Mengada-adakan Suatu Kebohongan

Tafsir Al-Qur’an: Surah Hud ayat 18-19

0
372

Kajian Tafsir Surah Hud ayat 18-19. Menerangkan tentang orang-orang yang mengada-adakan suatu kebohongan terhadap Allah, orang yang tidak percaya adanya hari akhirat dan balasan untuk mereka. Allah Subhaanahu wa Ta’aala berfirman:

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

  وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرَى عَلَى اللّهِ كَذِباً أُوْلَـئِكَ يُعْرَضُونَ عَلَى رَبِّهِمْ وَيَقُولُ الأَشْهَادُ هَـؤُلاء الَّذِينَ كَذَبُواْ عَلَى رَبِّهِمْ أَلاَ لَعْنَةُ اللّهِ عَلَى الظَّالِمِينَ -١٨- الَّذِينَ يَصُدُّونَ عَن سَبِيلِ اللّهِ وَيَبْغُونَهَا عِوَجاً وَهُم بِالآخِرَةِ هُمْ كَافِرُونَ -١٩

Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang mengada-adakan suatu kebohongan terhadap Allah? Mereka itu akan dihadapkan kepada Tuhan mereka, dan para saksi akan berkata, “Orang-orang inilah yang telah berbohong terhadap Tuhan mereka.” Ingatlah, laknat Allah (ditimpakan) keada orang yang zalim, (yaitu) mereka yang menghalangi dari jalan Allah dan menghendaki agar jalan itu bengkok. Dan mereka itulah orang yang tidak percaya adanya hari akhirat. (Q.S. Hud : 18-19)

.

Tafsir Ibnu Abbas

Wa man azhlamu (dan siapakah yang lebih zalim), yakni siapakah yang lebih durhaka dan lebih lancang.

Mimmaniftarā (daripada orang yang membuat-buat), yakni yang mereka-reka.

‘Alallāhi kadzibā, ulā-ika yu‘radlūna ‘alā rabbihim (kebohongan terhadap Allah? Mereka akan dihadapkan kepada Rabb-nya), yakni akan digiring ke hadapan Rabb-nya.

Wa yaqūlul asyhādu (dan para saksi akan berkata), yaitu para malaikat dan para nabi.

Hā-ulā-i (“Orang-orang inilah), yakni orang-orang kafir inilah.

Alladzīna kadz-dzabū ‘alā rabbihim alā la‘natullāhi (yang telah berdusta terhadap Rabb-nya.” Ketahuilah, laknat Allah-lah), yakni azab Allah.

‘Alazh zhālimīn (untuk orang-orang zalim itu), yakni untuk orang-orang musyrik.

Alladzīna yashuddūna (orang-orang yang menghalang-halangi), yakni memalingkan.

‘Aη sabīlillāhi (dari jalan Allah), yakni dari agama Allah Ta‘ala dan ketaatan kepada-Nya.

Wa yabghūnahā ‘iwājā (serta menginginkan jalan itu menjadi bengkok), yakni berupaya agar jalan itu menjadi bengkok. Menurut pendapat yang lain, jadi berubah.

Wa hum bil ākhirati (dan mereka, akan adanya akhirat), yakni akan adanya kebangkitan sesudah mati.

Hum kāfirūn (adalah orang-orang yang ingkar), yakni orang-orang yang kafir.


BACA JUGA: Tafsir Al-Qur’an Juz Ke-12 untuk ayat lainnya

Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur’an

  1. Dan siapakah yang lebih zalim[10] daripada orang yang mengada-adakan suatu kebohongan terhadap Allah?[11] Mereka itu akan dihadapkan kepada Tuhan mereka[12], dan para saksi[13] akan berkata, “Orang-orang inilah yang telah berbohong terhadap Tuhan mereka.” Ingatlah, laknat Allah (ditimpakan) keada orang yang zalim[14],

[10] Yakni tidak ada yang lebih zalim.

[11] Seperti menisbatkan sekutu dan anak kepada-Nya, menyifati-Nya dengan sifat yang tidak sesuai dengan keagungan-Nya, memberitakan dari-Nya padahal Dia tidak mengatakannya, mengaku sebagai nabi, dan berbagai bentuk kebohongan terhadap Allah lainnya.

[12] Pada hari kiamat di hadapan semua makhluk.

[13] Maksud para saksi di sini adalah malaikat, nabi-nabi dan anggota badannya sendiri.

[14] Yakni orang-orang musyrik. Laknat Allah tidak akan terputus menimpa mereka, karena kezaliman mereka sudah menjadi sifat yang melekat dalam diri mereka sehingga tidak menerima lagi keringanan. Sifat kezaliman mereka tersebut dalam ayat selanjutnya.

  1. (yaitu) mereka yang menghalangi dari jalan Allah[15] dan menghendaki agar jalan itu bengkok[16]. Dan mereka itulah orang yang tidak percaya adanya hari akhirat.

[15] Yaitu agama Islam.

[16] Dengan berusaha memembengkokkan, memperburuk citranya, memfitnahnya, sehingga jalan yang lurus tersebut di hadapan manusia seakan-akan tidak lurus, yang batil menjadi nampak indah, sedangkan yang benar menjadi nampak buruk.

.

Tafsir Jalalain

  1. (Dan siapakah) tidak ada seorang pun (yang lebih lalim daripada orang yang membuat-buat dusta terhadap Allah?) dengan menisbatkan sekutu terhadap-Nya dan menganggapnya mempunyai anak. (Mereka itu akan dihadapkan kepada Rabb mereka) kelak di hari kiamat di antara semua makhluk-Nya (dan para saksi akan berkata) lafal asyhaad adalah bentuk jamak dari lafal syahiid yang artinya saksi. Mereka adalah para malaikat; mereka memberikan kesaksian, bahwa para rasul telah menyampaikan risalahnya, adapun orang-orang kafir mereka cap sebagai pendusta (“Orang-orang inilah yang telah berdusta terhadap Rabb mereka.” Ingatlah, kutukan Allah dilimpahkan atas orang-orang yang lalim) yaitu orang-orang musyrik.
  2. (Yaitu orang-orang yang menghalangi manusia dari jalan Allah) dari agama Islam (dan menghendaki supaya jalan itu) (bengkok) tidak lurus (Dan mereka terhadap hari kemudian adalah) lafal hum kedua mengukuhkan makna lafal hum pertama (orang-orang yang tidak percaya).

.

Tafsir Ibnu Katsir

Allah Subhaanahu wa Ta’aala menerangkan keadaan orang-orang yang mendustakan-Nya, juga tentang dipermalukan-Nya mereka di hari akhirat kelak di hadapan mata kepala semua makhluk dari kalangan para malaikat, para rasul, para nabi, serta seluruh umat manusia dan jin. Sehubungan dengan hal ini Imam Ahmad mengatakan;

حَدَّثَنَا بَهْز وَعَفَّانُ قَالَا أَخْبَرَنَا هَمَّام، حَدَّثَنَا قَتَادَةُ، عَنْ صَفْوَانَ بْنِ مُحْرِز قَالَ: كُنْتُ آخِذًا بِيَدِ ابْنِ عُمَرَ، إِذْ عَرَضَ لَهُ رَجُلٌ قَالَ: كَيْفَ سَمِعْتَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ فِي النَّجْوَى يَوْمَ الْقِيَامَةِ؟ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: يَقُولُ: إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ يُدْنِي الْمُؤْمِنَ، فَيَضَعُ عَلَيْهِ كنَفَه، وَيَسْتُرُهُ مِنَ النَّاسِ، وَيُقَرِّرُهُ بِذُنُوبِهِ، وَيَقُولُ لَهُ: أَتَعْرِفُ ذَنْبَ كَذَا ؟ أَتَعْرِفُ ذَنْبَ كَذَا ؟ أَتَعْرِفُ ذَنْبَ كَذَا ؟ حَتَّى إِذَا قَرَّره بِذُنُوبِهِ، وَرَأَى فِي نَفْسِهِ أَنَّهُ قَدْ هَلَكَ قَالَ: فَإِنِّي قَدْ سَتَرْتُهَا عَلَيْكَ فِي الدُّنْيَا، وَإِنِّي أَغْفِرُهَا لَكَ الْيَوْمَ. ثُمَّ يُعْطَى كِتَابَ حَسَنَاتِهِ، وَأَمَّا الْكُفَّارُ وَالْمُنَافِقُونَ فَيَقُولُ: الأشْهَادُ هَؤُلاءِ الَّذِينَ كَذَبُوا عَلَى رَبِّهِمْ أَلا لَعْنَةُ اللَّهِ عَلَى الظَّالِمِينَ

Telah menceritakan kepada kami Bahz dan Affan; keduanya mengatakan, telah menceritakan kepada kami Hammam, telah menceritakan kepada kami Qatadah, dari Safwan ibnu Muharriz yang mengatakan bahwa ia dalam keadaan memegang tangan Ibnu Umar di saat-ada seorang lelaki bertanya kepadanya, “Apakah yang telah engkau dengar dari Rasulullah ﷺ tentang najwa (berbisik) di hari kiamat kelak?” Ibnu Umar menjawab, bahwa ia pernah mendengar Nabi ﷺ bersabda: Sesungguhnya Allah Subhaanahu wa Ta’aala mendekati orang mukmin, lalu meletakkan perlindungan dan naungan-Nya di atas orang mukmin itu sehingga orang mukmin itu dalam keadaan tertutup dari pandangan manusia. Lalu Allah menyebutkan semua dosanya. Allah berfirman kepadanya, “Tahukah kamu dosa ini? Tahukah kamu dosa itu? Tahukah kamu dosa anu?” Setelah Allah menyebutkan semua dosanya dan orang mukmin yang bersangkutan merasakan bahwa dirinya pasti binasa, maka Allah berfirman, “Sesungguhnya Aku telah menutupi dosa-dosamu itu sewaktu di dunia, dan sesungguhnya Aku sekarang mengampuninya bagimu hari ini.” Kemudian diberikan kepadanya kitab catatan amal-amal kebaikannya. Adapun terhadap orang-orang kafir dan orang-orang munafik, maka para saksi akan berkata, “Orang-Orang inilah yang telah berdusta terhadap Tuhan mereka.” Ingatlah, kutukan Allah (ditimpakan) atas orang-orang yang zalim.

Imam Bukhari dan Imam Muslim mengetengahkannya di dalam kitab Sahihain melalui hadits Qatadah dengan sanad yang sama.

Firman Allah Subhaanahu wa Ta’aala:

(Yaitu) orang-orang yang menghalangi (manusia) dari jalan Allah dan menghendaki (supaya) jalan itu bengkok. (Hud: 19)

Maksudnya, mereka mencegah manusia mengikuti perkara hak, mencegah manusia menempuh jalan hidayah yang menghantarkan kepada Allah, dan menjauhkan mereka dari surga.

Dan menghendaki (supaya) jalan itu bengkok (Hud: 19) Yakni mereka menghendaki agar jalan manusia itu bengkok, tidak lurus.

Dan mereka itulah orang-orang yang tidak percaya adanya hari akhirat. (Hud: 19)

Yaitu ingkar kepada hari akhirat dan mendustakan kejadian dan keberadaan hari akhirat.

Hanya Allah-lah Yang Maha mengetahui dan hanya bagi Allah-lah segala puji.

 

Artikel SebelumnyaTidak Mampu Menghalangi
Artikel SelanjutnyaAlquran Sebagai Pedoman, Panutan, Serta Rahmat Dari Allah