Jaminan Allah Terhadap Kemurnian Al-Qur’an

Tafsir Al-Qur’an: Surah Al-Hijr ayat 4-9

0
480

Kajian Tafsir Surah Al-Hijr ayat 4-9. Kedudukan Al-Qur’anul Karim, sikap kaum musyrik kepada Rasulullah ﷺ, tuduhan mereka terhadap Beliau dan bantahan terhadap mereka, dan jaminan Allah terhadap kemurnian Al-Qur’an dan kejayaan Islam. Allah Subhaanahu wa Ta’aala berfirman:

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

وَمَا أَهْلَكْنَا مِن قَرْيَةٍ إِلاَّ وَلَهَا كِتَابٌ مَّعْلُومٌ -٤- مَّا تَسْبِقُ مِنْ أُمَّةٍ أَجَلَهَا وَمَا يَسْتَأْخِرُونَ -٥- وَقَالُواْ يَا أَيُّهَا الَّذِي نُزِّلَ عَلَيْهِ الذِّكْرُ إِنَّكَ لَمَجْنُونٌ -٦- لَّوْ مَا تَأْتِينَا بِالْمَلائِكَةِ إِن كُنتَ مِنَ الصَّادِقِينَ -٧- مَا نُنَزِّلُ الْمَلائِكَةَ إِلاَّ بِالحَقِّ وَمَا كَانُواْ إِذاً مُّنظَرِينَ -٨- إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ -٩

Dan Kami tidak membinasakan suatu negeri, melainkan sudah ada ketentuan yang ditetapkan baginya. Tidak ada suatu umat pun yang dapat mendahului ajalnya, dan tidak (pula) dapat meminta penundaan(nya). Dan mereka berkata, “Wahai orang yang diturunkan kepadanya Al-Qur’an, sesungguhnya engkau (Muhammad) benar-benar orang yang gila. Mengapa engkau tidak mendatangkan malaikat kepada kami, jika engkau termasuk orang yang benar?” Kami tidak menurunkan malaikat melainkan dengan kebenaran (untuk membawa azab) dan mereka ketika itu tidak diberikan penangguhan. Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al-Qur’an, dan pasti Kami (pula) yang memeliharanya. (Q.S. Al-Hijr : 4-9)

.

Tafsir Ibnu Abbas

Wa mā ahlaknā ming qaryatin (dan tidaklah Kami membinasakan suatu negeri), yakni penduduk suatu negeri.

Illā wa lahā kitābum ma‘lūm (melainkan ada ketentuan yang telah ditetapkan untuknya), yakni memiliki batas waktu yang telah ditetapkan untuk kebinasaan mereka.

Mā tasbiqu min ummatin ajalahā (tidak ada satu umat pun yang dapat mendahului ajalnya), yakni suatu umat tidak akan mati dan tidak akan binasa sebelum ajalnya tiba.

Wa mā yasta’khirūn (dan tidak pula dapat menunda[nya]), yakni dan tak suatu umat pun yang bisa memperpanjang ajalnya.

Wa qālū (dan mereka berkata), yakni ‘Abdullah bin Umayyah al-Makhzumi dan kawan-kawannya berkata kepada Nabi Muhammad ﷺ.

Yā ayyuhal ladzī nuzzila ‘alaihidz dzikru (“Hai orang yang diturunkan adz -Dzikr [Al-Qur’an] kepadanya), yakni wahai orang yang menganggap bahwa Jibril diturunkan kepadanya dengan membawa Al-Qur’an.

Innaka la majnūn (sesungguhnya kamu benar-benar orang gila) yang mengada-ada.

Lau mā ta’tīnā bil malā-ikati (mengapa kamu tidak mendatangkan kepada kami malaikat-malaikat) dari langit, lalu mereka memberikan kesaksian bahwa kamu adalah Rasul Allah.

Ing kuηta minash shādiqīn (jika memang kamu termasuk orang-orang yang benar”) dalam ucapanmu? Kemudian Allah Ta‘ala berfirman:

Mā nunazzilul malā-ikata (tidaklah Kami menurunkan malaikat-malaikat) dari langit.

Illā bil haqqi (melainkan dengan benar), yakni melainkan untuk membinasakan dan mencabut nyawa kalian.

Wa mā kānū idzam muηzharīn (dan kalau sudah demikian, tiadalah mereka diberi tangguh), yakni mereka tidak lagi diberi tempo manakala malaikat-malaikat telah diturunkan kepada mereka.

Innā nahnu nazzalnadz dzikra (sesungguhnya Kami-lah yang telah menurunkan Al-Qur’an), yakni sesungguhnya Kami-lah yang telah menurunkan Jibril membawa Al-Qur’an.

Wa innā lahū la hāfizhūn (dan sesungguhnya Kami pula yang benar-benar akan menjaganya), yakni akan menjaga Al-Qur’an dari ulah para setan, sehingga mereka tidak akan bisa menambah atau menguranginya.


BACA JUGA Kajian Tafsir Al-Qur’an Juz Ke-14 untuk ayat lainnya

Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur’an

  1. Dan Kami tidak membinasakan suatu negeri, melainkan sudah ada ketentuan yang ditetapkan baginya[6].

[6] Kapan dibinasakannya.

  1. Tidak ada suatu umat pun yang dapat mendahului ajalnya, dan tidak (pula) dapat meminta penundaan(nya).
  2. Dan mereka berkata[7], “Wahai orang yang diturunkan kepadanya Al-Qur’an, sesungguhnya engkau (Muhammad) benar-benar orang yang gila[8].

[7] Yakni kaum kafir Mekah kepada Nabi ﷺ.

[8] Kata-kata ini diucapkan oleh orang-orang kafir Mekah kepada Nabi ﷺ sebagai ejekan, seakan-akan mereka berkata, “Kamu kira kami akan mengikutimu dan meninggalkan apa yang kami dapatkan dari nenek moyang kami hanya karena ucapanmu.”

  1. Mengapa engkau tidak mendatangkan malaikat kepada kami[9], jika engkau termasuk orang yang benar[10]?”

[9] Untuk menjadi saksi terhadap kebenaranmu.

[10] Dalam perkataanmu bahwa engkau seorang nabi dan bahwa Al-Qur’an berasal dari sisi Allah Subhaanahu wa Ta’aala. Ucapan mereka sungguh keji, dan mengandung kezaliman dan kebodohan. Mengandung kezaliman adalah karena beraninya mereka terhadap Allah Tuhan mereka dan menyusahkan diri dengan meminta ayat tertentu, padahal ayat-ayat yang menunjukkan kebenaran Beliau sangat banyak. Adapun mengandung kebodohan adalah karena mereka tidak mengertia hal yang bermaslahat bagi mereka, mereka tidak tahu bahwa jika para malaikat turun, maka mereka turun membawa azab, dan apabila sudah turun, mereka tidak akan diberi tangguh.

  1. Kami tidak menurunkan malaikat melainkan dengan kebenaran (untuk membawa azab) dan mereka ketika itu[11] tidak diberikan penangguhan.

[11] Ketika turun malaikat membawa azab.

  1. [12]Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al-Qur’an, dan pasti Kami (pula) yang memeliharanya[13].

[12] Cukuplah sebenarnya bukti kerasulan Beliau dengan diturunkan Al-Qur’anul Karim dan dijaga-Nya dari perubahan, penyelewengan, penambahan dan pengurangan.

[13] Baik ketika diturunkan maupun setelah diturunkan. Ketika diturunkan adalah dengan dijauhkan dari setan yang terkutuk dan setelah diturukan adalah dengan disimpan dalam hati Rasul-Nya dan hati sebagian umatnya, demikian juga dengan dijaga lafaznya dari perubahan, penambahan dan pengurangan serta dijaga maknanya dari penyelewengan. Oleh karena itu, tidak ada seorang pun yang hendak menyelewengkannya kecuali Allah mengadakan orang yang menerangkan kebenaran. Ayat ini memberikan jaminan terhadap kesucian dan kemurnian Al-Qur’an selama-lamanya.

.

Tafsir Jalalain

  1. (Dan Kami tiada membinasakan) huruf min adalah zaidah (sesuatu negeri pun) yang dimaksud adalah para penduduknya (melainkan ada baginya ketentuan) masa (yang telah ditetapkan) yang terbatas untuk pembinasaan mereka.
  2. (Tiada yang dapat mendahului) huruf min adalah zaidah (suatu umat pun akan ajalnya, dan tiada pula yang dapat mengundurkannya) menangguhkan saat ajalnya dari waktu yang telah ditentukan oleh Allah.
  3. (Dan mereka berkata) yaitu orang-orang kafir Mekah kepada Nabi ﷺ (“Hai orang yang diturunkan Adz-Dzikru kepadanya!) yakni Al-Qur’an, menurut perkiraan (Sesungguhnya kamu benar-benar orang yang gila.”)
  4. (“Mengapa tidak) (kamu datangkan malaikat kepada kami, jika kamu termasuk orang-orang yang benar?”) di dalam ucapanmu itu yang mengatakan, bahwa kamu adalah seorang nabi, dan Al-Qur’an ini dari sisi Allah?
  5. Allah berfirman (Kami tidak menurunkan) dan menurut suatu qiraat dibaca tanazzalu dengan membuang salah satu huruf ta-nya (malaikat melainkan dengan benar) untuk membawa azab (dan tiadalah mereka ketika itu) sewaktu malaikat turun dengan membawa azab (diberi tangguh) ditangguhkan azabnya.
  6. (Sesungguhnya Kamilah) lafal nahnu mentaukidkan atau mengukuhkan makna yang terdapat di dalam isimnya inna, atau sebagai fashl (yang menurunkan Adz-Dzikr) Al-Qur’an (dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya) dari penggantian, perubahan, penambahan dan pengurangan.

.

Tafsir Ibnu Katsir

Allah Swt. menceritakan bahwa tidak sekali-kali Dia membinasakan penduduk suatu kota melainkan setelah tegaknya bukti atas kota itu dan telah sampai ajal mereka. Dia tidak akan menangguhkan suatu umat pun dari ajalnya bila telah tiba saatnya, dan mereka tidak dapat pula dibinasakan terlebih dahulu dari waktu ajalnya. Hal ini mengandung peringatan bagi ahli Mekah dan sekaligus mengandung petunjuk agar mereka menanggalkan kemusyrikan, keingkaran, dan kekafirannya yang membuat mereka berhak untuk dibinasakan.

Allah Swt. menceritakan tentang kekafiran dan keingkaran mereka dalam ucapannya yang disitir oleh firman-Nya:

Hai orang yang diturunkan Al-Qur’an kepadanya. (Al-Hirj: 6)

Maksudnya, orang yang mengakui Al-Qur’an diturunkan kepadanya.

Sesungguhnya kamu benar-benar orang yang gila. (Al-Hijr. 6)

Yakni dalam seruanmu yang kamu tujukan kepada kami agar kami mengikutimu dan meninggalkan apa yang kami jumpai nenek moyang kami melakukannya.

Mengapa kamu tidak mendatangkan malaikat kepada kami. (Al-Hijr: 7)

Yaitu para malaikat yang mempersaksikan kebenaran dari apa yang kamu sampaikan itu. Perihalnya sama dengan ucapan Fir’aun yang disitir oleh firman-Nya:

فَلَوْلا أُلْقِيَ عَلَيْهِ أَسَاوِرَةٌ مِنْ ذَهَبٍ أَوْ جَاءَ مَعَهُ الْمَلائِكَةُ مُقْتَرِنِينَ

Mengapa tidak dipakaikan kepadanya gelang dari emas atau malaikat datang bersama-sama dia untuk mengiringkannya? (Az-Zukhruf: 53)

وَقَالَ الَّذِينَ لَا يَرْجُونَ لِقَاءَنَا لَوْلا أُنزلَ عَلَيْنَا الْمَلائِكَةُ أَوْ نَرَى رَبَّنَا لَقَدْ اسْتَكْبَرُوا فِي أَنْفُسِهِمْ وَعَتَوْا عُتُوًّا كَبِيرًا يَوْمَ يَرَوْنَ الْمَلائِكَةَ لَا بُشْرَى يَوْمَئِذٍ لِلْمُجْرِمِينَ وَيَقُولُونَ حِجْرًا مَحْجُورًا

Berkatalah orang-orang yang tidak menanti-nanti pertemuannya) dengan Kami, “Mengapakah tidak diturunkan kepada kita malaikat atau (mengapa) kita (tidak) melihat Tuhan kita?” Sesungguhnya mereka memandang besar tentang diri mereka dan mereka benar-benar telah melampaui batas (dalam melakukan) kezaliman. Pada hari mereka melihat malaikat di hari itu tidak ada kabar gembira bagi orang-orang yang berdosa dan mereka berkata, “Hijram Mahjura.” (Al-Furqan: 21 -22)

Dan dalam ayat berikut ini disebutkan oleh firman-Nya:

Kami tidak menurunkan malaikat melainkan dengan benar (untuk membawa azab) dan tiadalah mereka ketika itu diberi tangguh. (Al-Hijr: 8)

Mujahid mengatakan sehubungan dengan makna firman Allah Swt.: Kami tidak menurunkan malaikat melainkan dengan benar. (Al-Hijr: 8) untuk membawa risalah dan azab.

Kemudian Allah Swt. menetapkan bahwa Dialah yang menurunkan Al-qur’an, dan Dia pulalah yang memeliharanya dari perubahan dan penggantian. Di antara ulama tafsir ada yang merujukkan damir yang ada dalam firman-Nya, “Lahu Lahafizun,” kepada Nabi Muhammad ﷺ bukan kepada Al-Qur’an. Yakni sama dengan pengertian yang terdapat di dalam ayat lain melalui firman-Nya:

وَاللَّهُ يَعْصِمُكَ مِنَ النَّاسِ

Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia. (Al-Maidah: 67)

Tetapi makna yang pertama lebih utama karena bersesuaian dengan makna lahiriah konteks ayat.

Hanya Allah Yang Maha mengetahui dan segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.

 

Artikel SebelumnyaUmat-umat Terdahulu
Artikel SelanjutnyaSekiranya Mereka Dahulu Menjadi Orang Muslim