Kesakitan Sakaratul Maut

Kajian Tafsir Surah Al-An'aam ayat 93

0
246

Kajian Tafsir Surah Al-An’aam ayat 93. Hal yang akan disaksikan oleh orang yang mengada-adakan kedustaan terhadap Allah Subhaanahu wa Ta’aala menjelang mati/ dalam kesakitan sakaratul maut, serta terputusnya hubungan dan nasab pada hari Kiamat. Allah Subhaanahu wa Ta’aala berfirman:

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرَى عَلَى اللَّهِ كَذِبًا أَوْ قَالَ أُوحِيَ إِلَيَّ وَلَمْ يُوحَ إِلَيْهِ شَيْءٌ وَمَنْ قَالَ سَأُنْزِلُ مِثْلَ مَا أَنْزَلَ اللَّهُ وَلَوْ تَرَى إِذِ الظَّالِمُونَ فِي غَمَرَاتِ الْمَوْتِ وَالْمَلائِكَةُ بَاسِطُو أَيْدِيهِمْ أَخْرِجُوا أَنْفُسَكُمُ الْيَوْمَ تُجْزَوْنَ عَذَابَ الْهُونِ بِمَا كُنْتُمْ تَقُولُونَ عَلَى اللَّهِ غَيْرَ الْحَقِّ وَكُنْتُمْ عَنْ آيَاتِهِ تَسْتَكْبِرُونَ

Siapakah yang lebih zalim daripada orang yang mengada-adakan dusta terhadap Allah atau yang berkata, “Telah diwahyukan kepadaku,” padahal tidak diwahyukan sesuatu pun kepadanya, dan orang yang berkata, “Aku akan menurunkan seperti apa yang diturunkan Allah.” (Alangkah ngerinya) sekiranya kamu melihat pada waktu orang-orang zalim berada dalam kesakitan sakaratul maut, sedang para malaikat memukul (dan menyiksa) dengan tangannya, (sambil berkata), “Keluarkanlah nyawamu.” Pada hari ini kamu akan dibalas dengan azab yang sangat menghinakan, karena kamu mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang tidak benar dan (karena) kamu menyombongkan diri terhadap ayat-ayat-Nya. (Q.S. Al-An’aam : 93)

.

Tafsir Ibnu Abbas

Wa man azhlamu (dan siapakah yang lebih zalim), yakni siapakah yang lebih melampaui batas dan lebih lancang.

Mimmaniftarā (daripada orang yang membuat-buat), yakni mereka-reka.

‘Alallāhi kadziban au qāla (kebohongan terhadap Allah, atau yang mengatakan) bahwa Allah Ta‘ala tidak menurunkan sesuatu pun kepada manusia. Orang tersebut adalah Malik bin ash-Shaif. Makna au qāla (atau yang mengatakan), yakni dan orang yang mengatakan ….

Ūhiya ilayya (“Telah diwahyukan kepada saya”) sebuah kitab.

Wa lam yūha ilaihi syai-un (padahal tidak ada sesuatu pun yang diwahyukan kepadanya), yakni tak satu kitab pun yang diwahyukan kepadanya. Orang tersebut adalah Musailamah al-Kadzdzab.

Wa mang qāla sa uηzilu mitsla mā aηzalallāh (dan juga orang yang mengatakan, “Saya akan menurunkan seperti apa yang Diturunkan Allah”), yakni, “Saya akan mengatakan seperti apa yang dikatakan Muhammad ﷺ.” Orang tersebut adalah ‘Abdullah bin Sa‘d bin Abi Sarh.

Wa lau tarā (dan sekiranya kamu melihat), hai Muhammad ﷺ.

Idzizh zhālimūna (ketika orang-orang zalim), yakni orang-orang musyrik dan orang-orang munafik pada Perang Badr.

Fī ghamarātil mauti (mengalami sakratulmaut), yakni ketika didatangi dan dijemput maut.

Wal malā-ikatu bāsithū aidīhim (sementara para malaikat membentangkan tangannya), yakni memukulkan tangannya kepada roh-roh mereka.

Akhrijū (“Keluarkanlah), yakni para malaikat itu berkata,”Keluarkanlah”.

Aηfusakum (nyawa kalian”) roh kalian.

Al-yauma (pada hari ini), yakni pada hari Badr. Ada juga yang berpendapat, pada hari kiamat.

Tujzauna ‘adzābal hūni (kalian akan diberi balasan dengan azab yang sangat menghinakan), yakni azab yang teramat dahsyat.

Bimā kuηtum taqūlūna ‘alallāhi ghairal haqqi (karena kalian selalu mengatakan selain kebenaran terhadap Allah), yakni sesuatu yang tidak benar.

Wa kuηtum ‘an āyātihī (dan [karena] kalian terhadap ayat-ayat-Nya), yakni terhadap Muhammad ﷺ dan Al-Qur’an.

Tastakbirūn (senantiasa menyombongkan diri), yakni ketika di dunia kalian senantiasa bersikap sombong untuk beriman kepada Muhammad ﷺ.

BACA JUGA Kajian Tafsir Al-Qur’an Juz Ke-7 Lengkap 

Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur’an

  1. Siapakah yang lebih zalim daripada orang yang mengada-adakan dusta terhadap Allah[35] atau yang berkata, “Telah diwahyukan kepadaku,”[36] padahal tidak diwahyukan sesuatu pun kepadanya, dan orang yang berkata, “Aku akan menurunkan seperti apa yang diturunkan Allah.”[37] (Alangkah ngerinya) sekiranya kamu melihat pada waktu orang-orang zalim berada dalam kesakitan sakaratul maut, sedang para malaikat memukul (dan menyiksa) dengan tangannya, (sambil berkata)[38], “Keluarkanlah nyawamu.” Pada hari ini kamu akan dibalas dengan azab yang sangat menghinakan, karena kamu mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang tidak benar[39] dan (karena) kamu menyombongkan diri[40] terhadap ayat-ayat-Nya[41].

[35] Dengan mengaku sebagai nabi padahal bukan nabi.

[36] Seperti Musailamah Al Kadzdzab.

[37] Mereka memperolok ayat-ayat Allah, merekalah orang-orang berkata, “Jika kami mau, kami juga dapat berkata seperti ini.” Termasuk pula orang-orang yang berani menantang Al-Qur’an. Kezaliman apa yang lebih besar daripada kezaliman orang yang lemah lagi miskin serta memiliki kekurang mengaku mampu melakukan seperti yang dilakukan Yang Maha Kuat, Maha Kaya dan memiliki kesempurnaan dari berbagai sisi?

[38] Dengan keras.

[39] Seperti mengaku nabi dan menerima wahyu dan mengaku mampu membuat kitab yang sama dengan Al-Qur’an. Balasan seperti ini sesuai amal yang mereka kerjakan.

[40] Mengangkat diri dan tidak tunduk kepada ayat-ayat-Nya.

[41] Dalam ayat ini terdapat dalil adanya azab kubur dan nikmatnya, karena kata-kata di atas dan azab tersebut terjadi ketika mereka sakaratul maut, menjelang mati dan setelahnya.

.

Tafsir Jalalain

  1. (Dan siapakah) maksudnya tidak ada seorang pun (yang lebih lalim daripada orang yang membuat kedustaan terhadap Allah) dengan mengaku menjadi seorang nabi padahal tidak ada yang mengangkatnya menjadi nabi (atau yang berkata, “Telah diwahyukan kepada saya,” padahal tidak ada diwahyukan sesuatu pun kepadanya) ayat ini diturunkan berkenaan dengan sikap Musailamah si pendusta itu (dan) lebih aniaya daripada (orang yang berkata, “Saya akan menurunkan seperti apa yang diturunkan Allah”) mereka adalah orang-orang yang memperolok-olokkan Al-Qur’an; mereka mengatakan, bahwa andaikata kami suka niscaya kami pun dapat membuat kata-kata seperti Al-Qur’an (dan sekiranya engkau melihat) wahai Muhammad (tatkala orang-orang lalim) yang telah disebutkan tadi (berada dalam sekarat) yaitu sedang menghadapi kematiannya (yakni maut sedangkan para malaikat memukul dengan tangannya) kepada mereka seraya menyiksa lalu para malaikat itu berkata dengan kasar kepada mereka (“Keluarkanlah nyawamu,”) kepada kami untuk kami cabut. (Di hari ini kamu dibalas dengan siksaan yang sangat menghinakan) sangat merendahkan (karena kamu selalu mengatakan terhadap Allah perkataan yang tidak benar) dengan mengaku menjadi nabi dan berpura-pura diberi wahyu padahal dusta (dan karena kamu selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayat-Nya) kamu merasa tinggi diri tidak mau beriman kepada ayat-ayat-Nya. Jawab dari huruf lau ialah: niscaya engkau akan melihat peristiwa yang mengerikan.

.

Tafsir Ibnu Katsir

Mengenai firman Allah Subhaanahu wa Ta’aala:

Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang membuat kedustaan terhadap Allah. (Al-An’aam: 93)

Artinya, tidak ada seorang pun yang lebih zalim (aniaya) daripada orang yang membuat kedustaan terhadap Allah, lalu ia menjadikan sekutu-sekutu bagi-Nya, atau anak, atau mengaku-ngaku bahwa dirinya telah diutus oleh Allah kepada manusia, padahal Allah tidak mengutusnya. Karena itulah dalam firman selanjutnya disebutkan:

Atau yang berkata, “Telah diwahyukan kepada saya, “padahal tidak ada diwahyukan sesuatu pun kepadanya. (Al-An’aam: 93)

Ikrimah dan Qatadah mengatakan bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan Musailamah Al-Kazzab.

Dan orang yang berkata, “Saya akan menurunkan seperti apa yang diturunkan Allah” (Al-An’aam: 93)

Maksudnya orang yang mendakwakan dirinya mampu menandingi wahyu yang diturunkan dari sisi Allah melalui perkataan yang dibuat-buatnya, seperti yang dikisahkan dalam ayat yang lain:

وَإِذَا تُتْلَى عَلَيْهِمْ آيَاتُنَا قَالُوا قَدْ سَمِعْنَا لَوْ نَشَاءُ لَقُلْنَا مِثْلَ هَذَا

Dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Kami, mereka berkata, “Sesungguhnya kami telah mendengar (ayat-ayat yang seperti ini). Kalau kami menghendaki, niscaya kami dapat membacakan yang seperti ini.” (Al-Anfal: 31), hingga akhir ayat.

Firman Allah Subhaanahu wa Ta’aala:

Sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang yang zalim (berada) dalam tekanan-tekanan sakaratul maut. (Al-An’aam: 93)

Yakni sedang berada dalam sakaratul maut, kesakitannya dan penderitaannya.

Sedangkan para malaikat memukul dengan tangannya. (Al-An’aam: 93)

Yaitu memukulinya, sama halnya dengan pengertian yang terdapat di dalam ayat lain:

لَئِنْ بَسَطْتَ إِلَيَّ يَدَكَ لِتَقْتُلَنِي

Sungguh kalau kamu menggerakkan tanganmu kepadaku untuk membunuhku. (Al-Maidah: 28), hingga akhir ayat.

وَيَبْسُطُوا إِلَيْكُمْ أَيْدِيَهُمْ وَأَلْسِنَتَهُمْ بِالسُّوءِ

Dan niscaya mereka melepaskan tangan dan lidah mereka kepada kalian dengan menyakiti (kalian). (Al-Mumtahanah: 2), hingga akhir ayat.

Ad-Dahhak dan Abu Saleh mengatakan bahwa basitu aidiyahum artinya memukulkan tangan mereka, yakni menimpakan siksaan. Sama dengan pengertian yang terkandung di dalam ayat lain, yaitu:

وَلَوْ تَرَى إِذْ يَتَوَفَّى الَّذِينَ كَفَرُوا الْمَلائِكَةُ يَضْرِبُونَ وُجُوهَهُمْ وَأَدْبَارَهُمْ

Kalau kamu melihat ketika para malaikat itu mencabut nyawa orang-orang yang kafir seraya memukul muka dan belakang mereka. (Al-Anfal: 50)

Karena itulah dalam surat ini disebutkan melalui firman-Nya:

Sedangkan para malaikat memukul dengan tangannya. (Al-An’aam: 93)

Yakni memukulinya sehingga rohnya keluar dari jasadnya. Karena itulah dalam firman selanjutnya disebutkan:

(Sambil berkata), “Keluarkanlah nyawa kalian.” (Al-An’aam: 93)

Orang kafir apabila mengalami sakaratul maut, para malaikat datang kepadanya membawa azab, pembalasan, rantai, belenggu, api, dan air mendidih serta murka dari Tuhan Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Akan tetapi, rohnya bercerai-berai ke dalam seluruh tubuhnya dan membangkang, tidak mau keluar. Maka para malaikat memukulinya hingga rohnya keluar dari jasadnya, seraya berkata:

Keluarkanlah nyawa kalian! Di hari ini kalian dibalas dengan siksaan yang sangat menghinakan, karena kalian selalu mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang tidak benar. (Al-An’aam: 93), hingga akhir ayat.

Artinya, pada hari ini kalian benar-benar akan dihinakan dengan sehina-hinanya, sebagai balasan dari kedustaan kalian terhadap Allah, sikap sombong kalian yang tidak mau mengikuti ayat-ayat-Nya, dan tidak mau taat kepada rasul-rasul-Nya.

BACA JUGA : Terputusnya Hubungan dan Nasab pada Hari Kiamat 

Hadits-hadits yang mutawatir banyak yang menceritakan perihal sakaratul maut yang dialami oleh orang mukmin dan orang kafir. Hal ini akan diterangkan dalam tafsir firman Allah Subhaanahu wa Ta’aala:

يُثَبِّتُ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الآخِرَةِ

Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat. (Ibrahim: 27)

Sehubungan dengan bab ini Ibnu Murdawaih menuturkan sebuah hadits yang sangat panjang melalui jalur yang garib, dari Ad-Dahhak, dari Ibnu Abbas secara marfu’.

Hanya Allah Yang Maha mengetahui dan segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.

 

Artikel SebelumnyaTerputusnya Hubungan dan Nasab pada Hari Kiamat
Artikel SelanjutnyaAl-Qur’an, Kitab yang Penuh Berkah

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini