LKPD Menyimpulkan Unsur Intrinsik Cerita Pendek

0
1370
Pengertian, Ciri, Unsur Intrinsik, Alur, Struktur, Membuat, Menyimpulkan, LKPD, Latihan Soal, Cerita Pendek.
Pengertian, Ciri, Unsur Intrinsik, Alur, Struktur, Membuat, Menyimpulkan, LKPD, Latihan Soal, Cerita Pendek.

Lembar kegiatan peserta didik atau LKPD Menyimpulkan Unsur Intrinsik Cerita Pendek pada judul unit ini semoga dapat membantu peserta didik dalam melaksanakan pembelajaran Bahasa Indonesia untuk mencapai tujuan yang kita harapkan.

Lembar Kegiatan Pesera Didik ini dikembangkan berdasarkan:

Kompetensi Dasar

4.5 Menyimpulkan unsur-unsur pembangun karya sastra dengan bukti yang mendukung dari cerita pendek.

Aktivitas pembelajaran ini bertujuan untuk meningkatkan kompetensi peserta didik dalam menyimpulkan unsur-unsur cerita pendek. Aktivitas ini menggunakan model latihan soal.

Selamat berlatih untuk menjadi generasi hebat di masa depan! Cintai dan syukuri Bahasa Indonesia sebagai sarana merajut Indonesia! Bahasa Indonesia anugerah Tuhan yang patut kita syukuri bersama.

Laporan LKPD 3.2

Nama                     :  …….

NIS/NISN                :  ……

Kelas                      :  ……

 

Cerita Pendek “Pohon Keramat”

Baca kembali bagian awal cerita pendek “Pohon Keramat” pada LKPD 3.1!

Nikmati bagaimana alur ceritanya, sikap dan karakter tokoh yang bercerita atau tokoh yang diceritakan (tokoh), dan isi cerita tentang sesuatu yang baik (tema dan pesan)!

Berikut lanjutan cerita tersebut.

Saya merasa waktu itu Kakek adalah orang yang dihormati oleh penduduk kampung. Siapa pun akan mengangguk hormat apabila bertemu Kakek. Di sawah, saat mengontrol, air Kakek menjadi tempat bertanya apabila ada masalah. Dan Kakek adalah orang yang memutuskan apakah tikus atau berang-berang yang mulai merusak itu harus diburu segara atau tidak.

Sering Kakek juga diminta mengobati orang-orang yang sakit. Apalagi bila sakit itu karena makhluk halus yang ‘main-main’ Bila ada orang yang kesambet oleh penghuni Gunung Besar, mereka membawanya ke rumah Kakek. Saya tidak tahu cara Kakek mengobatinya. Mungkin beliau memakai doa-doa, tetapi tidak jarang Kakek malah membawa si sakit ke rumah Pak Mantri.

Kedamaian kampung saya mulai terusik saat jalan besar menghubungkan dengan kota kecamatan dan kota kabupaten diperbesar dan diaspal. Memang aspal alakadarnya, tidak sebagus sekarang. Tapi, jalan itu memberikan gejolak tersendiri. Para petani hilir mudik ke kota kabupaten menjual hasil bumi. Anak-anak remaja tidak sedikit yang kemudian meneruskan sekolah ke kota. Pembangunan pabrik-pabrik semakin santer diinformasikan orang kecamatan.

Perkenalan kampung saya dengan dunia luar, menyadarkan penduduk bahwa di luar sana sudah banyak yang terjadi. Kebutuhan hidup semakin meningkat. Kampung saya semakin sibuk. Ngobrol-ngobrol santai di sawah atau di masjid sehabis shalat jarang dilakukan para orang tua. Bila panen tiba, undangan syukuran semakin jarang. Panen pun hanya dilakukan oleh segelintir orang, tidak lagi merupakan pesta kampung.

Kebutuhan yang semakin mendesak itu memaksa penduduk kampung untuk memfungsikan segala yang dipunyai. Para lulusan sekolah dari kota merencanakan untuk membuat pertanian terpadu di kaki gunung dengan melibatkan seluruh penduduk. Pengelolaan kaki gunung itu dilakukan dengan gotong-royong. Pembangunan pabrik air mineral dan tekstil mulai dibuat orang kota. Saya waktu itu sudah meningkat remaja.

Perselisihan mulai terjadi

Perselisihan antar penduduk mulai terasa ketika penggerak pembangunan yang merupakan lulusan sekolah dari kota itu merencanakan untuk membuka sebagian Gunung Beser, untuk perluasan lahan pertanian dan kebutuhan pabrik. Banyak penduduk yang tidak setuju. Akan tetapi, tidak sedikit yang mendukungnya.

“Saat ini adalah waktunya untuk membangun demi kemajuan. Kita tidak akan pernah bisa maju apabila masih takut dengan hal-hal yang tidak masuk akal” Begitu di antaranya kata-kata yang biasa diucapkan para penggerak pembangunan dan orang kabupaten yang memperjuangkan perluasan pabrik.

“Apanya yang mesti ditakuti dari penghuni Gunung Beser? Mereka malah telah memberikan apa yang dipunyainya. Air yang melimpah, tanah yang subur, dan udara yang segar. Kita tidak bisa memanfaatkan kekayaan itu karena kita takut oleh hal-hal yang tidak perlu ditakutkan, kata mereka.

Semakin banyak penduduk yang mendukung pembukaan Gunung Beser. Sebagian yang masih menghormati kharisma Gunung Beser, datang ke rumah Kakek. Mereka meminta pendapat Kakek. Saya tidak tahu apa yang Kakek katakan sebelum mereka pulang. Besoknya wakil dari panitia pembangunan itu datang ke rumah Kakek. Mereka tahu bahwa Kakek adalah kunci dari masalah ini. Penduduk yang tidak setuju dengan pembukaan Gunung Beser hanya akan mendengarkan apa yang dikatakan Kakek.

Saya tidak begitu jelas menangkap apa yang dibicarakan mereka. Akan tetapi, dari nada suara yang semakin meninggi, saya tahu bahwa mereka bersitegang. Saya mengintip peristiwa itu dari bilik kamar. Saya bersiap meloncat seandainya mereka melakukan kekerasan terhadap Kakek. Akan tetapi, kejadian yang saya lamunkan itu tidak terjadi. Mereka pulang setelah terlebih dahulu menyalami Kakek. Besoknya saya baru tahu bahwa Kakek menyetujui pembukaan sebagian Gunung Beser.

Saat yang sulit

“Saat ini saat sulit,” kata Kakek ketika malamnya saya menanyakan kenapa Kakek menyetujui pembukaan sebagian Gunung Beser. “Semakin banyak kebutuhan hidup dan semakin banyak orang yang merasa pintar. Akan tetapi, orang-orang pintar itu tidak tahu tentang kebijaksanaan. Mereka tidak sadar bahwa sebagian besar manusia yang ada di dunia ini adalah yang ada di bawah standar kepintaran. Kisah Mbah Jayasakti masih perlu untuk melindungi Gunung Beser.”

Saya kurang mengerti apa yang dikatakan Kakek. Ketika malam besoknya Kakek bercerita bahwa Mbah Jayasakti dan keangkeran Gunung Beser itu tidak ada. Saya semakin tidak mengerti dengan Kakek. Kalau begitu, kenapa tidak dari dulu Gunung Beser itu dibuka?

“Gunung Beser akan marah kalau dibuka,” kata Kakek.

“Kan Mbah Jayasakti dan keangkeran itu tidak ada?”

“Ya, tidak ada. Tapi, Gunung Beser tetap akan marah apabila dibuka.”

“Kenapa Kakek menyetujui?”

“Mereka berjanji akan membuka sampai perbatasan kaki gunung saja.”

Pembukaan kaki Gunung Beser itu akan dilakukan dengan bergotong royong. Bantuan tenaga dan dana besar dari pihak pabrik disambut masyarakat. Kejadian yang semakin langka itu ditandai dengan syukuran kampung yang dipimpin oleh pak bupati yang sengaja datang. Tidak ada kejadian-kejadian aneh selama pembukaan kaki gunung. Tanaman pun tumbuh subur karena tanahnya subur dan air melimpah. Pembangunan rumah-rumah karena pabrik-pabrik membutuhkan banyak pekerja yang sebagian besar berdatangan dari daerah lain.

Para penggerak pembangunan itu mendapat pujian dari hampir seluruh penduduk kampung. Mereka membicarakan di setiap pertemuan resmi dan tidak resmi.

Kakek meninggal tidak lama kemudian. Kematian Kakek tidak mendatangkan perhatian yang besar dari penduduk. Saya sedikit cemburu kepada penggerak pembangunan yang sudah mencuri perhatian penduduk dari Kakek itu. Kecemburuan itu bisa mulai hilang karena saya sudah masuk sekolah menengah mengagumi juga apa yang mereka lakukan.

Keberhasilan pertanian

Keberhasilan pertanian dan pabrik itu memberi kemewahan tersendiri bagi kampung saya. Mulai dari pembangunan sarana-sarana umum. Banyak rumah memiliki pesawat televisi. Semakin banyak anak-anak yang meneruskan sekolah di kota. Kepercayaan bahwa keangkeran Gunung Beser itu tidak ada, mendorong penduduk untuk membuka Gunung Beser lebih jauh. Pembukaan tempat-tempat pertanian baru, pembangunan rumah-rumah, pembangunan perusahaan-perusahaan yang memanfaatkan mata air besar, izin-izin pengelola Gunung Beser semakin banyak. Penebangan pohon-pohon besar. Yang tidak punya izin, berdagang kayu sembunyi-sembunyi.

Gunung Beser bercahaya siang malam. Sinar matahari memantul dari bangunan-bangunan dan daerah-daerah kering. Malam bercahaya oleh semaraknya listrik. Penduduk kampung, termasuk saya, menyambut kemajuan itu. Mereka, termasuk saya, tidak menyadari bahwa di kampung semakin terdengar berita adanya perkelahian petani gara-gara berebut air, para remaja putus sekolah kebingungan mencari kerja karena menggarap lahan pertanian yang semakin tidak subur itu terasa rendah, musim yang datang tidak lagi bersahabat. Tiba-tiba saya merasa bahwa hal seperti itu bukan merupakan bagian dari kampung saya.

Kekeringan di musim kemarau dan banjir-banjir kecil di musim hujan tidak lagi asing. Para penduduk tidak menyerah. Alam harus ditaklukkan. Kipas angin dan kulkas menjadi kebutuhan di musim kemarau. Pembangunan bendungan-bendungan kecil untuk menanggulangi musim hujan. Tiba-tiba saya merasa bahwa persahabatan dengan alam menghilang dari kamus kampung saya.

Akhir dari Perlawanan

Perlawanan terhadap alam itu berakhir ketika tahun yang oleh peneliti El Nino itu tiba. Kekeringan membakar kampung saya. Banyak bangunan dan lahan yang hangus. Saat musim hujan tiba banjir besar melanda. Rumah-rumah hanya kelihatan atapnya. Saya sedang duduk di atas atap rumah ketika bantuan puluhan perahu itu tiba.

Saya hanya bisa mencatat peristiwa-peristiwa seperti itu tanpa mengerti apa yang telah terjadi. Seperti remaja lain di kampung, saya kebingungan dengan banyak hal. Satu hal yang pasti, kita harus lebih dekat bersahabat dengan alam agar alam lebih bersahabat dengan kita. Pohon memang keramat, harus dihargai, dihormati, dijaga dipelihara. Tanpa pohon bencana akan lebih sering terjadi menimpa kita. Mbah Jayasakti mestinya berubah menjadi kesadaran ilmu. Kakek benar, banyak orang cuma merasa pintar padahal tidak.

 

Menyimpulkan Unsur Cerita Pendek

Setelah kamu membaca cerpen “Pohon Keramat” simpulkan unsur cerpen dengan mengisi kotak yang tersedia.

Latar tempat

Kutipan cerpen

 

 

.

Latar waktu

Kutipan cerpen

 

 

.

Latar Suasana

Kutipan cerpen

 

 

.

Sudut Pandang Penceritaan

Kutipan cerpen

 

 

.

Karakter (tokoh)

Kutipan cerpen

 

 

.

Alur/plot/struktur

Kutipan cerpen

 

 

.

Amanat

Kutipan cerpen

 

 

 

Berikut, kami sertakan bahan bacaan Menyimpulkan Unsur Intrinsik Teks Cerpen.

Demikian, semoga bermanfaat.

Orang Tua/Wali

………………………

Guru MP

……………..

Nilai

…………

 

Sumber:

Buku Siswa Bahasa Indonesia Kelas IX. Kementerian  Pendidikan dan Kebudayaan RI. Cetakan ke-2, 2018 (Edisi Revisi)

Buku Guru Bahasa Indonesia Kelas IX. Kementerian  Pendidikan dan Kebudayaan RI. Cetakan ke-2, 2018 (Edisi Revisi)

Paket Unit Pembelajaran Program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) Melalui Peningkatan Kompetensi Pembelajaran (PKP) Berbasis Zonasi. Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan. Kementerian  Pendidikan dan Kebudayaan RI. 2019.

Artikel SebelumnyaMenyimpulkan Unsur Intrinsik Teks Cerpen
Artikel SelanjutnyaCerpen Pengertian, Ciri, Unsur, dan Pembahasan Soal

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini