Kosakata Tidak Baku dalam Percakapan

0
8799

Hai sahabat. Alhamdulillah kita masih diberi berbagai kesempatan hidup dengan kesehatannya. Semoga Allah merahmati kita semua. Pembahasan kali ini masih seputar teks drama. Sebagaimana  halnya  percakapan  sehari-hari,  dialog  dalam  teks  drama  juga  tidak lepas dari munculnya kosakata tidak baku, seperti kok, sih, dong, oh.

Mari kita buka kembali kutipan teks drama hasil adaptasi dari cerpen ”Kena Batunya”, Veronica Widyastuti.  Pada teks tersebut tertulis beberapa percakapan seperti:

  1. “Selamat pagi, Buuuuuu!”
  2. “Sudah dong Bu.”
  3. “Arga, kamu nggak boleh seperti itu sama temannya.”
  4. “Arga, kenapa sih kamu selalu usil?”
  5. “Aduh…maaf deh! Kamu marah ya, In?”
  6. “Iya dong. habis…kamu nakal.”
  7. “Wah…jangan marah dong, aku kan cuma bercanda.
  8. “Aku nggak ngomong lagi sama kalian!”
  9. “Sudahlah In, nggak usah dipikirkan.”
  10. “Dis, nama kamu kok bagus sih.”
  11. “Apa sih, kamu mau mengganggu lagi, ya? Beraninya cuma sama anak perempuan.”
  12. “Aku kan cuma bertanya, mengeja nama Gendis itu gimana. Masak gitu aja marah.”
  13. “Memangnya kenapa sih? (Curiga) Gendis ya mengejanya G-E-N-D-I-S dong!”
  14. “Haaa…kamu itu gimana sih Dis. Udah SMP kok belum bisa mengeja nama sendiri dengan  Gendis itu mengejanya G-E-M-B-U-L. Itu  kayak pamannya Bobo, hahaha….”
  15. “Arga, kamu selalu begitu! Bisa nggak sih, sehari tanpa berbuat nakal?”
  16. “Aduh…tolong, dong. Aku nggak bisa bangun nih.”
  17. “Apa-apaan ditolong. Dia kan suka menganggu kita kita. Biar tahu  rasa  Lagi pula, paling dia cuma pura-pura. Nanti kita dikerjain  lagi .”
  18. “Aduh…aku nggak pura-pura. Kakiku sakit sekali. (Merintih) Aku janji nggak akan ngerjain kalian lagi.”
  19. “Sudahlah, kita kan nggak boleh dendam sama orang lain. Bagaimanapun, Arga kan teman kita juga.”
  20. “Aduh…kakiku sakit sekali. Aku nggak kuat berdiri nih.”
  21. “Gini aja  Dis,  kamu ke sekolah cari Pak Yan yang jaga sekolah.”
  22. “Makanya kamu jangan suka ngerjain orang, apalagi mengolok-olok kekurangan mereka. Jangan suka meremehkan anak perempuan. Nyatanya,  kamu  membutuhkan  mereka  juga, kan?”
  23. “Iya deh, aku janji nggak akan ngerjain kalian lagi.”
  24. “Ternyata kalau aku nggak nakal, sahabatku tambah banyak,”

Contoh-contoh kalimat di atas telah menjadi bagian dari percakapan dan membaur dalam keseharian kita. Namun andaikan kita bertanya, apakah kalimat tersebut merupakan kalimat yang baik dan benar?

Kita cermati beberapa penggunaan kosa kata, seperti:

  1. Penulisan Buuuuuu.
  2. Penggunaan kata dong, sih deh, kok, nih.
  3. Penggunaan kata nggak, gimana, masak, kayak,  gitu, gini, aja.
  4. Penggunaan kata dikerjain, ngerjain.

Suatu kenyataan bahwa dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) pasti kita tidak akan menemukan kata-kata seperti: Buuuuuu, dong, sih deh, kok, nih, nggak,  gimana, masak, kayak,  gitu, gini, aja.

Kecuali kata “kok” pada kalimat “Dis, nama kamu kok bagus sih.” Kita akan menemukan arti kata kok dalam KBBI yang artinya “Bola dalam permainan bulu tangkis, terbuat dari gabus berbentuk setengah bulatan yang berlapis kulit tipis, pada bagian yang rata diberi bulu-bulu unggas yang dipasang berdiri melingkar sepanjang pinggirnya.” Namun, “kok” dalam kalimat tersebut bukan bola dalam permainan bulu tangkis.

Kata “dikerjain” dan “ngerjain” berasal dari kata “kerja” yang artinya “Kegiatan melakukan sesuatu atau mata pencaharian.” Namun apabila seperti kata-kata tersebut diberi akhiran –in, maka menjadi kata yang bermasalah, karena bahasa Indonesia tidak mengenal akhiran –in seperti contoh tersebut.

Munculnya kosakata tidak baku dalam teks drama seperti contoh di atas, sudah merupakan ciri kebahasaan yang tidak bisa dihindari. Karena karakteristik teks drama berbentuk dialog sehari-hari yang di dalamnya melukiskan sifat dan sikap manusia dan harus melahirkan kehendak manusia dengan akting dan perilaku.

Akting dalam situasi akrab atau yang dilakukan oleh dua orang atau lebih yang berteman dekat,  kosa kata dan kaidah gramatikal secara otomatis tidak akan terpenuhi seperti layaknya ragam formal. Namun apabila situasi berubah misalnya terjadi dialog antara pimpinan dengan bawahan dengan latar percakapan ruang rapat atau antara majelis hakim dengan pengacara dengan latar tempat ruang sidang, maka seiring perubahan tersebut ragam bahasa dan kaidah gramatikal pun senantiasa akan berubah.

Kembali kepada bahasan awal tentang kosakata baku dan kosakata tidak baku dapat dijelaskan bahwa kosakata baku adalah kosakata bahasa Indonesia yang mengacu kepada ejaan yang sesuai dengan ejaan yang disempurnakan (EYD). Dan semua kosa kata baku tersebut terkumpul dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).

Kosakata baku biasa kita gunakan untuk melakukan komunikasi atau penyusunan kalimat dalam bahasa formal. Dalam bahasa formal, kita harus sesantiasa berpedoman kepada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) tersebut.

BACA JUGA : Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas 8 Semester 1

Sementara konteks atau situasi dalam percakapan teks drama dapat mencakup situasi formal atau tidak formal. Jika situasi tokoh semakin serius, ragam bahasa akan otomatis serius dan lebih ke ragam formal dengan menggunakan kosakata dan kaidah gramatikal. Sebaliknya ketika situasi dan latar yang santai, maka kosakata baku dan konstruksi gramatikal pun tidak dituntut untuk diikutsertakan dalam cakapan.

Demikian yang dapat saya sampaikan. Semoga ada manfaatnya.

 

 

Artikel SebelumnyaKonjungsi Temporal dalam Teks Drama
Artikel SelanjutnyaPentingnya Penggunaan Kata Ganti

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini