Fase-fase yang Dilalui Manusia dari Suatu Keadaan

Tafsir Al-Qur’an: Surah Ar-Ruum ayat 54-55

0
822

Kajian Tafsir Surah Ar-Ruum ayat 54-55. Kekuasaan Allah dalam penciptaan-Nya terhadap manusia dari sejak lahir hingga matinya kemudian dibangkitkan-Nya. Allah Subhaanahu wa Ta’aala mengingatkan akan fase-fase yang dilalui manusia dari suatu keadaan kepada keadaan yang lain. Dia berfirman:

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

  اللَّهُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ ضَعْفٍ ثُمَّ جَعَلَ مِنْ بَعْدِ ضَعْفٍ قُوَّةً ثُمَّ جَعَلَ مِنْ بَعْدِ قُوَّةٍ ضَعْفًا وَشَيْبَةً يَخْلُقُ مَا يَشَاءُ وَهُوَ الْعَلِيمُ الْقَدِيرُ (٥٤) وَيَوْمَ تَقُومُ السَّاعَةُ يُقْسِمُ الْمُجْرِمُونَ مَا لَبِثُوا غَيْرَ سَاعَةٍ كَذَلِكَ كَانُوا يُؤْفَكُونَ (٥٥)

Allah-lah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan (kamu) setelah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) setelah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa yang Dia kehendaki. Dan Dia Yang Maha Mengetahui lagi Maha  Kuasa. Dan pada hari (ketika) terjadinya Kiamat, orang-orang yang berdosa bersumpah, bahwa mereka berdiam (dalam kubur) hanya sesaat (saja). Begitulah dahulu mereka dipalingkan (dari kebenaran). (Q.S. Ar-Rum : 54-55)

.

Tafsir Ibnu Abbas

Allāhul ladzī khalaqakum miη dla‘fin (Allah-lah yang menciptakan kalian dari keadaan lemah), yakni dari nutfah yang lemah.

Tsumma ja‘ala mim ba‘di dla‘fing qauwwatan (kemudian Dia menjadikan [kalian], sesudah keadaan lemah itu, kuat), yakni seorang pemuda yang kekar.

Tsumma ja‘ala mim ba‘di quwwatiη dla‘fan (kemudian Dia menjadikan [kalian], sesudah kuat itu, lemah), yakni tua renta.

Wa syaibah (dan beruban) sesudah (melalui masa) muda.

Yakhluqu may yasyā-u (Dia menciptakan apa saja yang dikehendaki-Nya), yakni Dia mengubah-ubah makhluk-Nya dari satu keadaan ke keadaan lain sesuai dengan kehendak-Nya.

Wa huwal ‘alīmu (dan Dia-lah Yang Maha mengetahui) makhluk-Nya.

Al-qadīr (lagi Maha Kuasa) untuk mengubah-ubah mereka.

Wa yauma taqūmus sā‘atu yuqsimul mujrimūna (dan pada hari terjadinya kiamat, bersumpahlah orang-orang yang berdosa), yakni orang-orang yang mempersekutukan Allah Ta‘ala itu bersumpah.

Mā labitsū (bahwa tidaklah mereka tinggal) di dalam kubur.

Ghaira sā‘ah (melainkan sesaat saja), yakni melainkan sekadar sesaat saja.

Kadzālika (seperti itulah), yakni sebagaimana mereka berdusta di akhirat.

Kānū yu’fakūn (mereka selalu dipalingkan), yakni mereka mendustakan di dunia.


BACA JUGA Kajian Tafsir Juz Ke-21 untuk ayat lainnya

Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur’an

  1. [22]Allah-lah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah[23], kemudian Dia menjadikan (kamu) setelah keadaan lemah itu[24] menjadi kuat[25], kemudian Dia menjadikan (kamu) setelah kuat itu lemah (kembali)[26] dan beruban. Dia menciptakan apa yang Dia kehendaki[27]. Dan Dia Yang Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa.

[22] Allah Subhaanahu wa Ta’aala memberitahukan tentang luasnya ilmu-Nya, besarnya kemampuan-Nya dan sempurnanya hikmah-Nya, di mana Dia menciptakan manusia dari keadaan yang lemah, yakni tahapan pertama penciptaannya, yaitu mani yang selanjutnya berubah menjadi segumpal darah dan berubah menjadi segumpal daging sampai menjadi makhluk hidup dalam rahim, selanjutnya ia dilahirkan dan menjadi kanak-kanak. Setelah itu, kekuatannya semakin bertambah hingga tiba usia muda, dewasa, dan usia seorang bapak di mana keadaan lahir dan batinnya telah sempurna. Setelah tahapan ini dilalui, maka ia sedikit demi sedikit menjadi lemah kembali; tua, beruban dan pikun.

[23] Yaitu air mani yang hina.

[24] Yakni masa kanak-kanak.

[25] Pemuda.

[26] Karena sudah tua.

[27] Sesuai kebijaksanaan-Nya. Termasuk kebijaksanaan-Nya adalah Dia memperlihatkan kepada hamba-hamba-Nya kekuatan mereka yang diliputi oleh dua kelemahan; ketika kecil dan ketika sudah tua, di mana hal ini menunjukkan kekurangannya. Jika bukan karena penguatan dari Allah Subhaanahu wa Ta’aala, tentu dia tidak akan sampai pada usia kuat dan memiliki kemampuan. Di samping itu, jika kekuatannya semakin bertambah, tentu dia akan bersikap sombong dan melampuai batas serta berbuat yang semena-mena. Selain itu, agar manusia mengetahui sempurnanya kemampuan Allah Subhaanahu wa Ta’aala yang senantiasa kekal, di mana dengan kemampuan-Nya Dia menciptakan segala sesuatu, mengatur segala urusan tanpa merasakan kelemahan dan kelelahan.

  1. Dan pada hari (ketika) terjadinya Kiamat, orang-orang yang berdosa[28] bersumpah, bahwa mereka berdiam (dalam kubur) hanya sesaat (saja)[29]. Begitulah dahulu mereka dipalingkan (dari kebenaran)[30].

[28] Yakni orang-orang kafir.

[29] Ini adalah pengajuan uzur mereka dengan maksud agar permohonan maaf mereka diterima.

[30] Maksudnya, sebagaimana mereka di dunia dipalingkan dari kebenaran dan malah berkata dusta, mereka mendustakan yang hak yang dibawa para rasul, sehingga di akhirat mereka juga dipalingkan dari perkataan yang hak (benar) tentang lama tinggal mereka di kubur, mereka mengingkari perkara yang dapat dirasakan, yaitu lamanya tingga di dunia, dan seorang hamba nanti akan dibangkitkan sesuai keadaan yang dia pegang sampai matinya.

.

Tafsir Jalalain

  1. (Allah, Dialah yang menciptakan kalian dari keadaan lemah) yaitu dari air mani yang hina lagi lemah itu (kemudian Dia menjadikan kalian sesudah keadaan lemah) yang lain yaitu masa kanak-kanak (menjadi kuat) masa muda yang penuh dengan semangat dan kekuatan (kemudian Dia menjadikan kalian sesudah kuat itu lemah kembali dan beruban) lemah karena sudah tua dan rambut pun sudah putih. Lafal dha’fan pada ketiga tempat tadi dapat dibaca dhu’fan. (Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya) ada yang lemah, yang kuat, yang muda, dan yang tua (dan Dialah Yang Maha Mengetahui) mengatur makhluk-Nya (lagi Maha Kuasa) atas semua yang dikehendaki-Nya.
  2. (Dan pada hari terjadinya kiamat bersumpahlah) mengatakan sumpah (orang-orang yang berdosa) orang-orang kafir (mereka tidak berdiam) mereka tidak tinggal di dalam kubur (melainkan sesaat saja) maka Allah berfirman: (Seperti demikianlah mereka selalu dipalingkan) dari kebenaran atau dari perkara yang hak, yang dimaksud adalah tentang hari berbangkit. Maksudnya sebagaimana mereka dipalingkan dari kebenaran maka mereka pun dipalingkan pula dari masa yang sebenarnya mereka tinggal di dalam kubur.

.

Tafsir Ibnu Katsir

Allah Swt. mengingatkan (manusia) akan fase-fase yang telah dilaluinya dalam penciptaannya, dari suatu keadaan kepada keadaan yang lain. Asal mulanya manusia itu berasal dari tanah liat, kemudian dari air mani, kemudian menjadi ‘alaqah, kemudian menjadi segumpal daging, kemudian menjadi tulang yang dilapisi dengan daging, lalu ditiupkan roh ke dalam tubuhnya.

Setelah itu ia dilahirkan dari perut ibunya dalam keadaan lemah, kecil, dan tidak berkekuatan. Kemudian menjadi besar sedikit demi sedikit hingga menjadi anak, setelah itu berusia balig dan masa puber, lalu menjadi pemuda. Inilah yang dimaksud dengan keadaan kuat sesudah lemah.

Kemudian mulailah berkurang dan menua, lalu menjadi manusia yang lanjut usia dan memasuki usia pikun; dan inilah yang dimaksud keadaan lemah sesudah kuat. Di fase ini seseorang mulai lemah keinginannya, gerak, dan kekuatannya; rambutnya putih beruban, sifat-sifat lahiriah dan batinnya berubah pula. Karena itulah maka di sebutkan oleh firman-Nya:

kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya. (Ar-Rum: 54)

Yakni Dia berbuat apa yang dikehendaki-Nya dan mengatur hamba-hamba-Nya menurut apa yang dikehendaki-Nya.

dan Dialah Yang Maha Mengetahui lagi Mahakuasa. (Ar-Rum: 54)

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Waki’, dari Fudail dan Yazid. Keduanya mengatakan, telah menceritakan kepada kami Fudail ibnu Marzuq, dari Atiyyah Al-Aufi yang mengatakan bahwa ia membacakan kepada Ibnu Umar firman Allah Swt.: Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali). (Ar-Rum: 54) Ibnu Umar membacakan pula firman-Nya: Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali). (Ar-Rum: 54) Kemudian Ibnu Umar berkata, “Aku belajar dari Rasulullah ﷺ ayat ini sebagaimana yang kamu bacakan kepadaku, dan aku menerimanya dari beliau sebagaimana aku menerimanya darimu.”

Imam Abu Daud dan Imam Turmuzi meriwayatkannya pula yang dinilai oleh Imam Turmuzi sebagai hadis hasan, melalui hadis Fudail dengan sanad yang sama. Imam Abu Daud meriwayatkannya melalui hadis Abdullah ibnu Jabir, dari Atiyyah, dari Abu Sa’id dengan lafaz yang semisal.

Allah Swt. menceritakan perihal kebodohan orang-orang kafir di dunia dan akhirat. Di dunia mereka melakukan perbuatan yang biasa mereka kerjakan, yaitu menyembah berhala-berhala. Sedangkan di akhirat mereka melakukan kebodohan yang besar pula, antara lain ialah sumpah mereka dengan menyebut nama Allah, bahwa tidaklah mereka tinggal di dunia melainkan hanya sebentar saja. Tujuan utama mereka dengan alasan tersebut ialah agar hujah tidak dapat ditegakkan terhadap mereka, dan bahwa mereka tidak diberi kesempatan untuk beralasan. Allah Swt. berfirman:

Seperti demikianlah mereka selalu dipalingkan (dari kebenaran). Dan berkata orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan dan keimanan (kepada orang-orang yang kafir), “Sesungguhnya kamu telah berdiam (dalam kubur) menurut ketetapan Allah, sampai hari berbangkit. (Ar-Rum: 55-56)

Maka orang-orang mukmin dari kalangan ulamanya menjawab mereka di akhirat sebagaimana para ulama itu telah menegakkan hujah Allah atas mereka ketika di dunia. Maka para ulama itu berkata kepada mereka saat mereka bersumpah bahwa mereka hanya tinggal sesaat saja di dunia:

Wallahu a’lam dan segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.

 

Artikel SebelumnyaTidak Bermanfaat Lagi Permintaan Maaf
Artikel SelanjutnyaHidayah Berasal dari Allah