Menjadi Ketakutan Berada di Kota Itu

Tafsir Al-Qur’an: Surah Al-Qashash ayat 18-19

0
652

Kajian Tafsir Surah Al-Qashash ayat 18-19. Keadaan Musa ‘alaihis salam setelah membunuh orang Egypt. Dia menjadi ketakutan berada di kota itu. Allah Subhaanahu wa Ta’aala berfirman:

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

  فَأَصْبَحَ فِي الْمَدِينَةِ خَائِفًا يَتَرَقَّبُ فَإِذَا الَّذِي اسْتَنْصَرَهُ بِالأمْسِ يَسْتَصْرِخُهُ قَالَ لَهُ مُوسَى إِنَّكَ لَغَوِيٌّ مُبِينٌ (١٨) فَلَمَّا أَنْ أَرَادَ أَنْ يَبْطِشَ بِالَّذِي هُوَ عَدُوٌّ لَهُمَا قَالَ يَا مُوسَى أَتُرِيدُ أَنْ تَقْتُلَنِي كَمَا قَتَلْتَ نَفْسًا بِالأمْسِ إِنْ تُرِيدُ إِلا أَنْ تَكُونَ جَبَّارًا فِي الأرْضِ وَمَا تُرِيدُ أَنْ تَكُونَ مِنَ الْمُصْلِحِينَ (١٩)

Karena itu, dia (Musa) menjadi ketakutan berada di kota itu sambil menunggu (akibat perbuatannya), tiba-tiba orang yang meminta pertolongan kemarin berteriak meminta pertolongan kepadanya. Musa berkata kepadanya, “Engkau sungguh, orang yang nyata-nyata sesat.” Maka ketika dia (Musa) hendak memukul dengan keras orang yang menjadi musuh mereka berdua, dia berkata, “Wahai Musa! Apakah engkau bermaksud membunuhku, sebagaimana kemarin engkau membunuh seseorang? Engkau hanya bermaksud menjadi orang yang berbuat sewenang-wenang di negeri (ini), dan engkau tidak bermaksud menjadi salah seorang dari orang-orang yang mengadakan perdamaian.” (Q.S. Al-Qashash : 18-19)

.

Tafsir Ibnu Abbas

Fa ashbaha fil madīnati khā-ifan (maka jadilah Musa di kota itu merasa takut) karena telah membunuh seorang Qibthi.

Yataraqqabu (menunggu-nunggu), yakni menanti-nanti bilamana mereka akan menghukumnya.

Fa idzal ladzistaηsharahū (lalu tiba-tiba orang yang meminta tolong kepadanya), yakni orang yang meminta bantuan kepadanya.

Bil amsi (kemarin) untuk melawan orang Qibthi.

Yastashrikhuh (berteriak meminta tolong lagi kepadanya), yakni meminta bantuan lagi untuk melawan orang Qibthi.

Qāla lahū (berkata kepadanya), yakni kepada orang Israil.

Mūsā innaka la ghawiyyum mubīn (Musa, “Sesungguhnya kamu benar-benar orang sesat yang nyata”), yakni orang yang bertengkar yang nyata pertengkarannya. Lalu Musa a.s. menghampirinya untuk memberi bantuan.

Fa lammā an arāda ay yabthisya (maka ketika Musa hendak menindak), yakni hendak memegang.

Bil ladzī huwa ‘aduwwul lahumā (orang yang merupakan musuh keduanya), yakni musuh orang Qibthi. Orang Israil itu mengira bahwa Musa hendak membunuhnya.

Qāla (berkatalah dia), yakni orang Israil.

Yā mūsā a turīdu an taqtulanī (“Hai Musa, apakah kamu hendak membunuhku) hari ini.

Kamā qatalta nafsan (sebagaimana kamu telah membunuh seseorang), yakni seorang Qibthi.

Bil amsi iη turīdu illā aη takūna jabbāran (kemarin. Tidaklah kamu bermaksud melainkan hendak menjadi orang yang bertindak sewenang-wenang), yakni menjadi seorang pembunuh.

Fil ardli wa mā turīdu aη takūna minal mushlihīn (di negeri ini, dan tidaklah kamu bermaksud menjadi salah seorang yang mengadakan perdamaian”), yakni salah seorang yang menjauhkan diri dari perbuatan dosa, menyuruh kebaikan, dan melarang kemungkaran.


BACA JUGA  Kajian Tafsir Juz Ke-20 untuk ayat lainnya

Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur’an

  1. Karena itu, dia (Musa) menjadi ketakutan berada di kota itu[15] sambil menunggu (akibat perbuatannya), tiba-tiba orang yang meminta pertolongan kemarin berteriak meminta pertolongan kepadanya[16]. Musa berkata kepadanya[17], “Engkau sungguh, orang yang nyata-nyata sesat[18].

[15] Yakni apakah keluarga Fir’aun tahu peristiwa itu atau tidak? Beliau takut, karena sudah diketahui, bahwa tidak ada yang berani berbuat seperti itu selain Musa yang berasal dari Bani Israil.

[16] Untuk menghadapi orang Qibthi yang lain.

[17] Yakni, mencelanya.

[18] Karena perbuatanmu yang sekarang dan kemarin.

  1. [19]Maka ketika dia (Musa) hendak memukul dengan keras orang yang menjadi musuh mereka berdua, dia berkata, “Wahai Musa! Apakah engkau bermaksud membunuhku, sebagaimana kemarin engkau membunuh seseorang? Engkau hanya bermaksud menjadi orang yang berbuat sewenang-wenang di negeri (ini), dan engkau tidak bermaksud menjadi salah seorang dari orang-orang yang mengadakan perdamaian[20].”

[19] Selanjutnya, Nabi Musa ‘alaihis salam hendak memukul orang Qibthi itu, namun orang dari Bani Israil itu malah mengira, bahwa Musa bermaksud memukulnya ketika ia mendengar kata-kata Musa tersebut. Ia pun berkata untuk membela dirinya, “Wahai Musa! Apakah engkau bermaksud membunuhku, sebagaimana kemarin engkau membunuh seseorang?…dst.”

[20] Maka orang Qibthi yang berada di situ mendengarnya dan mengetahui bahwa orang yang melakukan pembunuhan kemarin adalah Musa, ia pun segera pergi memberitahukan Fir’aun sehingga Fir’aun marah besar dan hendak membunuh Musa.

.

Tafsir Jalalain

  1. (Karena itu, jadilah Musa di kota itu merasa takut menunggu-nunggu dengan khawatir) apa yang bakal dilakukan oleh keluarga orang yang telah dibunuhnya itu terhadap dirinya (maka tiba-tiba orang yang meminta pertolongan kemarin berteriak-teriak meminta pertolongan kepadanya) maksudnya minta tolong lagi dari orang Mesir yang lain. (Musa berkata kepadanya, “Sesungguhnya kamu benar-benar orang sesat yang nyata.”) kesesatannya, karena apa yang telah kamu perbuat kemarin dan sekarang ini.
  2. (Maka tatkala) huruf An di sini adalah Zaidah (Musa hendak memegang dengan keras orang yang menjadi musuh keduanya) yakni, musuh Musa dan orang Mesir yang mengejarnya (musuhnya berkata) yaitu warga Bani Israel musuh orang Mesir yang meminta tolong kepadanya itu, karena ia menduga bahwa Musa akan memukulnya (“Hai Musa! Apakah kamu bermaksud hendak membunuhku, sebagaimana kamu kemarin telah membunuh seorang manusia? Tiadalah) yakni tidaklah (kamu bermaksud melainkan hendak menjadi orang yang berbuat sewenang-wenang di negeri ini dan tiadalah kamu hendak menjadi salah seorang dari orang-orang yang mengadakan perdamaian”). Ketika orang yang meminta tolong kepadanya mengatakan demikian, orang Mesir yang mengerjarnya itu mendengar apa yang dikatakannya, sehingga orang Mesir itu kini mengetahui, bahwa yang membunuh orang kemarin adalah Musa sendiri. Lalu ia pergi kepada Firaun dan menceritakan hal itu kepadanya. Firaun memerintahkan kepada algojo-algojonya untuk menangkap dan membunuh Nabi Musa. Dengan segera para algojo itu berangkat mencari Musa.

.

Tafsir Ibnu Katsir

Allah Swt. menceritakan keadaan Musa setelah membunuh orang Egypt, bahwa jadilah ia:

di kota itu merasa takut. (Al-Qashash: 18)

sebagai akibat dari apa yang telah diperbuatnya.

menunggu-nunggu dengan khawatir. (Al-Qashash: 18)

Yakni memantau perkembangan dari perkara yang telah dilakukannya itu. Maka di suatu jalan tiba-tiba ia bersua dengan orang yang pernah ditolongnya kemarin menghadapi orang Egypt. Ternyata orang itu sedang berkelahi lagi dengan orang Egypt lainnya. Ketika orang Israil itu melihat Musa, ia meminta tolong lagi kepada Musa untuk menghadapi orang Egypt yang menjadi lawannya. Maka Musa berkata kepadanya:

Sesungguhnya kamu benar-benar orang sesat yang nyata (kesesatannya). (Al-Qashash: 18)

Maksudnya, jelas kesesatannya dan banyak keburukannya. Lalu Musa berniat hendak memukul orang Egypt tersebut, tetapi orang Israil yang lemah lagi terhina itu mengira bahwa Musa tiada lain hendak memukul dirinya karena apa yang barusan dikatakannya. Maka orang Israil itu berkata membela dirinya:

Hai Musa, apakah kamu bermaksud hendak membunuhku, sebagaimana kamu kemarin telah membunuh seorang manusia? (Al-Qashash: 19)

Padahal peristiwa tersebut tiada yang mengetahuinya selain dia dan Musa a.s. Tetapi setelah pengakuan tersebut terdengar oleh orang Egypt yang menjadi lawannya, maka ia segera melarikan diri dan langsung menuju ke istana Fir’aun, lalu melaporkan hal tersebut kepadanya. Dengan demikian, Fir’aun mengetahui siapa pelaku pembunuhan itu. Maka ia menjadi sangat marah dan bertekad akan membunuh Musa. Kemudian ia mencarinya dengan mengutus orang-orangnya untuk mengejar Musa dan menangkapnya, lalu dihadapkan kepada dirinya.

Wallahu a’lam dan segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.

 

Artikel SebelumnyaMenyelamatkan Diri dari Penangkapan Fir’aun
Artikel SelanjutnyaDoa Nabi Musa ‘Alaihis Salam