Dalam Ciptaan yang Baru

Tafsir Al-Qur’an: Surah Saba’ ayat 7-8

0
832

Kajian Tafsir Surah Saba’ ayat 7-8. Rasulullah ﷺ Beliau adalah manusia yang paling benar dan paling berakal. Tetapi beliau telah datang membawa sesuatu yang aneh bagi mereka sehingga beliau menjadi bahan olok-olokan mereka. Dan mereka pasti akan dibangkitkan kembali dalam ciptaan yang baru. Allah Subhaanahu wa Ta’aala berfirman:

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

  وَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا هَلْ نَدُلُّكُمْ عَلَى رَجُلٍ يُنَبِّئُكُمْ إِذَا مُزِّقْتُمْ كُلَّ مُمَزَّقٍ إِنَّكُمْ لَفِي خَلْقٍ جَدِيدٍ (٧) أَفْتَرَى عَلَى اللَّهِ كَذِبًا أَمْ بِهِ جِنَّةٌ بَلِ الَّذِينَ لا يُؤْمِنُونَ بِالآخِرَةِ فِي الْعَذَابِ وَالضَّلالِ الْبَعِيدِ (٨)

Dan orang-orang kafir berkata (kepada teman-temannya). “Maukah kami tunjukkan kepadamu seorang laki-laki yang memberitahukan kepadamu bahwa apabila badanmu telah hancur sehancur-hancurnya, kamu pasti (akan dibangkitkan kembali) dalam ciptaan yang baru. Apakah dia mengada-adakan kebohongan terhadap Allah atau sakit gila?” (Tidak), tetapi orang-orang yang tidak beriman kepada akhirat itu berada dalam siksaan dan kesesatan yang jauh. (Q.S. Saba’ : 7-8)

.

Tafsir Ibnu Abbas

Wa qālal ladzīna kafarū (dan berkatalah orang-orang kafir), yakni orang-orang kafir Mekah, Abu Sufyan dan kawan-kawannya, kepada orang-orang awam.

Hal nadullukum ‘alā rajuliy yunabbi-ukum (“Maukah kami tunjukkan kepada kalian seorang laki-laki yang memberitakan kepada kalian), yakni yang mengabarkan kepada kalian.

Idzā muzziqtum kulla mumazzaqin (bahwa apabila kalian telah hancur sehancur-hancurnya), yakni tulang dan kulit telah tercerai berai di dalam tanah, seperti sangkaan Muhammad ﷺ.

Innakum la fī khalqiη jadīd (sesungguhnya kalian benar-benar ada dalam ciptaan yang baru”), yakni ruh kami akan diperbarui sesudah mati?

Aftarā (apakah dia telah mengada-adakan), yakni apakah Muhammad ﷺ telah mereka-reka.

‘Alallāhi kadziban am bihī jinnah (kebohongan terhadap Allah, ataukah ada kegilaan padanya). Allah Ta‘ala berfirman:

Balil ladzīna lā yu’minūna bil ākhirati ([tidak], tetapi orang-orang yang tidak beriman kepada akhirat), yakni kepada adanya kebangkitan sesudah mati.

Fil ‘adzābi (berada dalam azab) di akhirat.

Wadl dlalāli (dan kesesatan), yakni kekeliruan.

Al-ba‘īd (yang jauh) dari kebenaran dan petunjuk ketika di dunia.


BACA JUGA Kajian Tafsir Juz Ke-22 untuk ayat lainnya

Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur’an

  1. Dan orang-orang kafir berkata (kepada teman-temannya)[26]. “Maukah kami tunjukkan kepadamu seorang laki-laki[27] yang memberitahukan kepadamu bahwa apabila badanmu telah hancur sehancur-hancurnya, kamu pasti (akan dibangkitkan kembali) dalam ciptaan yang baru.

[26] Dengan maksud mendustakan, mengolok-olok, menganggap mustahil dan menyebutkan sisi kemustahilannya.

[27] Yang dimaksud dengan seorang laki-laki oleh orang-orang kafir itu ialah Nabi Muhammad ﷺ. Menurut mereka, Beliau telah datang membawa sesuatu yang aneh bagi mereka sehingga Beliau menjadi bahan olok-olokan mereka, mereka mengatakan, “Mengapa ia mengatakan, “Bahwa kalian akan dibangkitkan setelah mati dan telah terpisah anggota badan kalian.”

  1. Apakah dia mengada-adakan kebohongan terhadap Allah atau sakit gila?”[28] (Tidak), tetapi orang-orang yang tidak beriman[29] kepada akhirat itu[30] berada dalam siksaan dan kesesatan yang jauh[31].

[28] Semua ini sebenarnya karena pembangkangan dan kezaliman mereka. Sesungguhnya mereka mengetahui, bahwa Beliau adalah manusia yang paling benar dan paling berakal. Termasuk hal yang menunjukkan bahwa mereka tahu tentang kebenaran Beliau adalah bahwa mereka menampakkan permusahan dengan Beliau, mereka korbankan diri dan harta untuk menghalangi manusia dari Beliau. Jika seandainya Beliau adalah seorang pendusta atau orang gila tentu mereka tidak patut mendengarnya dan tidak akan mempedulikan dakwahnya, karena orang gila tidak pantas bagi orang yang berakal memperhatikannya. Kalau bukan karena pembangkangan mereka dan kezalimannya tentu mereka akan segera memenuhi panggilannya dan menyambut dakwahnya, akan tetapi ayat-ayat dan peringatan tidaklah berguna bagi orang-orang yang tidak beriman sebagaimana disebutkan pada lanjutan ayatnya.

[29] Seperti orang-orang yang mengatakan perkataan itu.

[30] Mencakup tidak beriman kepada kebangkitan dan azab pada hari Kiamat.

[31] Yakni dalam kesengsaraan yang besar dan kesesatan yang jauh dari kebenaran ketika di dunia. Padahal kesengsaraan dan kesesatan apa yang lebih besar daripada pengingkaran mereka kepada kekuasaan Allah dalam hal membangkitkan, demikian pula sikap mereka mendustakan Rasul-Nya, mengolok-oloknya dan memastikan bahwa yang mereka pegang adalah hak sedangkan yang Rasul-Nya bawa menurut mereka adalah batil, dan menganggap yang batil dan yang sesat sebagai kebenaran dan petunjuk.

.

Tafsir Jalalain

  1. (Dan orang-orang kafir berkata) sebagian dari mereka berkata kepada sebagian yang lain dengan nada yang penuh keheranan, (“Maukah kalian kami tunjukkan kepada kalian seorang laki-laki) yang mereka maksud adalah Nabi Muhammad ﷺ (yang memberitakan kepada kalian) yang membawa berita kepada kalian, bahwasanya (apabila badan kalian telah hancur) telah berantakan (sehancur-hancurnya) menjadi berkeping-keping (sesungguhnya kalian akan dibangkitkan kembali dalam ciptaan yang baru?”)
  2. (Apakah dia mengada-adakan) lafal Aftaraa pada asalnya adalah A-iftaraa, kemudian Hamzah Washalnya tidak dibutuhkan lagi karena Hamzah Istifham sudah difathahkan, sehingga menjadi Aftaraa (kebohongan terhadap Allah) dalam hal tersebut (ataukah ada padanya penyakit gila?) yakni gangguan pada otaknya hingga ia mengkhayal yang bukan-bukan. Maka, Allah berfirman menyanggah mereka, (“Tidak, tetapi orang-orang yang tidak beriman kepada negeri akhirat) yang di dalamnya terdapat hari berbangkit dan azab pembalasan (berada dalam siksaan) di akhirat nanti (dan kesesatan yang jauh.) dari kebenaran dalam kehidupan dunia.

.

Tafsir Ibnu Katsir

Ini merupakan berita dari Allah Swt. yang menceritakan ketidakpercayaan orang-orang kafir lagi atheis terhadap terjadinya hari kiamat, dan mereka memperolok-olok Rasul ﷺ yang menyampaikan berita tersebut, seperti yang dijelaskan oleh firman-Nya:

Dan orang-orang kafir berkata (kepada teman-temannya), “Maukah kamu kami tunjukkan kepadamu seorang laki-laki yang memberitakan kepadamu, bahwa apabila badanmu telah hancur sehancur-hancurnya.” (Saba: 7)

Yakni tubuh kalian telah hancur luluh di dalam bumi dan telah bercerai-berai di dalamnya.

sesungguhnya kamu benar-benar (akan dibangkitkan kembali) dalam ciptaan yang baru? (Saba: 7)

Sesudah itu kamu akan dihidupkan kembali dan diberi rezeki. Dan dia (Nabi ﷺ) menurut mereka yang mengingkari pemberitaannya ini yang menyatakan adanya hari berbangkit, tidak terlepas dari dua kemungkinan. Adakalanya dia sengaja berbuat kedustaan terhadap Allah, bahwa Allah telah mewahyukan kepadanya berita tersebut. Atau adakalanya dia tidak sengaja, tetapi akalnya mengalami gangguan sebagaimana gangguan akal yang dialami oleh orang yang cacat mental atau gila. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya bahwa mereka yang ingkar kepada hari berbangkit itu mengatakan:

Apakah dia mengada-adakan kebohongan terhadap Allah ataukah ada padanya penyakit gila? (Saba: 8)

Maka Allah Swt. berfirman, menyanggah tuduhan mereka itu:

(Tidak), tetapi orang-orang yang tidak beriman kepada negeri akhirat berada dalam siksaan dan kesesatan yang jauh. (Saba: 8)

Yakni duduk perkara yang sebenarnya tidaklah seperti apa yang mereka dugakan dan tidak pula seperti apa yang mereka tuduhkan. Bahkan Nabi Muhammad ﷺ adalah orang yang benar, berbakti, lagi berakal yang datang membawa perkara yang hak; sedangkan yang dusta, bodoh, lagi dungu adalah mereka sendiri.

Yang dimaksud dengan ‘azab’ dalam ayat ini adalah kekufuran yang menjerumuskan mereka kepada azab Allah Swt. Sedangkan ‘sesat yang jauh’ maksudnya jauh dari perkara yang benar di dunia ini.

Wallahu a’lam dan segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.

 

Artikel SebelumnyaKeagungan-Nya Membuat Lupa Segalanya
Artikel SelanjutnyaPetunjuk bagi Manusia kepada Jalan Allah