Kekuasaan Allah Tidak Ada yang Dapat Melemahkan-Nya

Tafsir Al-Qur’an: Surah Maryam ayat 8-9

0
572

Kajian Tafsir Surah Maryam ayat 8-9. Kisah Nabi Zakaria ‘alaihis salam, rahmat Allah kepada hamba-Nya Nabi Zakaria, pentingnya menampakkan kelemahan dan kebutuhan ketika berdoa kepada Allah Subhaanahu wa Ta’aala, penjelasan bahwa kekuasaan Allah tidak ada yang dapat melemahkan-Nya. Allah Subhaanahu wa Ta’aala berfirman:

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

قَالَ رَبِّ أَنَّى يَكُونُ لِي غُلامٌ وَكَانَتِ امْرَأَتِي عَاقِرًا وَقَدْ بَلَغْتُ مِنَ الْكِبَرِ عِتِيًّا (٨) قَالَ كَذَلِكَ قَالَ رَبُّكَ هُوَ عَلَيَّ هَيِّنٌ وَقَدْ خَلَقْتُكَ مِنْ قَبْلُ وَلَمْ تَكُ شَيْئًا   (٩)

Dia (Zakaria) berkata, “Ya Tuhanku, bagaimana aku dapat mempunyai anak, padahal istriku seorang yang mandul dan aku (sendiri) sesungguhnya sudah mencapai usia yang sangat tua?” Allah berfirman, “Demikianlah.” Tuhanmu berfirman, “Hal itu mudah bagi-Ku; sungguh, engkau telah Aku ciptakan sebelum itu, padahal pada waktu itu engkau belum berwujud sama sekali.” (Q.S. Maryam : 8-9)

.

Tafsir Ibnu Abbas

Qāla (dia berkata), yakni Zakariyya a.s. berkata kepada Jibril a.s.

Rabbi (“Rabbi), yakni wahai Tuhan-ku dan Tuan-ku.

Annā yakūnu lī ghulāmun (bagaimana aku akan mempunyai anak), yakni dari mana aku akan mempunyai anak.

Wa kānatimra-atī ‘āqiran (padahal istriku adalah seorang yang mandul), yang tidak bisa melahirkan seorang anak.

Wa qad balaghtu minal kibari ‘itiyyā (dan aku juga benar-benar telah mencapai usia yang sangat tua), yakni usia yang sangat renta. Menurut satu pendapat, aku juga benar-benar telah berusia tujuh puluh dua tahun.

Qāla (dia berkata), yakni Jibril a.s. berkata kepadanya.

Kadzālik (“Begitulah”), yakni demikianlah seperti yang sudah aku katakan kepadamu.

Qāla rabbuka huwa ‘alayya hayyinun (Rabb-mu berfirman, “Hal itu mudah bagi-Ku), yakni menciptakannya (seorang anak) adalah mudah bagi-Ku.

Wa qad khalaqtuka (dan sesungguhnya Aku juga telah menciptakan kamu), yakni dan sesungguhnya Aku telah mengadakan kamu, hai Zakariyya.

Ming qablu (sebelum itu), yakni sebelum Yahya a.s.

Wa lam taku syai-ā (sedang [ketika itu] kamu pun belum menjadi apa-apa).


BACA JUGA Kajian Tafsir Al-Qur’an Juz Ke-16 untuk ayat lainnya

Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur’an

  1. Dia (Zakaria) berkata, “Ya Tuhanku, bagaimana aku dapat mempunyai anak, padahal istriku seorang yang mandul dan aku (sendiri) sesungguhnya sudah mencapai usia yang sangat tua?”
  2. Allah berfirman, “Demikianlah.” Tuhanmu berfirman, “Hal itu mudah bagi-Ku[10]; sungguh, engkau telah Aku ciptakan sebelum itu, padahal pada waktu itu engkau belum berwujud sama sekali.”

[10] Yakni mewujudkan sesuatu tanpa sebab adalah hal yang sangat mudah bagi-Nya.

.

Tafsir Jalalain

  1. (Zakaria berkata, “Ya Rabbku! Bagaimana) mana mungkin (akan ada anak bagiku, padahal istriku adalah seorang yang mandul dan aku sendiri sesungguhnya sudah mencapai umur yang sangat tua)” lafal ‘itiyyan berasal dari lafal ‘Ataa artinya Yabisa atau kering, maksudnya ia telah mencapai umur seratus dua puluh tahun, dan istrinya telah mencapai umur Sembilan puluh delapan tahun. Kata ‘Itiyyun pada asalnya adalah ‘Ituwwun. Kemudian huruf Ta dikasrahkan untuk meringankan pengucapannya lalu jadilah ‘Itiwwun. Selanjutnya huruf Wawu yang pertama diganti menjadi huruf Ya demi penyesuaian dengan harakat Kasrah sebelumnya, dan huruf Wawu yang kedua diganti pula dengan huruf Ya supaya huruf Ya yang pertama dapat diidgamkan atau dimasukkan kepadanya, sehingga jadilah ‘Itiyyun.
  2. (Allah berfirman) perkaranya memang (“Demikianlah.”) cara menciptakan seorang anak lelaki dari kamu berdua (Rabbmu berfirman, “Hal itu adalah mudah bagi-Ku) yaitu dengan memberikan kekuatan bersetubuh kepadamu, kemudian menjadikan rahim istrimu dapat menerima spermamu (dan sesungguhnya telah Aku ciptakan kamu sebelum itu, padahal kamu belum ada sama sekali)” di waktu kamu belum diciptakan. Untuk menampilkan kekuasaan Allah yang mampu menciptakan hal yang besar ini, maka Dia memberikan ilham suatu pertanyaan, supaya pertanyaan itu kelak dijawab dengan hal yang membuktikan kekuasaan-Nya yang maha besar itu. Tatkala Zakaria merasa rindu akan kedatangan berita gembira kelahiran seorang putra itu.

.

Tafsir Ibnu Katsir

Zakaria merasa heran ketika doanya dikabulkan dan mendapat berita gembira akan kelahiran seorang putra, maka kegembiraannya meledak-ledak. Lalu ia bertanya tentang cara yang menyebabkan dia beranak, mengingat istrinya mandul, tidak punya anak sejak semula, lagi sudah tua. Dirinya pun tua serta tulang-tulangnya telah lemah lagi kurus. Tiada kemampuan lagi baginya untuk melakukan persetubuhan.

Lafaz ‘itiyya menurut orang-orang Arab artinya kalau diibaratkan dengan kayu, kayu itu sudah kering kerontang. Mujahid mengatakan, ‘itiyyan artinya kerapuhan tulang. Ibnu Abbas dan lain-lainnya mengatakan bahwa ‘itiyyan artinya lanjut usia. Tetapi makna lahiriahnya menunjukkan bahwa ‘itiyyan lebih parah lagi dari kibaran (usia lanjut).

Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ya’qub, telah menceritakan kepada kami Hasyim, telah menceritakan kepada kami Husain, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa ia mengetahui semua sunah (tuntunan) Nabi ﷺ. Hanya dia tidak mengetahui apakah Rasulullah ﷺ melakukan bacaan (selain Al-Fatihah) dalam salat lohor dan Asarnya ataukah tidak, dan ia tidak mengetahui bagaimanakah Rasulullah ﷺ membaca firman-Nya: dan aku (sendiri) sesungguhnya sudah mencapai umur yang sangat tua. (Maryam: 8) Apakah beliau membacanya ‘itiyyan ataukah ‘istiyyan (semakna dengan ‘itiyyan).

Imam Ahmad meriwayatkannya dari Syuraih ibnun Nu’man, sedangkan Abu Daud meriwayatkannya dari ziyad ibnu Ayyub, keduanya dari Hasyim dehgan sanad yang sama.

Tuhan berfirman (Maryam: 9)

Yakni malaikat yang ditugaskan oleh-Nya menjawab keheranan Zakaria dari apa yang diberitakan kepadanya:

Demikianlah, Tuhanmu telah berfirman, “Hal itu adalah mudah bagi-Ku.” (Maryam: 9)

Artinya melahirkan anak dari kamu dan istrimu itu bukan dari lainnya adalah mudah sekali bagi Allah.

Kemudian disebutkan kepada Zakaria hal yang lebih mengherankan daripada apa yang dipertanyakannya. Untuk itu Allah Swt. berfirman:

dan sesungguhnya telah Aku ciptakan kamu sebelum itu, padahal kamu (di waktu itu) belum ada sama sekali. (Maryam: 9)

Sama halnya seperti yang disebutkan oleh firman-Nya dalam ayat lain:

هَلْ أَتَى عَلَى الإنْسَانِ حِينٌ مِنَ الدَّهْرِ لَمْ يَكُنْ شَيْئًا مَذْكُورًا

Bukankah telah datang atas manusia satu waktu dari masa, sedangkan dia ketika itu belum merupakan sesuatu yang dapat disebut? (Al-Insan: 1)

Hanya Allah Yang Maha mengetahui dan segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.

 

Artikel SebelumnyaTidak Dapat Bercakap-cakap dengan Manusia Selama Tiga Malam
Artikel SelanjutnyaKabar Gembira dengan Seorang Anak Laki-laki