Keluarnya Rasulullah ﷺ dan Kaum Mukmin ke Perang Uhud

Kajian Tafsir Surah Ali Imran ayat 121

0
382

Kajian Tafsir Surah Ali Imran ayat 121. Keluarnya Rasulullah ﷺ dan kaum mukmin ke perang Uhud. Allah Subhaanahu wa Ta’aala berfirman:

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

وَإِذْ غَدَوْتَ مِنْ أَهْلِكَ تُبَوِّئُ الْمُؤْمِنِينَ مَقَاعِدَ لِلْقِتَالِ وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ

Dan (ingatlah), ketika engkau (Muhammad) berangkat meninggalkan keluargamu untuk mengatur orang-orang beriman pada pos-pos pertempuran. Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui. (Q.S. Ali Imran : 121)

.

Tafsir Ibnu Abbas

Wa idz ghadauta min ahlika (dan [ingatlah], ketika kamu berangkat pada pagi hari dari [rumah] keluargamu), yakni ketika kamu pergi dari Medinah pada peperangan Uhud.

Tubawwi-ul mu’minīna (untuk menempatkan kaum mukminin), yakni menempatkan kaum mukminin di Gunung Uhud.

Maqā‘idahum lil qitāl (pada beberapa tempat untuk berperang), yakni pada beberapa tempat untuk memerangi musuh.

Wallāhu samī‘un (dan Allah Maha Mendengar) perkataan kalian.

‘Alīm (lagi Maha Mengetahui) apa yang menimpa kalian dan membuat kalian meninggalkan posisi.

.

Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur’an

121.[1] Dan (ingatlah), ketika engkau (Muhammad) berangkat meninggalkan keluargamu untuk mengatur orang-orang beriman[2] pada pos-pos pertempuran[3]. Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.

[1] Hikmah disebutkan kisah perang Uhud dan perang Badar adalah karena Allah Subhaanahu wa Ta’aala telah menjanjikan kemenangan kepada kaum mukminin jika mereka bersabar dan bertakwa serta akan menghindarkan tipu daya musuh. Hal ini adalah janji yang umum, di mana janji tersebut tidak akan meleset jika kaum mukmin mengerjakan syaratnya. Allah Subhaanahu wa Ta’aala memberikan contoh dengan perang Badar, saat mereka bersabar dan bertakwa, Allah memberikan kemenangan, namun ketika mereka kurang memperhatikan kesabaran dan ketakwaan, mereka pun kalah. Di antara hikmah disebutkan bersamaan kisah perang Badar dan Uhud adalah bahwa Allah menyukai hamba-Nya apabila mereka tertimpa musibah yang tidak mereka sukai segera mengingat hal yang mereka cintai, sehingga musibah menjadi ringan dan membuat mereka bersyukur kepada Allah atas nikmat yang besar itu.

[2] Hal ini menunjukkan kecemerlangan pendapat Beliau dan menunjukkan keberaniannya, di mana Beliau yang langsung mengatur posisi kaum mukmin dalam peperangan.

[3] Peristiwa ini terjadi pada perang Uhud yang menurut ahli sejarah terjadi pada tahun ke 3 H. Pada waktu itu, Beliau keluar membawa 1.000 orang pasukan atau kurang lima puluh (950 pasukan), sedangkan kaum musyrikin berjumlah 3.000 orang. Tetapi baru saja Beliau berangkat, keluarlah dari barisan segolongan kaum munafik yang dipimpin Abdullah bin Ubay, jumlahnya 300 orang. Laskar yang masih setia kepada Nabi Muhammad shallalllahu ‘alaihi wa sallam terus berangkat bersama Beliau shallalllahu ‘alaihi wa sallam, jumlahnya 700 orang. Beliau menempati kaki gunung, dan menjadikan gunung Uhud di belakang Beliau, saat itu Beliau mengatur barisan dan menempatkan pasukan pemanah di perbukitan yang dipimpin Abdullah bin Jubair dan berpesan kepada mereka agar tidak meninggalkan posisinya, baik Beliau menang atau kalah. Awalnya kaum muslimin menguasai jalan pertempuran itu, akan tetapi karena ada di antara mereka yang tidak disiplin, maka berubahlah keadaannya; regu pemanah banyak yang turun dari bukit meninggalkan posisinya, karena melihat ghanimah sudah di depan mata. Ketika regu pemanah sudah turun, pasukan musyrikin kembali berputar dari arah lain dipimpin oleh Khalid bin Walid yang ketika itu masih kafir, akibatnya kaum muslimin terkepung dari depan maupun belakang, pasukan kaum muslimin pun terpecah belah. Di akhirnya, kaum muslimin berkumpul kembali ke hadapan Nabi Muhammad shallalllahu ‘alaihi wa sallam setelah terpecah belah, lalu Beliau menarik pasukan ke celah bukit.

.

Tafsir Jalalain

  1. (Dan) ingatlah hai Muhammad (ketika kamu berangkat di pagi hari dari keluargamu) yakni dari Madinah (untuk menempatkan orang-orang beriman pada beberapa tempat) atau markas di mana mereka bertahan (untuk berperang. Dan Allah Maha Mendengar) akan ucapanmu (lagi Maha Mengetahui) peri keadaanmu. Peristiwa ini terjadi pada waktu perang Uhud. Nabi ﷺ keluar dengan membawa 1000 atau 950 orang tentara sedangkan kaum musyrikin berjumlah sebanyak 3000 orang. Nabi ﷺ menduduki posisinya di lereng bukit Uhud pada hari Sabtu tanggal 7 Syawal tahun ketiga Hijriah. Punggung beliau dan punggung tentaranya menghadap ke arah bukit Uhud lalu mengatur barisan mereka dan menempatkan pasukan panah yang dipimpin oleh Abdullah bin Jubair di puncak bukit seraya bersabda, Hujani mereka dengan anak panah dari sini agar mereka tidak menyerang dari belakang dan jangan tinggalkan tempat ini biar sekali pun tidak kalah atau pun menang!

.

Tafsir Ibnu Katsir

Peperangan yang disebutkan di dalam ayat ini menurut pendapat jumhur ulama adalah Perang Uhud. Demikianlah menurut Ibnu Abbas, Al-Hasan, Qatadah, As-Saddi, dan lain-lainnya yang bukan hanya seorang.

Diriwayatkan dari Al-Hasan Al-Basri bahwa peperangan yang disebut dalam ayat ini adalah Perang Ahzab. Demikianlah menurut riwayat Ibnu Jarir, tetapi pendapat ini garib dan tidak dapat dijadikan sebagai rujukan.

Perang Uhud terjadi pada hari Sabtu, bulan Syawwal, tahun ketiga Hijriah. Menurut Qatadah, terjadi pada tanggal sebelas bulan Syawwal. Sedangkan menurut Ikrirnah, Perang Uhud terjadi pada hari Sabtu pertengahan bulan Syawwal.

Penyebab utama meletusnya Perang Uhud ialah setelah banyaknya orang-orang terhormat kaum musyrik yang terbunuh dalam Perang Badar, sedangkan kafilah perniagaan mereka yang dipimpin oleh Abu Sufyan selamat dengan membawa keuntungan yang banyak. Maka anak-anak orang-orang yang gugur dalam Perang Badar dan pemimpin-pemimpin lainnya yang masih hidup berkata kepada Abu Sufyan, Aku menunggu-nunggu hasil perniagaan ini untuk memerangi Muhammad, maka belanjakanlah oleh kalian untuk tujuan tersebut!

Kemudian mereka menghimpun semua golongan dan orang-orang Habsyah, lalu mereka berangkat dengan pasukan yang terdiri atas tiga ribu personel, hingga mereka turun istirahat di suatu tempat dekat Bukit Uhud yang menghadap ke arah kota Madinah.

Rasulullah ﷺ shalat pada hari Jumat. Setelah selesai dari shalat Jumatnya, maka beliau menyalati seorang lelaki dari kalangan Bani Najjar yang dikenal dengan nama Malik ibnu Amr (yakni menyalati jenazahnya). Lalu Rasulullah ﷺ melakukan musyawarah dengan orang-orang untuk mengambil keputusan, apakah beliau berangkat menghadapi mereka ataukah tetap tinggal di Madinah menunggu penyerangan mereka.

Lalu Abdullah ibnu Ubay mengemukakan pendapatnya, bahwa sebaiknya tetap tinggal di Madinah. Jika mereka (pasukan kaum musyrik) menunggu kedatangan pasukan kaum muslim, berarti mereka menunggu yang tak kunjung tiba. Jika mereka memasuki Madinah, mereka akan dihadapi oleh kaum laki-lakinya dan akan dilempari oleh kaum wanita dan anak-anak dengan batu-batuan dari atas mereka. Jika mereka kembali, niscaya mereka kembali dalam keadaan kecewa.

Orang-orang lain dari kalangan sahabat yang tidak ikut dalam Perang Badar mengisyaratkan untuk berangkat menghadapi mereka.

Lalu Rasulullah ﷺ masuk dan memakai baju besinya, kemudian keluar menemui mereka; sedangkan sebagian dari kalangan mereka merasa menyesal, dan mengatakan, Barangkali kami memaksa Rasulullah ﷺ Lalu mereka berkata, Wahai Rasulullah, jika engkau suka untuk tetap tinggal, kami setuju. Maka Rasulullah ﷺ menjawab:

مَا يَنْبَغِي لِنَبِيٍّ إِذَا لَبِسَ لَأْمَتَهُ أَنْ يَرْجِعَ حَتَّى يَحْكُمَ الله له

Tidak layak bagi seorang nabi, bila telah memakai baju besinya mundur kembali, sebelum Allah memberikan keputusan baginya.

Lalu Rasulullah ﷺ berangkat bersama seribu orang sahabatnya. Ketika mereka berada di Asy-Syaut, maka kembalilah Abdullah ibnu Ubay dengan sepertiga pasukan dalam keadaan marah karena pendapatnya tidak dipakai. Lalu dia dan teman-temannya berkata, Sekiranya kami mengetahui pada hari ini akan terjadi peperangan, pastilah kami akan mengikuti kalian. Tetapi kami tidak menduga bahwa kalian akan berperang (sehingga kami tidak membuat persiapan).

Rasulullah ﷺ melanjutkan perjalanannya hingga turun istirahat di lereng Bukit Uhud, yaitu pada lembahnya. Dan beliau menjadikan posisi punggungnya juga pasukannya membelakangi Bukit Uhud. Lalu beliau bersabda:

لَا يُقَاتِلَنَّ أَحَدٌ حَتَّى نَأْمُرَهُ بِالْقِتَالِ

Jangan sekali-kali seseorang memulai berperang sebelum kami memerintahkannya untuk perang.

Rasulullah ﷺ mengatur barisannya untuk menghadapi peperangan, jumlah pasukan beliau terdiri atas tujuh ratus orang sahabatnya. Beliau ﷺ mengangkat Abdullah ibnu Jubair (saudara lelaki Bani Amr ibnu Auf) untuk memimpin pasukan pemanah. Saat itu pasukan pemanah terdiri atas lima puluh personel, lalu beliau ﷺ bersabda kepada mereka:

انْضَحُوا الْخَيْلَ عَنَّا وَلَا نُؤْتَيَنَّ مِنْ قِبَلِكُمْ وَالْزَمُوا مَكَانَكُمْ إِنْ كَانَتِ النَّوْبَةُ لَنَا أَوْ عَلَيْنَا، وَإِنْ رَأَيْتُمُونَا تَخَطَّفُنَا الطَّيْرُ فَلَا تَبْرَحُوا مَكَانَكُمْ

Bendunglah pasukan berkuda (musuh) dari kami (dengan anak panah kalian), dan jangan sekali-kali kalian biarkan kami diserang dari belakang. Dan tetaplah kalian pada posisi kalian, baik kami mengalami kemenangan alau kami terpukul mundur; dan sekalipun kalian melihat kami disambar oleh burung-burung, maka janganlah kalian meninggalkan posisi kalian.

Rasulullah ﷺ muncul dengan memakai dua lapis baju besi, dan memberikan panji kepada Mus’ab ibnu Umair (saudara lelaki Bani Abdud Dar). Pada hari itu Rasulullah ﷺ memperbolehkan ikut berperang sebagian anak remaja dan menangguhkan sebagian yang lainnya, hingga beliau memperbolehkan mereka ikut semua dalam Perang Khandaq sesudah kejadian tersebut, yakni kurang lebih dua tahun kemudian.

Daftar Isi: Kajian Tafsir Al-Qur’an Juz Ke-4

Pasukan Quraisy yang terdiri atas tiga ribu personel yang antara lain terdiri atas seratus orang pasukan berkuda yang posisinya agak dijauhkan dari medan perang. Mereka menjadikan pasukan sayap kanan berkuda di bawah pimpinan Khalid ibnul Walid, sedangkan pada sayap kirinya di bawah pimpinan Ikrimah ibnu Abu Jahal, lalu mereka menyerahkan panjinya kepada Bani Abdud Dar.

Kemudian mengenai hal yang terjadi di antara kedua belah pihak, Insya Allah akan diterangkan pada tempatnya.

Allah Subhaanahu wa Ta’aala berfirman:

وَإِذْ غَدَوْتَ مِنْ أَهْلِكَ تُبَوِّئُ الْمُؤْمِنِينَ مَقَاعِدَ لِلْقِتَالِ

Dan (ingatlah) ketika kamu berangkat pada pagi hari dari (rumah) keluargamu akan menempatkan para mukmin pada beberapa tempat untuk berperang. (Ali Imran: 121)

Yakni kamu atur mereka pada posisinya masing-masing, ada yang di sayap kanan dan ada pula yang di sayap kiri, serta posisi yang lainnya menurut perintahmu.

وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ

Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (Ali Imran: 121)

Yaitu Maha mendengar semua apa yang kalian katakan, dan Maha Mengetahui semua isi hati kalian.

Ayat berikutnya: Ketika Dua Golongan Ingin Mundur Karena Takut

Ibnu Jarir sehubungan dengan pembahasan ini mengajukan sebuah pertanyaan yang kesimpulannya mengatakan: Mengapa kamu mengatakan bahwa sesungguhnya Nabi ﷺ berangkat ke medan Perang Uhud pada hari Jumat, yaitu sesudah menunaikan shalat Jumat. Padahal Allah Subhaanahu wa Ta’aala telah berfirman: Dan (ingatlah) ketika kamu berangkat pada pagi hari dari (rumah) keluargamu akan menempatkan para mukmin pada beberapa tempat untuk berperang. (Ali Imran: 121), hingga akhir ayat. Kemudian jawaban yang dikemukakan darinya menyatakan bahwa keberangkatan Nabi ﷺ pada pagi harinya untuk menempatkan mereka pada posisinya masing-masing, tiada lain hal tersebul terjadi pada hari Sabtu pada permulaan siang hari.

Hanya Allah Yang Maha mengetahui dan segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.

Artikel SebelumnyaKetika Dua Golongan Ingin Mundur Karena Takut
Artikel SelanjutnyaMereka Bergembira Karenanya

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini