Dunia Sebagai Tempat Ujian, Bukan Tempat Tujuan

Tafsir Al-Qur’an: Surah Al-Kahf ayat 7-8

0
513

Kajian Tafsir Surah Al-Kahf ayat 7-8. Dunia sebagai tempat ujian, bukan tempat tujuan. Allah Subhaanahu wa Ta’aala berfirman:

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

إِنَّا جَعَلْنَا مَا عَلَى الْأَرْضِ زِينَةً لَّهَا لِنَبْلُوَهُمْ أَيُّهُمْ أَحْسَنُ عَمَلاً -٧- وَإِنَّا لَجَاعِلُونَ مَا عَلَيْهَا صَعِيداً جُرُزاً -٨

Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang ada di bumi sebagai perhiasan baginya, untuk Kami menguji mereka, siapakah di antaranya yang terbaik perbuatannya. Dan Kami benar-benar akan menjadikan (pula) apa yang di atasnya menjadi tanah yang tandus lagi kering. (Q.S. Al-Kahf : 7-8)

.

Tafsir Ibnu Abbas

Innā ja‘alnā mā ‘alal ardli (sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang ada di bumi), baik kaum laki-laki maupun perempuan.

Zīnatal lahā (sebagai perhiasan baginya), yakni sebagai perhiasan bumi.

Li nabluwahum ayyuhum ahsanu (supaya Kami menguji mereka, siapakah di antara mereka yang paling baik), yakni yang paling ikhlas.

‘Amalā (amalnya). Menurut satu pendapat, innā ja‘alnā mā ‘alal ardli (sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang ada di bumi), seperti tumbuh-tumbuhan, pepohonan, hewan-hewan ternak, dan segala kenikmatan; zīnatal lahā (sebagai perhiasan baginya), yakni sebagai perhiasan bumi, agar Kami dapat menguji mereka, siapakah di antara mereka yang paling zuhud di dunia.

Wa innā la jā‘ilūna (dan sesungguhnya Kami benar-benar akan menjadikan), yakni akan mengubah.

Mā ‘alaihā (apa yang di atasnya itu), yaitu keindahan.

Sha‘īdaη juruzā (menjadi tanah yang gersang), tandus, dan tak ditumbuhi tumbuh-tumbuhan.


BACA JUGA Kajian Tafsir Al-Qur’an Juz Ke-15 untuk ayat lainnya

Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur’an

  1. Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang ada di bumi[12] sebagai perhiasan baginya, untuk Kami menguji mereka, siapakah di antaranya yang terbaik perbuatannya[13].

[12] Seperti hewan, tumbuhan, sungai-sungai, tempat tinggal, pemandangan yang indah, dsb.

[13] Yakni yang paling ikhlas dan paling sesuai dengan sunnah Rasulullah ﷺ.

  1. Dan Kami benar-benar akan menjadikan (pula) apa yang di atasnya menjadi tanah yang tandus lagi kering[14].

[14] Yakni semua perhiasan di muka bumi ini dan kesenangannnya akan binasa, hilang dan habis, dan bumi akan kembali tandus serta kering. Inilah hakikat dunia, Allah telah memperjelas kepada kita sejelas-jelasnya, memperingatkan kita agar tidak tertipu olehnya, mendorong kita untuk mencintai negeri yang kenikmatannya kekal, dan penduduknya berbahagia. Semua itu merupakan rahmat-Nya kepada kita. Namun orang yang melihat dunia zahirnya saja tanpa melihat di balik itu, maka ia akan tertipu oleh gemerlapnya dunia dan keindahannya. Mereka pun menikmati dunia seperti hewan menikmatinya, di mana yang mereka pikirkan hanya makan, minum dan bersenang-senang. Mereka tidak ingat tujuan dari diciptakannya mereka, bahkan yang di benak mereka hanyalah memuaskan hawa nafsu belaka bagaimana pun caranya, halal atau haram. Adapun mereka yang melihat hakikat dunia dan mengetahui tujuan dari diciptakannya mereka, maka dia mengambil dunia ini dan menggunakannya untuk membantu beribadah kepada Allah, dia pun mengisi waktunya dengan ketaatan. Dia juga menjadikan dunia sebagai jembatan, bukan sebaai tujuan. Dia jadikan hidupnya di dunia sebagai musafir; bukan sebagai mukim. Dia juga mengerahkan kemampuannya untuk mengenal Tuhannya, melaksanakan perintah-Nya dan memperbaiki amalnya. Orang inilah yang memperoleh tempat yang baik di sisi Allah, yang layak memperoleh kemuliaan, kenikmatan dan kesenangan. Dia melihat lebih dalam dunia ini, sedangkan orang yang tertipu hanya melihat luarnya saja, dia bekerja untuk akhiratnya, sedangkan orang yang tertipu bekerja untuk dunianya, sungguh berbeda kedua orang itu!

.

Tafsir Jalalain

  1. (Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang ada di bumi) berupa hewan, tumbuh-tumbuhan, pepohonan, sungaisungai dan lain sebagainya (sebagai perhiasan baginya, agar Kami menguji mereka) supaya Kami menguji manusia, seraya memperhatikan dalam hal ini (siapakah di antara mereka yang terbaik perbuatannya) di dunia ini; yang dimaksud adalah siapakah yang lebih berzuhud/menjauhi keduniaan.
  2. (Dan sesungguhnya Kami benar-benar akan menjadikan pula apa yang di atasnya menjadi tanah rata) merata dengan tanah (lagi tandus) kering tidak subur.

.

Tafsir Ibnu Katsir

Allah Swt. menghibur hati Rasul-Nya dalam kesedihannya menghadapi sikap kaum musyrik, karena mereka tidak mau beriman dan menjauhinya, seperti yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam ayat lain melalui firman-Nya:

Maka janganlah dirimu binasa karena kesedihan terhadap mereka. (Fathir: 8)

وَلا تَحْزَنْ عَلَيْهِمْ

dan janganlah kamu bersedih hati terhadap (kekafiran) mereka. (An-Nahl: 127)

Dan firman Allah Swt. yang mengatakan:

لَعَلَّكَ بَاخِعٌ نَفْسَكَ أَلا يَكُونُوا مُؤْمِنِينَ

Boleh jadi kamu (Muhammad) akan membinasakan dirimu, karena mereka tidak beriman. (Asy-Syu’ara: 3)

Bakhi’un, membinasakan diri sendiri, karena sedih melihat mereka tidak mau beriman.

Dalam ayat berikut ini disebutkan oleh firman-Nya:

Maka (apakah) barangkali kamu akan membunuh dirimu karena bersedih hati sesudah mereka berpaling, sekiranya mereka tidak beriman kepada keterangan ini (Al-Qur’an). (Al-Kahfi: 6)

Yang dimaksud dengan keterangan adalah Al-Qur’an. Asafan artinya kecewa, yakni janganlah kamu membinasakan (merusak) dirimu sendiri karena kecewa.

Qatadah mengatakan, yang dimaksud dengan asafab ialah membunuh diri sendiri karena marah dan bersedih hati terhadap mereka yang tidak mau beriman.

Mujahid mengatakan, maknanya ialah kecewa.

Pada garis besarnya semua makna yang telah disebutkan di atas mirip pengertiannya, yang kesimpulannya dapat dikatakan sebagai berikut: “Janganlah kamu buat dirimu kecewa terhadap mereka yang tidak mau beriman kepadamu, melainkan sampaikanlah risalah Allah. Barang siapa yang mau menerimanya sebagai petunjuk, maka manfaatnya buat dirinya sendiri. Dan barang siapa yang sesat dari mereka, maka sesungguhnya dia menyesatkan dirinya sendiri. Janganlah dirimu binasa karena kesedihan terhadap mereka.”

Kemudian Allah Swt. menyebutkan bahwa Dia telah menjadikan dunia ini kampung yang fana yang dihiasi dengan perluasan yang fana pula pada akhirnya. Dan sesungguhnya dunia berikut kegerlapannya ini hanya dijadikan oleh Allah sebagai kampung ujian, bukan kampung menetap. Untuk itu Allah Swt. berfirman:

Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang ada di bumi sebagai perhiasan untuknya, agar Kami menguji mereka, siapakah di antara mereka yang terbaik perbuatannya. (Al-Kahfi: 7)

Qatadah telah meriwayatkan dari Abu Nadrah, dari Abu Sa’id, dari Rasulullah ﷺ yang telah bersabda:

إِنَّ الدُّنْيَا خَضِرَةٌ حُلْوَةٌ وَإِنَّ اللَّهَ مُسْتَخْلِفُكُمْ فِيهَا فَنَاظِرٌ مَاذَا تَعْمَلُونَ، فَاتَّقُوا الدُّنْيَا، وَاتَّقُوا النِّسَاءَ، فَإِنَّ أَوَّلَ فِتْنَةِ بَنِي إِسْرَائِيلَ كَانَتْ فِي النِّسَاءِ

Sesungguhnya dunia itu manis lagi hijau, dan sesungguhnya Allah menjadikan kalian sebagai khalifah padanya; maka Dia akan melihat, apakah yang akan diperbuat oleh kalian. Karena itu, takutlah kalian terhadap dunia dan takutlah kalian terhadap wanita, karena sesungguhnya fitnah yang mula-mula melanda kaum Bani Israil adalah tentang wanita.

Kemudian Allah Swt. memberitahukan bahwa dunia itu pasti lenyap dan fana, masanya pasti habis dan lenyap serta hancur. Untuk itu Allah Swt. berfirman:

Dan sesungguhnya Kami benar-benar akan menjadikan (pula) apa yang di atasnya menjadi tanah rata lagi tandus. (Al-Kahfi: 8)

Yakni sesungguhnya sesudah menghiasinya Kami benar-benar akan menjadikan dunia rusak dan hancur, dan Kami akan menjadikan segala sesuatu yang berada di atasnya binasa.

Tanah rata lagi tandus. (Al-Kahfi: 8)

Artinya, tidak dapat menumbuhkan tetumbuhan dan tidak bermanfaat.

Seperti yang dikatakan oleh Al-Aufi, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan sesungguhnya Kami benar-benar akan menjadikan (pula) apa yang di atasnya menjadi tanah rata lagi tandus. (Al-Kahfi: 8) Yaitu segala sesuatu yang ada di atasnya binasa dan lenyap.

Mujahid mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: tanah rata lagi tandus. (Al-Kahfi: 8) Maksudnya, tandus tidak dapat menumbuhkan tetumbuhan.

Qatadah mengatakan, as-sa id artinya tanah yang tidak ada pohon dan tidak ada tanamannya.

Ibnu Zaid mengatakan bahwa as-sa’id ialah tanah yang tidak ada tumbuh-tumbuhannya sama sekali. Tidakkah Anda perhatikan firman Allah Swt. yang mengatakan:

أَوَلَمْ يَرَوْا أَنَّا نَسُوقُ الْمَاءَ إِلَى الأرْضِ الْجُرُزِ فَنُخْرِجُ بِهِ زَرْعًا تَأْكُلُ مِنْهُ أَنْعَامُهُمْ وَأَنْفُسُهُمْ أَفَلا يُبْصِرُونَ

Dan apakah mereka tidak memperhatikan bahwa Kami menghalau (awan yang mengandung) air ke bumi yang tandus. Lalu Kami tumbuhkan dengan air hujan itu tanam-tanaman yang darinya (dapat) makan binatang-binatang ternak mereka dan mereka sendiri. Maka apakah mereka tidak memperhatikan? (As-Sajdah: 27)

Muhammad ibnu Ishaq mengatakan sehubungan dengan makna firman Allah Swt.: Dan sesungguhnya Kami benar-benar akan menjadikan (pula) apa yang di atasnya menjadi tanah rata lagi tandus. (Al-Kahfi: 8) Yakni apa yang ada di atas bumi, sesungguhnya semuanya itu pasti akan lenyap dan binasa. Dan sesungguhnya kembali semuanya adalah kepada Allah. Maka janganlah kamu berputus asa, janganlah pula bersedih hati terhadap apa yang kamu dengar dan kamu lihat.

Hanya Allah Yang Maha mengetahui dan segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.

 

Artikel SebelumnyaSyafaat
Artikel SelanjutnyaTidak Mempunyai Pengetahuan Tentang Hal Itu