Nya.

Wa lā yūtsiqu wa tsāqahū ahad (dan tak ada seorang pun yang dapat mengikat sekuat Ikatan-Nya), yakni sepadan dengan Ikatan-Nya. Terdapat penafsiran lain terhadap pada ayat ini, yaitu:

lā yu‘adz-dzibu ‘adzābahū ahad (tak ada seorang pun yang dapat mengazab seberat azab-Nya), yakni seperti Azab Allah Ta‘ala;

wa lā yūtsiqu wa tsāqahū ahad (dan tak ada seorang pun yang dapat mengikat sekuat Ikatan-Nya), yakni seperti Ikatan Allah Ta‘ala. Maksudnya, tak seorang pun yang memiliki kesanggupan untuk mengazab seperti azab yang ditimpakan Allah Ta‘ala kepada Makhluk-Nya.


Di sini Link untuk Tafsir Al-Qur’an Juz ‘Amma (Juz ke-30)


Tafsir Jalalain

  1. (Jangan berbuat demikian) lafal Kallaa ini adalah kalimat cegahan supaya jangan melakukan hal-hal tersebut. (Apabila bumi diguncangkan berturut-turut) artinya secara terus-menerus sehingga hancur musnahlah semua bangunan-bangunan yang ada di permukaannya.
  2. (Dan datanglah Rabbmu) yakni perintah-Nya (sedangkan malaikat-malaikat) lafal Al-Malak adalah bentuk mufrad dari lafal Al-Malaaikah (berbaris-baris) lafal Shaffan berkedudukan menjadi Hal atau kata keterangan keadaan yakni, berbaris-baris atau membentuk barisan-barisan yang banyak.
  3. (Dan pada hari itu didatangkan neraka Jahanam) ditarik dengan memakai tujuh puluh ribu kendali, pada tiap-tiap kendali dipegang oleh tujuh puluh ribu malaikat, neraka Jahanam terdengar gejolak dan gemuruhnya (pada hari itu) menjadi Badal dari lafal Idzaa dan Jawabnya (ingatlah manusia) maksudnya orang kafir ingat kepada apa yang telah dilalaikannya (akan tetapi tidak berguna lagi mengingat itu baginya) Istifham atau lafal Annaa di sini bermakna Nafi, artinya penyesalannya pada saat itu tidak ada gunanya lagi.
  4. (Dia mengatakan) sewaktu ingat akan kesalahan-kesalahannya (“Alangkah baiknya) huruf Ya di sini bermakna Tanbih (sekiranya aku dahulu mengerjakan) amal kebaikan dan beriman (untuk hidupku ini”) untuk kehidupan yang baik di akhirat, atau sewaktu aku hidup di dunia.
  5. (Maka pada hari itu tiada yang mengazab) dibaca Yu’adzdzibu dengan dikasrahkan huruf Dzalnya (seperti azab-Nya) seperti azab Allah (seseorang pun) artinya Dia tidak menyerahkannya kepada seseorang pun melainkan hanya kepada diri-Nya.
  6. (Dan) demikian pula (tiada yang dapat mengikat) dibaca Laa Yuutsiqu (seperti ikatannya, seseorang pun) menurut suatu qiraat lafal Laa Yu’adzdzibu dan lafal Laa Yuutsiqu dibaca Laa Yu’adzdzabu dan Laa Yuutsaqu dengan demikian maka Dhamir yang dikandung kedua lafal tersebut kembali kepada orang kafir. Lengkapnya, tiada seseorang pun yang diazab seperti azab yang ditimpakan kepada orang kafir, dan tiada seseorang pun yang diikat seperti ikatan yang dibelenggukan kepada orang kafir.

.

Hidayatul Insan bi tafsiril Qur’an

  1. Sekali-kali tidak![16] Apabila bumi diguncangkan berturut-turut[17],

[16] Yakni tidaklah semua harta yang kamu cintai itu akan kekal, bahkan di hadapanmu ada hari yang agung dan peristiwa yang dahsyat dimana bumi dan gunung diratakan sehingga menjadi rata tanpa ada tempat tinggi dan tanpa ada tempat rendah.

[17] Sehingga semua bangunan di atasnya hancur luluh.

  1. dan datanglah Tuhanmu; dan malaikat berbaris-baris[18],

[18] Allah Subhaanahu wa Ta’aala akan datang pada hari Kiamat untuk menyelesaikan permasalahan di antara hamba-hamba-Nya dalam naungan awan, namun kita tidak mengetahui bagaimana datangnya (mengimaninya wajib dan menanyakannya adalah bid’ah), wallahu a’lam. Demikian pula para malaikat dari setiap langit akan datang satu shaf-satu shaf dan mengepung manusia. Berbarisnya mereka ini adalah berbaris dengan sikap tunduk dan merendahkan diri kepada Allah Subhaanahu wa Ta’aala Raja Yang Mahaperkasa.

  1. dan pada hari itu diperlihatkan neraka Jahanam[19]; pada hari itu sadarlah manusia, tetapi tidak berguna lagi baginya kesadaran itu.

[19] Rasulullah ﷺ bersabda,

يُؤْتَى بِجَهَنَّمَ يَوْمَئِذٍ لَهَا سَبْعُونَ أَلْفَ زِمَامٍ مَعَ كُلِّ زِمَامٍ سَبْعُونَ أَلْفَ مَلَكٍ يَجُرُّونَهَا

“Neraka Jahanam didatangkan pada hari itu dengan keadaannya mempunyai 70.000 kekang (tarikan), masing-masing kekang ditarik oleh tujuh puluh ribu malaikat.” (HR. Muslim)

  1. Dia berkata, “Alangkah baiknya sekiranya dahulu aku mengerjakan (kebajikan) untuk hidupku ini[20].”

[20] Dari ayat ini kita mengetahui, bahwa kehidupan yang lebih layak untuk diberikan kerja keras kepadanya adalah kehidupan di akhirat, karena kehidupannya adalah kehidupan yang kekal abadi.

  1. Maka pada hari itu tidak ada seorang pun yang mengazab seperti azab-Nya (yang adil)[21],

[21] Bagi orang yang meremehkan hari itu dan tidak beramal untuk menghadapinya.

  1. dan tidak ada seorang pun yang mengikat seperti ikatan-Nya[22].

[22] Mereka diikat dengan rantai dan diseret di atas mukanya ke dalam air yang sangat panas kemudian dibakar dalam api (lihat surah Az Zumar: 71-72). Ini adalah balasan bagi orang-orang yang berdosa,

.

Tafsir Ibnu Katsir

Allah Swt. menceritakan peristiwa yang terjadi pada hari kiamat, yaitu huru-hara yang amat besar. Untuk itu Allah Swt. berfirman:

Jangan (berbuat demikian). (Al-Fajr: 21)

Yakni benar.

Apabila bumi diguncangkan berturut-turut. (Al-Fajr: 21)

Maksudnya, telah diratakan sehingga menjadi rata tanpa ada gunung-gunung, dan semua makhluk dibangkitkan dari kubur mereka untuk menghadap kepada Tuhannya.

dan datanglah Tuhanmu. (Al-Fajr: 22)

Yakni untuk memutuskan peradilan dengan hukum-Nya di antara makhluk-Nya.

Demikian itu terjadi setelah mereka memohon syafaat kepada Allah Swt. melalui penghulu anak Adam secara mutlak, yaitu Nabi Muhammad ﷺ sebelumnya mereka meminta hal ini kepada para rasul dari kalangan ulul ‘azmi seorang demi seorang, tetapi masing-masing dari mereka hanya menjawab, “Aku bukanlah orang yang berhak untuk mendapatkannya.” hingga sampailah giliran mereka untuk meminta kepada Nabi Muhammad ﷺ. Maka beliau bersabda,

أَنَا لَهَا أَنَا لَهَا

Akulah yang  akan   memintakannya, akulah  yang  akan memintakannya.

Maka pergilah Nabi Muhammad ﷺ dan meminta syafaat kepada Allah Swt. untuk segera datang guna memutuskan peradilan. Dan Allah Swt. memberinya syafaat dengan meluluskan permintaanya; peristiwa ini merupakan permulaan dari berbagai syafaat berikutnya. Inilah yang disebutkan dengan maqamul mahmud (kedudukan yang terpuji). sebagaimana yang telah dijelaskan dalam tafsir surat Al-lsra.

Lalu datanglah Allah Swt. untuk memutuskan peradilan sebagaimana yang dikehendaki-Nya, sedangkan para malaikat datang di hadapan-Nya bersaf-saf

Firman Allah Swt.:

dan pada hari itu diperlihatkan neraka jahanam, (Al-Fajr: 23)

Imam Muslim ibnul Hajjaj telah mengatakan di dalam kitab sahihnya, bahwa:

telah menceritakan kepada kami Amr ibnu Hafs ibnu Gayyas., telah menceritakan kepada kami ayahku, dari Abul Ala ibnu Khalid Al-Kahili, dari Syaqiq, dari Abdullah Ibnu Mas’ud yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda,

يُؤْتَى بِجَهَنَّمَ يَوْمَئِذٍ لَهَا سَبْعُونَ أَلْفَ زِمَامٍ، مَعَ كُلِّ زِمَامٍ سَبْعُونَ أَلْفَ مَلَك يَجُرُّونَهَا

Neraka Jahanam pada hari itu di datangkan dengan tujuh puluh ribu kendali yang masing-masing kendali dipegang oleh tujuh puluh ribu malaikat yang menariknya.

Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Imam Turmuzi dari Abdullah ibnu Abdur Rahman Ad-Darimi, dari Umar ibnu hafs dengan sanad yang sama. Imam Turmuzi telah meriwayatkannya pula dari Abdu ibnu Humaid, dari Abu Amir, dari Sufyan As-Sauri, dari Al-Aia ibnu Khalid, dari Syaqiq ibnu Salamah alias Abu Wa-il, dari Abdullah ibnu Mas’ud dan disebutkan hanya sebagai perkataan Ibnu Mas’ud dan tidak me-rafa’-kannya sampai kepada Nabi ﷺ Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Ibnu Jarir, dari Al-Hasan ibnu Arafah, dari Marwan ibnu Mu’awiyah Al-Fazzari, dari Al-Ala ibnu Khalid. dari Syaqiq, dari Abdullah sebagai perkataan Abdullah.

dan pada hari itu ingatlah manusia. (Al-Fajr: 23)

Yakni teringat akan semua amal perbuatannya di masa lalu, baik yang telah lama maupun yang baru.

akan tetapi tidak berguna lagi mengingat itu baginya. (Al-Fajr: 23)

Maksudnya tiada manfaatnya lagi baginya mengingat itu.

Dia mengatakan, “Alangkah baiknya kiranya aku  dahulu mengerjakan   (amal saleh) untuk hidupku ini.” (Al-Fajr: 24)

Yaitu dia menyesali perbuatan-perbuatan durhaka yang telah dikerjakannya di masa lalu jika dia orang yang durhaka, Dan dia berharap seandainya dia dahulu menambah amal ketaatan jika dia adalah orang yang taat di masa lalunya. Imam Ahmad sehubungan dengan hal ini mengatakan, telah menceritakan kepada kami, Ali ibnu Ishaq, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnul Mubarak, telah menceritakan kepada kami Saur ibnu Yazid, dari Khalid ibnu Ma’dan, dari Jubair ibnu Nafir, dari Muhammad ibnu Umrah salah seorang sahabat Rasulullah ﷺ yang mengatakan bahwa seandainya seseorang hamba sejak dilahirkan selalu hidup dalam amal ketaatan kepada Tuhannya sampai dia mati, niscaya di hari kiamat dia menganggap kecil amal perbuatannya, dan niscaya dia menginginkan seandainya dia dikembalikan ke dunia untuk melakukan ketaatan yang sama, agar pahalanya bertambah.

Maka pada hari itu tiada seorang pun yang menyiksa seperti siksa-Nya. (Al-Fajr: 25)

Yakni tiada seorang pun yang lebih keras siksaannya terhadap orang yang durhaka kepadanya pada hari itu selain Allah Swt. terhadap orang yang durhaka kepada-Nya.

dan tiada seorang pun yang mengikat seperti ikatannya. (Al-Fajr: 26)

Artinya tiada seorang pun yang lebih keras ikatannya dan pukulannya daripada ikatan dan pukulan Malaikat Zabaniyah (juru siksa) terhadap orang-orang yang kafir kepada Tuhan mereka. Hal ini hanyalah menyangkut orang-orang yang berdosa dan orang-orang yang aniaya.

Hanya Allah Yang Maha mengetahui dan segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.

 

Artikel SebelumnyaPemilik Jiwa yang Suci Lagi Tenang
Artikel SelanjutnyaKekayaan dan Kemiskinan Adalah Ujian-Nya

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini