Surah Al-Baqarah Ayat 45, Latin, Arti, dan Tafsir Pilihan

Tafsir Al-Qur’an: Surah Al-Baqarah ayat 45

0
22

Surah Al-Baqarah ayat 45 mengandung perintah agar kita memohon pertolongan kepada Allah dengan bersabar dan melalui salat. Ayat ini menggarisbawahi bahwa salat adalah suatu kewajiban yang berat, kecuali bagi orang-orang yang mempraktikkannya dengan khusyuk.

Allah Subhaanahu wa Ta’aala berfirman:

وَاسْتَعِيْنُوْا بِالصَّبْرِ وَالصَّلٰوةِ ۗ وَاِنَّهَا لَكَبِيْرَةٌ اِلَّا عَلَى الْخٰشِعِيْنَۙ

.

Tulisan Latin dan Arti Al-Baqarah Ayat 45

Mari kita simak keindahan surah Al-Baqarah ayat 45 dengan melihat teks dalam tulisan latin dan artinya.

Wasta‘īnū bish shabri (dan hendaklah kalian memohon pertolongan dengan kesabaran).

Wash shalāh (dan shalat).

Wa innahā (karena sesungguhnya ia).

La kabīratun (benar-benar besar).

Illā ‘alal khāsyi‘īn (kecuali bagi orang-orang yang khusyuk).

Simak: Surah Al-Baqarah Ayat 286: Merenungi Makna Doa Orang Mukmin

.

Tafsir Surah Al-Baqarah Ayat 45

Mari kita bersama-sama merenungkan makna apa yang tafsir sampaikan mengenai Surah Al-Baqarah ayat 45 ini.

.

Tafsir Ibnu Abbas

(dan hendaklah kalian memohon pertolongan dengan kesabaran) dalam melaksanakan segala kewajiban terhadap Allah Ta‘ala dan menjauhi segala kemaksiatan.

(dan shalat), sebab banyak shalat itu dapat menghapus dosa-dosa.

(karena sesungguhnya ia), yakni shalat.

(benar-benar besar), yakni benar-benar berat.

(kecuali bagi orang-orang yang khusyuk), yakni orang-orang yang rendah hati. (Yaitu) orang-orang yang meyakini bahwa mereka akan menemui Rabb mereka dan bahwa mereka hanya akan kembali kepada-Nya.

Simak: Ayat Kursi, Pencerahan Jiwa dan Kehadiran Ilahi

.

Tafsir Hidayatul Insan

Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu[15]. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu’[16],

[15] Yakni jadikanlah sabar dengan semua macamnya dan shalat sebagai penolongmu untuk mengatasi semua masalah. Sabar itu ada beberapa macam, yaitu: 1) sabar dalam menjalankan keta’atan kepada Allah, 2) sabar dalam menjauhi larangan Allah, dan 3) sabar terhadap taqdir Allah dengan tidak berkeluh-kesah.

[16] Bagi mereka yang khusyu’, memiliki rasa takut kepada Allah, berharap apa yang ada di sisi-Nya dan rasa cinta kepada-Nya mengerjakan shalat itu ringan. Karena hal tersebut (khusyu’, rasa takut dan harap) menghendaki untuk mengerjakannya dengan lapang dada dan senang. Berbeda dengan yang tidak memilikinya, mengerjakan shalat menjadi hal yang sangat berat meskipun hanya sebentar. Khusyu’ artinya tunduknya hati, tenang dan tenteramnya kepada Allah Ta’ala, memasrahkan diri kepada-Nya dengan menghinakan diri, menampakkan rasa butuh serta beriman kepada Allah dan kepada pertemuan dengan-Nya.

.

Tafsir Jalalain

(Mintalah pertolongan) dalam menghadapi urusan atau kesulitan-kesulitanmu.

(dengan jalan bersabar) menahan diri dari hal-hal yang tidak baik.

(dengan shalat). Khusus disebutkan di sini untuk menyatakan bagaimana pentingnya shalat itu. Dalam sebuah hadis disebutkan bahwa jika Nabi ﷺ hatinya risau disebabkan sesuatu masalah, maka beliau segera melakukan shalat. Ada pula yang mengatakan bahwa perkataan ini ditujukan kepada orang-orang Yahudi yang terhalang beriman disebabkan ketamakan dan ingin kedudukan. Maka mereka disuruh bersabar yang maksudnya ialah berpuasa, karena berpuasa dapat melenyapkan itu. Shalat, karena dapat menimbulkan kekhusyukan dan membasmi ketakaburan.

(Dan sesungguhnya ia) maksudnya shalat.

(amat berat) akan terasa berat.

(kecuali bagi orang-orang yang khusyuk) yang cenderung kepada berbuat taat.

Tadarus: Juz 1: Meresapi Keagungan Al-Fatihah & Al-Baqarah

.

Tafsir Ibnu Katsir

Allah Subhaanahu wa Ta’aala berfirman seraya memerintahkan hamba-hamba-Nya agar mereka dapat meraih kebaikan dunia dan akhirat yang mereka dambakan, yaitu menjadikan sabar dan shalat sebagai sarananya. Demikian yang dikatakan oleh Muqatil Ibnu Hayyan dalam tafsir ayat ini, yaitu: Minta tolonglah kalian untuk memperoleh kebaikan akhirat dengan cara menjadikan sabar dalam mengerjakan amal-amal fardu dan shalat sebagai sarananya.

Pengertian sabar menurut suatu pendapat yang dimaksud adalah puasa, menurut apa yang di-nas-kan oleh Mujahid. Al-Qurtubi dan lain-lainnya mengatakan, karena itulah maka bulan Ramadan dinamakan bulan sabar, seperti yang disebutkan oleh salah satu hadis.

Sufyan M-Sauri meriwayatkan dari Abu Ishaq, dari Jaryu ibnu Kulaib, dari seorang lelaki Bani Tamim, dari Nabi ﷺ, bahwa Nabi ﷺ pemah bersabda:

Puasa adalah separo dari kesabaran.

Menurut pendapat lain, yang dimaksud dengan sabar ialah menahan diri terhadap perbuatan-perbuatan maksiat. Karena itu, dalam ayat ini dibarengi dengan menunaikan amal-amal ibadah; dan amal ibadah yang paling tinggi ialah shalat.

Ibnu Abu Hatim meriwayatkan, telah menceritakan kepada kami Ubay, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Hamzah ibnu Ismail, telah menceritakan kepada kami ishaq ibnu Sulaiman, dari Abu Sinan, dari Umar ibnul Khattab radiyallahu ‘anhu yang mengatakan bahwa sabar itu ada dua macam, yaitu sabar di saat musibah; hal ini baik. Dan yang lebih baik daripada itu ialah sabar terhadap hal-hal yang diharamkan oleh Allah. Hal yang semisal diriwayatkan dari Al-Hasan Al-Basri dengan perkataan Umar radiyallahu ‘anhu.

Ibnul Mubarak meriwayatkan dari Ibnu Luhai’ah, dari Malik ibnu Sa’ad ibnu Jubair yang mengatakan, Sabar itu merupakan pengakuan seorang hamba kepada Allah bahwa musibah yang menimpanya itu dari Allah dengan mengharapkan rida Allah dan pahala yang ada di sisi-Nya. Adakalanya seseorang mengeluh, padahal ia tetap tegar dan tak terlihat darinya kecuali hanya sabar belaka.

Abul Aliyah mengatakan sehubungan dengan firman-Nya:

Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolong kalian. (Al-Baqarah: 45)

Yang dimaksud dengan sabar ialah dalam melakukan hal-hal yang diridai oleh Allah, dan ketahuilah bahwa shalat itu merupakan amal taat kepada Allah.

Mengenai firman-Nya, Was shalati (dan shalat), karena sesungguhnya shalat merupakan penolong yang paling besar untuk memperteguh diri dalam melakukan suatu perkara, seperti yang diungkapkan oleh ayat lainnya, yaitu firman-Nya:

Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al-Kitab (Al-Qur’an), dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya daripada ibadah-ibadah yang lain). (Al-Ankabut: 45)

Imam Ahmad meriwayatkan, telah menceritakan kepada kami Khalaf ibnul Walid, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Zakaria ibnu Abu Zaidah, dari Ikrimah ibnu Ammar, dari Muhammad ibnu Abdullah Ad-Duali yang menceritakan bahwa Abdul Aziz (saudara Huiaifah) mengatakan bahwa Hudzaifah ibnul Yaman radiyallahu ‘anhu pernah mengatakan:

Rasulullah bila mengalami suatu perkara (cobaan), maka beliau selalu shalat.

Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud, dari Muhammad ibnu Isa, dari Yahya ibnu Zakaria, dari Ikrimah ibnu Ammar, seperti yang akan disebutkan nanti.

Ibnu Jarir meriwayatkan melalui hadis Ibnu Juraij, dari Ikrimah ibnu Ammar, dari Muhammad ibnu Abu Ubaid ibnu Abu Qudamah, dari Abdul Aziz ibnul Yaman, dari Huaifah yang menceritakan:

Rasulullah bila mengalami suatu perkara, maka beliau bersegera melakukan shalat.

Sebagian dari mereka meriwayatkan hadis ini dari Abdul Aziz anak saudara lelaki Huiaifah, dan dikatakan saudara Huiaifah secara mursal dari Nabi ﷺ

Muhammad ibnu Nasr Al-Marwazi meriwayatkan di dalam Kitabus Shalat, telah menceritakan kepada kami Sahl ibnu Utsman Al-Askari, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Zakaria ibnu Abu Zaidah yang mengatakan bahwa Ikrimah ibnu Ammar, Muhammad ibnu Abdullah Ad-Duali, dan Abdul Aziz semuanya menceritakan bahwa Hudzaifah telah menceritakan hadis berikut:

Aku kembali kepada Nabi ﷺ pada malam (Perang) Ahzab, sedangkan Nabi ﷺ ketika itu menyelimuti dirinya dengan jubah tebal dalam keadaan melakukan shalat. Dan beliau bila menghadapi suatu perkara (besar) selalu shalat.

Telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Mu’ai, telah menceritakan kepada kami Ubay, telah menceritakan kepada kami Syu’bah, dari Abu Ishaq yang pemah mendengar dari Hariqah ibnu Mudarrib, bahwa is pemah mendengar sahabat Ali radiyallahu ‘anhu menceritakan hadis berikut:

Sesungguhnya aku di malam Perang Badar melihat kami semua (pasukan kaum muslim) tiada seorang pun melainkan tertidur kecuali Rasulullah yang selalu shalat dan berdoa hingga subuh.

Ibnu Jarir mengatakan, telah diriwayatkan dari Rasulullah ﷺ bahwa beliau bersua dengan Abu Hurairah yang sedang tengkurap di atas perutnya, lalu beliau bersabda, Apakah perutmu sakit? Abu Hurairah menjawab, Ya. Maka Nabi ﷺ bersabda:

Berdirilah dan shalatlah, karena sesungguhnya shalat itu adalah penawar (obat penyembuh).

Ibnu Jarir meriwayatkan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnul Fadl dan Ya’qub ibnu Ibrahim; keduanya mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Ulayyah, telah menceritakan kepada kami Uyaynah ibnu Abdur Rahman, dari ayahnya, bahwa Ibnu Abbas mendapat berita belasungkawa atas kematian saudaranya yang bemama Qasim, sedangkan ketika itu ia dalam suatu perjalanan. Maka ia mengucapkan kalimah istirja’ (innaa lilaahi wa innaa ilaihi raaji’uun) kemudian menjauh dari jalan dan mengistirahatkan unta kendaraannya, lalu shalat dua rakaat. Dalam shalatnya itu ia melakukan duduk dalam waktu yang cukup lama, kemudian bangkit dan berjalan menuju unta kendaraannya, lalu membacakan firman-Nya:

Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolong kalian. Dan sesungguhnya yang demikian itu amat berat, kecuali bagi orangorang yang khusyuk. (Al-Baqarah: 45)

Sunaid telah mengatakan dari Hajjaj, dari Ibnu Juraij, mengenai firman Nya:

Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolong kalian. (Al-Baqarah: 45)

Kedua hal tersebut merupakan sarana untuk memperoleh rahmat Allah, sedangkan damir yang terkandung di dalam firman-Nya, Innahaa lakabiiran, kembali kepada shalat, yakni sesungguhnya shalat itu berat kecuali bagi orang-orang yang khusyuk. Demikian yang di-naskan oleh Mujahid dan dipilih oleh Ibnu Jarir.

Akan tetapi, dapat pula diinterpretasikan bahwa damir tersebut kembali kepada apa yang ditunjukkan oleh konteks kalimat, yaitu wasiat akan hal tersebut. Perihalnya sama dengan firman Allah Subhaanahu wa Ta’aala dalam kisah Qarun, yaitu:

Berkatalah orang-orang yang dianugerahi ilmu, Kecelakaan yang besarlah bagi kalian, pahala Allah adalah lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan beramal saleh, dan tidak diperoleh pahala itu, kecuali oleh orang-orang yang sabar. (Al- Qasas: 80)

Demikian pula dalam firman Allah Subhaanahu wa Ta’aala:

Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia. Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keberuntungan yang besar. (Fusilat: 34-35)

Maksudnya, tiada yang layak menerima wasiat ini kecuali orangorang yang sabar, dan tiada yang dianugerahi dan diilhaminya kecuali orang-orang yang mempunyai keberuntungan yang besar.

Berdasarkan kedua hipotesis tersebut, maka firman Allah Subhaanahu wa Ta’aala Innaha lakabirah, artinya sesungguhnya hal itu benar-benar merupakan masyaqat yang besar. Illaa ‘alal khaasyi’ in, artinya kecuali bagi orang-orang yang khusyuk.

Ibnu Abu Talhah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, yang dimaksud dengan khasyi’in ialah orang-orang yang percaya kepada Al-Kitab yang diturunkan oleh Allah Subhaanahu wa Ta’aala Menunit Mujahid, artinya orangorang yang benar-benar beriman. Menurut Abul Aliyah, arti kecuali bagi orang-orang yang khusyuk’ ialah orang-orang yang takut.

Muqatil ibnu Hayyan mengatakan, makna kecuali bagi orang-orang yang khusyuk’ ialah orang-orang yang rendah.

Ad-Dahhak mengatakan, makna firman-Nya, Innaha lakabirah, ialah sesungguhnya hal tersebut benar-benar berat kecuali bagi orangorang yang tunduk, patuh, taat kepada-Nya, takut kepada pembalasan-Nya, serta percaya kepada janji dan ancaman-Nya. Pengertian yang terkandung di dalam ayat ini mirip dengan apa yang disebutkan di dalam salah satu hadis, yaitu:

Sesungguhnya engkau telah menanyakan sesuatu yang berat, dan sesungguhnya hal itu benar-benar mudah bagi orang yang dimudahkan oleh Allah.

Ibnu Jarir mengatakan, makna ayat ialah hal para ulama ahli kitab (Yahudi), jadikanlah sabar dalam menjalankan ketaatan kepada Allah dan sebagai penolong kalian; dirikanlah shalat, mengingat shalat dapat mencegah diri dari perbuatan keji dan mungkar, mendekatkan diri kepada rida Allah, dan berat dikerjakannya kecuali bagi orang-orang yang khusyuk, yaitu orang-orang yang rendah diri, berpegang teguh kepada ketaatan, dan merasa hina karena takut kepada-Nya. Demikian menurut Ibnu Jarir. Akan tetapi, menurut pengertian lahiriah ayat, sekalipun sebagai suatu khitab dalam konteks peringatan yang ditujukan kepada kaum Bani Israil, sesungguhnya khitab ini bukan hanya ditujukan kepada mereka secara khusus, melainkan pengertiannya umum mencakup pula selain rnereka.

Hanya Allah Yang Maha mengetahui dan segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.

Selanjutnya, mari kita terus memperdalam pemahaman kita terhadap ajaran Al-Qur’an dengan merenungkan Surah Al-Baqarah Ayat 46 bersama kami di kecilnyaaku.com.

 

Artikel SebelumnyaSurah Al-Baqarah Ayat 46, Latin, Arti, dan Tafsir Pilihan
Artikel SelanjutnyaTafsir Ibnu Katsir Mengenai Surah Al-Baqarah Ayat 44