Ini Adalah Tongkatku

Tafsir Al-Qur’an: Surah Thaahaa ayat 17-18

0
576

Kajian Tafsir Surah Thaahaa ayat 17-18. Membicarakan tentang pembicaraan Allah Subhaanahu wa Ta’aala kepada Nabi Musa ‘alaihis salam, penguatan-Nya kepada Nabi Musa ‘alaihis salam dengan mukjizat, dan Musa berkata, “Ini adalah tongkatku.” Allah Subhaanahu wa Ta’aala berfirman:

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

وَمَا تِلْكَ بِيَمِينِكَ يَا مُوسَى (١٧) قَالَ هِيَ عَصَايَ أَتَوَكَّأُ عَلَيْهَا وَأَهُشُّ بِهَا عَلَى غَنَمِي وَلِيَ فِيهَا مَآرِبُ أُخْرَى (١٨)

“Apakah yang ada di tangan kananmu, wahai Musa?” Dia (Musa) berkata, “Ini adalah tongkatku, aku bertumpu padanya, dan aku merontokkan (daun-daun) dengannya untuk (makanan) kambingku, dan bagiku masih ada lagi manfaat yang lain.” (Q.S. Thaahaa : 17-18)

.

Tafsir Ibnu Abbas

Wa mā tilka bi yamīnika yā mūsā (dan apa yang ada di tangan kananmu itu, hai Musa).

Qāla hiya ‘ashāya atawakka-u ‘alaihā (Musa berkata, “Ini adalah tongkatku, aku bertelekan padanya), yakni aku berpegang padanya manakala aku lelah.

Wa ahusy-syu bihā ‘ala ghanamī (dan aku memukul [pepohonan] dengannya untuk kambing-kambingku), yakni aku memukul pepohonan dengan tongkat ini untuk (memberi makan) kambing-kambingku.

Wa liya fīhā ma-āribu ukhrā (dan aku juga memiliki keperluan yang lain padanya”), yakni kegunaan yang bermacam-macam.


BACA JUGA Kajian Tafsir Al-Qur’an Juz Ke-16 untuk ayat lainnya

Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur’an

  1. [1]Apakah yang ada di tangan kananmu, wahai Musa[2]?”

[1] Setelah Allah Subhaanahu wa Ta’aala menerangkan kepada Musa ashlul iman (dasar keimanan), Dia ingin memperlihatkan sebagian di antara ayat-ayat-Nya untuk menenangkan hatinya dan menyejukkan pandangannya serta menguatkan imannya dengan pengokohan Allah baginya ketika berhadapan dengan musuhnya.

[2] Pertanyaan ini sesungguhnya sudah diketahui Allah, akan tetapi agar perhatian Musa semakin bertambah di saat itu, maka disampaikan dengan cara pertanyaan.

  1. Dia (Musa) berkata, “Ini adalah tongkatku, aku bertumpu padanya[3], dan aku merontokkan (daun-daun) dengannya untuk (makanan) kambingku[4], dan bagiku masih ada lagi manfaat yang lain[5].

[3] Seperti ketika berdiri dan ketika berjalan.

[4] Inilah akhlak mulia Nabi Musa ‘alaihis salam, di mana di antara pengaruhnya adalah bagusnya Beliau dalam mengembala kambing. Ihsan Beliau terhadapnya menunjukkan perhatian Allah, pilihan-Nya dan pengkhususan-Nya.

[5] Dalam kalimat ini terdapat dalil yang menunjukkan tingginya budi pekerti Nabi Musa ‘alaihis salam, yaitu ketika Allah bertanya tentang apa yang ada di tangan kanannya, sedangkan pertanyaan itu mengandung kemungkinan berkaitan dengan bendanya atau manfaatnya, maka Beliau menerangkan benda itu dan manfaatnya.

.

Tafsir Jalalain

  1. (Apakah itu) yang berada (di tangan kananmu, hai Musa?) Kata tanya atau Istifham di sini mengandung makna Taqrir, maksudnya supaya Allah menurunkan mukjizat kepada Nabi Musa dengan melalui tongkatnya itu.
  2. (Berkata Musa, “Ini adalah tongkatku, aku bertelekan) berpegangan (padanya) sewaktu aku melompat dan berjalan (dan aku pukul) aku memukul daun-daun pohon (dengannya) supaya daun-daun itu berjatuhan (untuk kambingku) lalu kambing-kambingku itu memakannya (dan bagiku ada lagi padanya keperluan). Lafal Ma’aarib adalah bentuk jamak dari lafal Ma’ribah atau Ma’rabah atau Ma’rubah, artinya keperluan-keperluan (yang lain”) seperti untuk memikul bekal dan air minum, serta untuk mengusir binatang buas. Kemudian Allah menambahkan jawaban, sebagai penjelasan bahwa pada tongkat itu masih terdapat kegunaan lainnya, yaitu:

.

Tafsir Ibnu Katsir

Ini merupakan bukti dari Allah Swt. kepada Musa dan merupakan suatu mukjizat yang besar serta peristiwa yang luar biasa, menunjukkan bahwa tidak ada seorang pun yang mampu melakukan hal itu selain Allah Swt. Dan bahwa peristiwa seperti itu tidak ada seorang pun yang dapat mendatangkannya kecuali seorang nabi yang diutus.

Firman Allah Swt.:

Apakah itu yang di tangan kananmu, hai Musa. (Thaha: 17)

Menurut sebagian ulama tafsir, sesungguhnya Allah berfirman demikian kepada Musa dengan nada mengingatkan. Menurut pendapat yang lain, sesungguhnya Allah Swt. mengatakan demikian kepada Musa dengan nada menetapkan. Dengan kata lain. dapat dikatakan bahwa adapun benda yang ada di tangan kananmu itu yang kamu kenal dengan sebutan tongkat, kelak kamu akan melihat apa yang bakal Kami lakukan terhadapnya sekarang.

Apakah itu yang di tangan kananmu, hai Musa? (Thaha: 17) Kata tanya atau istifham ini mengandung makna taqrir.

Berkata Musa, “Ini adalah tongkatku, aku bertelekan padanya.” (Thaha: 18)

Yaitu tongkat ini kujadikan sebagai pegangan saat aku berjalan.

“dan aku pukul (daun) dengannya untuk kambingku.” (Thaha: 18)

Yakni aku goyangkan dengannya tangkai pohon agar dedaunannya rontok buat makan kambingku.

Abdur Rahman ibnul Qasim telah mengatakan dari Imam Malik, bahwa al-husy artinya bila seseorang mencangkolkan (mengaitkan) bagian yang bengkok dari tongkatnya ke dahan pohon, lalu ia menggerak-gerakkannya hingga dedaunan dan buah-buahannya rontok, tetapi dahan pohon (rantingnya) tidak patah. Itulah makna lafaz al-husy, yakni bukan memukulkan. Hal yang sama telah dikatakan oleh Maimun ibnu Mahran.

Firman Allah Swt.:

dan bagiku ada lagi keperluan yang lain padanya. (Thaha: 18)

Yaitu kegunaan lainnya. Sebagian di antara mereka ada yang memaksakan diri dengan menceritakan sebagian dari kegunaan lainnya yang masih misteri. Dikatakan bahwa tongkatnya itu dapat menyala di malam hari, dan dapat menjaga kambingnya bila Musa tertidur. Musa dapat pula menancapkannya, lalu jadilah sebuah pohon rindang yang menjadi naungannya di terik matahari, serta hal lainnya yang bertentangan dengan  hukum alam. Jelasnya kisah yang demikian itu pada kenyataannya tidak ada. Seandainya tongkat tersebut mempunyai kegunaan yang didugakan itu, niscaya Musa a.s. tidak merasa aneh manakala tongkat tersebut berubah ujud menjadi ular besar, dan tentulah Musa a.s. tidak akan lari darinya. Semuanya itu tiada lain bersumber dari kisah-kisah israiliyat.

Sebagian dari mereka mengatakan pula bahwa tongkat tersebut adalah milik Adam a.s. Pendapat yang lainnya lagi mengatakan bahwa tongkat itu adalah hewan melata yang akan muncul nanti menjelang hari kiamat.

Telah diriwayatkan dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa tongkat itu mempunyai nama, yaitu Masya;

Hanya Allah Yang Maha mengetahui dan segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.

 

Artikel SebelumnyaMusa Melemparkan Tongkat Itu
Artikel SelanjutnyaJanganlah Engkau Dipalingkan dari Kiamat Itu