Beranda Mengenal Allah Hari Nanti Bidadari-bidadari yang Membatasi Pandangan

Bidadari-bidadari yang Membatasi Pandangan

Tafsir Al-Qur’an: Surah Ar-Rahman ayat 54-61

0
ibadah haji
ka'bah

Kajian Tafsir: Surah Ar-Rahman ayat 54-61, Rincian kenikmatan yang akan diperoleh kaum mukmin.  Di dalam surga itu ada bidadari-bidadari yang membatasi pandangan, yang tidak pernah disentuh oleh manusia maupun jin sebelumnya. Allah Subhaanahu wa Ta’aala berfirman:

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

  مُتَّكِئِينَ عَلَى فُرُشٍ بَطَائِنُهَا مِنْ إِسْتَبْرَقٍ وَجَنَى الْجَنَّتَيْنِ دَانٍ (٥٤) فَبِأَيِّ آلاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ (٥٥) فِيهِنَّ قَاصِرَاتُ الطَّرْفِ لَمْ يَطْمِثْهُنَّ إِنْسٌ قَبْلَهُمْ وَلا جَانٌّ (٥٦) فَبِأَيِّ آلاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ (٥٧) كَأَنَّهُنَّ الْيَاقُوتُ وَالْمَرْجَانُ (٥٨) فَبِأَيِّ آلاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ (٥٩) هَلْ جَزَاءُ الإحْسَانِ إِلا الإحْسَانُ (٦٠) فَبِأَيِّ آلاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ (٦١)

Mereka bersandar di atas permadani yang bagian dalamnya dari sutera tebal. Dan buah-buahan di kedua surga itu dapat (dipetik) dari dekat. Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan? Di dalam surga itu ada bidadari-bidadari yang membatasi pandangan, yang tidak pernah disentuh oleh manusia maupun jin sebelumnya. Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan? Seakan-akan mereka itu permata yakut dan marjan. Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan? Tidak ada balasan untuk kebaikan selain kebaikan (pula). Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan? (Q.S. Ar-Rahman : 54-61)

.

Tafsir Ibnu Abbas

Muttaki-īna (mereka bertelekan), yakni duduk-duduk dengan nyaman.

‘Alā furusyim bathā-inuhā min istabraq (di atas permadani yang sebelah dalamnya dari sutra), yakni surta tebal yang bagian dalamnya terbuat dari sutra halus.

Wa janal jannataini dān (dan buah-buahan kedua surga itu dapat [dipetik] dari dekat), yakni buah-buahan kedua taman itu sangat dekat, hingga dapat dipetik oleh orang yang duduk dan orang yang berdiri.

Fa bi ayyi ālā-i rabbikumā tukadz-dzibān (maka nikmat-nikmat Rabb kalian yang manakah yang kalian dustakan).

Fīhinna (di dalamnya), yakni di dalam semua surga.

Qāshirātuth tharfi (terdapat bidadari-bidadari suci yang menundukkan pandangan), yakni gadis-gadis belia yang menundukkan pandangan dan patuh kepada suami mereka. Mereka tidak akan melihat kepada orang yang bukan suaminya.

Lam yathmits-hunna (yang tidak pernah disentuh), yakni yang tidak pernah disetubuhi. Menurut yang lain, tidak pernah diperoleh.

Iηsung qablahum (oleh manusia sebelum mereka), yakni sebelum suami mereka.

Wa lā jānn (dan tidak pula oleh jin), yakni sebelum suami mereka.

Fa bi ayyi ālā-i rabbikumā tukadz-dzibān (maka Nikmat-nikmat Rabb kalian yang manakah yang kalian dustakan).

Ka-annahunna (seakan-akan bidadari-bidadari itu) dalam kesuciannya.

Al-yāqūtu (yakut), yakni bagaikan yakut.

Wal marjān (dan merjan), yakni putih bagaikan merjan.

Fa bi ayyi ālā-i rabbikumā tukadz-dzibān (maka nikmat-nikmat Rabb kalian yang manakah yang kalian dustakan).

Hal jazā-ul ihsāni illal ihsān (tak ada balasan kebaikan melainkan kebaikan pula), yakni tak ada balasan bagi orang-orang yang telah Kami karuniai nikmat tauhid melainkan surga.

Fa bi ayyi ālā-i rabbikumā tukadz-dzibān (maka nikmat-nikmat Rabb kalian yang manakah yang kalian dustakan).


Di sini Link untuk Tafsir Al-Qur’an Juz ke-27


Hidayatul Insan bi tafsiril Qur’an

  1. Mereka bersandar di atas permadani yang bagian dalamnya dari sutera tebal[6]. Dan buah-buahan di kedua surga itu dapat (dipetik) dari dekat[7].

[6] Syaikh As Sa’diy menerangkan, ini adalah sifat permadani penghuni surga dan sifat duduknya mereka di atasnya, dan bahwa mereka sambil bersandar sambil santai. Permadani ini tidak diketahui sifatnya kecuali oleh Allah Subhaanahu wa Ta’aala, sampai-sampai bagian dalamnya dari sutera tebal yang merupakan sutera terbaik dan dibanggakan, lalu bagaimana dengan luarnya yang bersentuhan langsung dengan kulit mereka?

Ibnu Mas’ud berkata, “Ini bagian dalamnya, lalu bagaimana kalau kamu melihat bagian luarnya?”

[7] Yakni bisa dipetik sambil berdiri, sambil duduk dan sambil berbaring.

  1. Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?
  2. Di dalam surga itu ada bidadari-bidadari yang membatasi pandangan[8], yang tidak pernah disentuh oleh manusia maupun jin sebelumnya[9].

[8] Kepada suami mereka karena cakep dan gantengnya suami mereka, dan cintanya mereka kepadanya.

[9] Mereka masih sebagai gadis.

  1. Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?
  2. Seakan-akan mereka itu permata yakut dan marjan[10].

[10] Yakni karena bersih, cantik dan indahnya mereka.

  1. Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?
  2. Tidak ada balasan untuk kebaikan[11] selain kebaikan (pula)[12].

[11] Yakni tidak ada balasan bagi orang yang berbuat ihsan dalam beribadah kepada Allah dan berbuat ihsan dalam bergaul dengan manusia kecuali dibalas dengan kebaikan, berupa pahala yang besar, keberuntungan yang besar, kenikmatan yang kekal, dan kehidupan yang sentosa. Kedua surga yang tinggi yang terbuat dari emas ini diperuntukkan bagi orang-orang yang didekatkan dengan Allah Subhaanahu wa Ta’aala (Al Muqarrabiin).

[12] Dengan kenikmatan surga.

  1. Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?

.

Tafsir Jalalain

  1. (Mereka bersandarkan) menjadi Hal atau kata keterangan keadaan dari ‘Amilnya yang tidak disebutkan, yakni mereka bersenang-senang seraya bersandarkan (di atas permadani yang bagian dalamnya terbuat dari sutera) yaitu sutera yang tebal lagi kasar, sedangkan bagian luarnya yang diduduki terbuat dari sutera yang halus sekali. (Dan buah-buahan kedua surga itu) semua buah-buahannya (dapat dipetik dari dekat) artinya, dekat sekali letaknya sehingga mudah dipetik, baik oleh orang yang sedang berdiri maupun yang duduk dan yang sedang berbaring.
  2. (Maka manakah nikmat-nikmat Rabb kamu berdua yang kamu dustakan?)
  3. (Di dalam surga itu) maksudnya, dalam kedua surga itu dan pada gedung-gedung dan istana-istana yang ada di dalamnya (ada bidadari-bidadari yang selalu menundukkan pandangan matanya) artinya, pandangan mereka terbatas hanya kepada suami-suami mereka saja yang terdiri dari manusia dan jin (tidak pernah disentuh) mereka belum pernah digauli; mereka terdiri dari bidadari-bidadari atau wanita-wanita dunia yang masuk surga (oleh manusia sebelum mereka -penghuni-penghuni surge yang menjadi suami mereka dan tidak pula oleh jin).
  4. (Maka manakah nikmat-nikmat Rabb kamu berdua yang kamu dustakan?)
  5. (Seakan-akan bidadari-bidadari itu permata yaqut) dalam hal beningnya (dan marjan) maksudnya, putihnya bagaikan permata.
  6. (Maka manakah nikmat-nikmat Rabb kamu berdua yang kamu dustakan?)
  7. (Tidak ada) tiada (balasan kebaikan) atau ketaatan (kecuali kebaikan pula) atau kenikmatan.
  8. (Maka manakah nikmat-nikmat Rabb kamu berdua yang kamu dustakan?)

.

Tafsir Ibnu Katsir

Firman Allah Swt.:

Mereka bertelekan. (Ar-Rahman: 54)

Yakni penghuni surga. Yang dimaksud dengan ittika’ ialah duduk bersandar, pendapat yang lain menyebutkan duduk bersila.

di atas permadani yang sebelah dalamnya dari sutra. (Ar-Rahman: 54)

Istabraq adalah kain sutra yang tebal, menurut Ikrimah, Ad-Dahhak, dan Qatadah. Abu Imran Al-Juni mengatakan bahwa istabraq adalah kain sutra yang dihias dengan benang emas, di sini ditonjolkan kemuliaan bagian luarnya dengan menyebutkan kemuliaan bagian dalamnya. Dengan kata lain, dapat disebutkan bahwa bagian dalamnya saja sudah sedemikian mewah dan indahnya, terlebih lagi bagian luarnya.

Abu Ishaq telah meriwayatkan dari Hubairah ibnu Maryam, dari Abdullah ibnu Mas’ud yang mengatakan bahwa yang disebutkan adalah bagian dalamnya, maka terlebih lagi jika kalian melihat bagian luarnya.

Malik ibnu Dinar mengatakan bahwa bagian dalamnya terbuat dari kain sutra yang tebal, sedangkan bagian luarnya adalah dari cahaya.

Sufyan As-Sauri atau Syarik mengatakan bahwa bagian dalamnya dari kain sutra yang tebal, sedangkan bagian luarnya dari cahaya yang dibekukan.

Al-Qasim ibnu Muhammad telah mengatakan bahwa bagian dalamnya dari sutra yang tebal, sedangkan bagian luarnya dari rahmat.

Ibnu Syauzab telah meriwayatkan dari Abu Abdullah Asy-Syami, bahwa Allah Swt. menyebutkan bagian dalam permadani itu saja, tidak menyebutkan sifat bagian luarnya, karena bagian luarnya tertutup oleh penutup dan tidak ada yang mengetahuinya selain dari Allah Swt. Semua pendapat di atas diketengahkan oleh Ibnu Abu Hatim.

Dan buah-buahan kedua surga itu dapat (dipetik) dari dekat. (Ar-Rahman: 54)

Yakni buah-buahannya dekat kepada mereka (ahli surga), kapan pun dan dalam keadaan bagaimanapun bila mereka menghendakinya dapat memetiknya dengan mudah. Seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:

قُطُوفُهَا دَانِيَةٌ

Buah-buahannya dekat. (Al-Haqqah: 23)

Dan firman Allah Swt.:

وَدَانِيَةً عَلَيْهِمْ ظِلالُهَا وَذُلِّلَتْ قُطُوفُهَا تَذْلِيلا

Dan naungan (pohon-pohon surga itu) dekat di atas mereka dan buahnya dimudahkan memetiknya semudah-mudahnya. (Al-Insan: 14)

Yaitu tidak menolak dari orang yang mau memetiknya, bahkan dengan sendirinya buah itu turun sendiri kepadanya dengan tangkainya.

Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? (Ar-Rahman: 55)

Setelah menyebutkan tentang hamparan permadani ahli surga yang sangat besar itu, lalu disebutkan dalam firman selanjutnya:

Di dalam surga itu. (Ar-Rahman: 56)

Yakni di atas hamparan permadani itu.

ada bidadari-bidadari yang sopan menundukkan pandangannya. (Ar-Rahman: 56)

Yaitu selalu menundukkan pandangannya kepada selain suami mereka dan tidak ada sesuatu pun yang mereka lihat di dalam surga itu yang lebih menawan bagi mereka selain dari suami-suami mereka. Demikianlah menurut Ibnu Abbas, Qatadah, Ata Al-Khurrasani, dan Ibnu Zaid.

Menurut suatu riwayat, seseorang dari bidadari-bidadari itu berkata kepada suaminya, “Demi Allah, aku belum pernah melihat sesuatu pun yang lebih indah dan lebih tampan selain dari engkau, dan tiada sesuatu pun di dalam surga ini yang lebih kucintai selain dari engkau. Maka segala puji bagi Allah yang telah menjadikan dirimu untukku dan menjadikan diriku untukmu.”

tidak pernah disentuh oleh manusia sebelum mereka (penghuni-penghuni surga yang menjadi suami mereka) dan tidak pula oleh jin. (Ar-Rahman: 56)

Bahkan mereka tetap dalam keadaan perawan dan berusia muda setara dengan suami mereka. Tiada seorang pun yang menyentuh mereka sebelum suami mereka, baik dari kalangan manusia maupun jin.

Ayat ini merupakan suatu dalil yang menunjukkan bahwa jin yang mukmin masuk surga.

Artah ibnul Munzir mengatakan bahwa Damrah ibnu Habib pernah ditanya, “Apakah jin yang mukmin masuk surga?” Maka ia menjawab.”Ya, dan bahkan mereka kawin; bagi jin laki-laki ada istrinya dari jin perempuan, sebagaimana manusia laki-laki kawin dengan manusia perempuan.” Damrah ibnu Habib melanjutkan, bahwa demikian itu disebutkan oleh firman-Nya: tidak pernah disentuh oleh manusia sebelum mereka (penghuni-penghuni surga yang menjadi suami mereka) dan tidak pula oleh jin. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? (Ar-Rahman: 56-57)

Kemudian Allah Swt. menggambarkan ciri khas bidadari-bidadari itu kepada calon suami-suami mereka, melalui firman-Nya:

Seakan-akan bidadari itu permata yaqut dan marjan. (Ar-Rahman: 58)

Mujahid, Al-Hasan, dan Ibnu Zaid serta selain mereka mengatakan bahwa yang dimaksud ialah sejernih yaqut dan seputih marjan, dan yang dimaksud dengan marjan di sini adalah mutiara.

Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Hatim, telah menceritakan kepada kami Ubaid ibnu Humaid, dari Ata ibnus Sa’ib, dari Amr ibnu Maimun Al-Audi, dari Abdullah ibnu Mas’ud, dari Nabi ﷺ yang telah bersabda:

إِنَّ الْمَرْأَةَ مِنْ نِسَاءِ أَهْلِ الْجَنَّةِ ليُرى بَيَاضُ سَاقِهَا مِنْ وَرَاءِ سَبْعِينَ حُلَّةً مِنَ الْحَرِيرِ، حَتَّى يُرَى مُخُّهَا، وَذَلِكَ أَنَّ اللَّهَ تَعَالَى يَقُولُ: {كَأَنَّهُنَّ الْيَاقُوتُ وَالْمَرْجَانُ} ، فَأَمَّا الْيَاقُوتُ فَإِنَّهُ حَجَرٌ لَوْ أَدْخَلْتَ فِيهِ سِلْكًا ثُمَّ اسْتَصْفَيْتَهُ لَرَأَيْتَهُ مِنْ وَرَائِهِ

Sesungguhnya seorang wanita dari kalangan istri ahli surga benar-benar betisnya yang putih dapat terlihat dari balik tujuh puluh lapis pakaian sutra (yang dikenakannya), hingga tulang sumsumnya dapat terlihat. Yang demikian itu disebutkan di dalam firman-Nya: Seakan-akan bidadari itu permata yaqut dan marjan. (Ar-Rahman: 58) Yaqut adalah batu permata yang seandainya engkau masukkan ke dalamnya seutas benang dan engkau bersihkan batu permata itu, niscaya engkau dapat melihat benang itu.

Hal yang semisal telah diriwayatkan oleh Imam Turmuzi melalui hadis Ubaidah ibnu Humaid dan Abul Ahwas, dari Ata ibnus Sa-ib dengan sanad yang sama. Imam Turmuzi telah meriwayatkannya pula secara mauquf, kemudian ia mengatakan bahwa riwayat yang mauquf inilah yang paling sahih.

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Affan, telah menceritakan kepada kami Hammad ibnu Salamah, telah menceritakan kepada kami Anas, dari Muhammad ibnu Sirin, dari Abu Hurairah, dari Nabi ﷺ yang telah bersabda:

لِلرَّجُلِ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ زَوْجَتَانِ مِنَ الْحُورِ الْعِينِ، عَلَى كُلِّ وَاحِدَةٍ سَبْعُونَ حُلَّةً، يُرى مُخُّ سَاقِهَا مِنْ وَرَاءِ الثِّيَابِ

Bagi seorang lelaki ahli surga ada dua orang istri dari kalangan bidadari yang bermata jeli, yang masing-masing darinya mengenakan tujuh puluh perhiasan (pakaian); tulang sumsum betisnya kelihatan dari balik pakaian-pakaian (yang dikenakannya).

Imam Ahmad meriwayatkan hadis ini secara tunggal melalui jalur ini.

وَقَدْ رَوَاهُ مُسْلِمٌ مِنْ حَدِيثِ إِسْمَاعِيلَ بْنِ عُلَيَّة، عَنْ أَيُّوبَ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ سِيرِينَ قَالَ: إِمَّا تَفَاخَرُوا وَإِمَّا تَذَكَّرُوا، الرِّجَالُ أَكْثَرُ فِي الْجَنَّةِ أَمِ النِّسَاءُ؟ فَقَالَ أَبُو هُرَيْرَةَ: أو لم يَقُلْ أَبُو الْقَاسِمِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِنَّ أَوَّلَ زُمْرَةٍ تَدْخُلُ الْجَنَّةَ عَلَى صُورَةِ الْقَمَرِ لَيْلَةَ الْبَدْرِ، وَالَّتِي تَلِيهَا عَلَى أضْوَأ كَوْكَبٍ دُرّي فِي السَّمَاءِ، لِكُلِّ امْرِئٍ مِنْهُمْ زَوْجَتَانِ اثْنَتَانِ، يُرَى مُخُّ سُوقِهِمَا مِنْ وَرَاءِ اللَّحْمِ، وَمَا فِي الْجَنَّةِ أَعْزَبُ

Imam Muslim telah meriwayatkan melalui hadis Ismail ibnu Aliyyah, dari Ayyub, dari Muhammad Ibnu Sirin yang mengatakan bahwa barangkali mereka (para tabi’in) merasa berbangga diri atau saling mengingatkan, timbul pertanyaan dari mereka, “Kaum lelakikah yang paling banyak menghuni surga ataukah kaum wanita?” Maka Abu Hurairah r.a. menjawab, bahwa bukankah Abul Qasim (yakni Nabi Muhammad ﷺ) pernah bersabda: Sesungguhnya rombongan yang pertama masuk surga rupa mereka seperti rembulan di malam purnama, dan rombongan yang berikutnya seperti bintang yang bercahaya cemerlang di langit. Bagi masing-masing dari mereka ada dua orang istri, yang tulang sumsum betisnya dapat terlihat dari balik dagingnya, dan tidak ada seorang pun yang melajang di dalam surga.

Hadis ini diketengahkan di dalam kitab Sahihain melalui Hammam ibnu Munabbih dan Abu Zar’ah, dari Abu Hurairah r.a.

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abun Nadr, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnuTalhah, dari Humaid, dari Anas, bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda:

لَغَدْوَةٌ فِي سَبِيلِ اللَّهِ أَوْ رَوْحَةٌ خَيْرٌ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيهَا، وَلَقَابُ قَوْسِ أَحَدِكُمْ أَوْ مَوْضِعُ قَيْدِهِ يَعْنِي: سَوْطَهُ-مِنَ الْجَنَّةِ خَيْرٌ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيهَا، وَلَوِ اطَّلَعَتِ امْرَأَةٌ مِنْ نِسَاءِ أَهْلِ الْجَنَّةِ إِلَى الْأَرْضِ لَمَلَأَتْ مَا بَيْنَهُمَا رِيحًا، وَلَطَابَ مَا بَيْنَهُمَا، ولنَصِيفها عَلَى رَأْسِهَا خَيْرٌ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيهَا

Sesungguhnya berpagi hari atau berpetang hari di jalan Allah adalah lebih baik (pahalanya) daripada dunia dan seisinya. Dan sesungguhnya tempat sebesar busur panah seseorang di antara kalian atau tempat cemetinya di dalam surga adalah lebih baik daripada dunia dan seisinya. Dan sekiranya seorang wanita dari kalangan penghuni surga muncul di bumi ini, niscaya aromanya benar-benar akan memenuhi kawasan di antara keduanya (surga dan bumi), dan niscaya akan menjadi harumlah semua yang ada di antara keduanya. Dan sesungguhnya kain kerudung yang dikenakan di kepalanya jauh lebih baik daripada dunia dan seisinya.

Imam Bukhari meriwayatkan hadis ini melalui Abu Ishaq, dari Humaid, dari Anas dengan lafaz yang semisal.

Firman Allah Swt.:

Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan (pula). (Ar-Rahman: 60)

Yakni tiadalah balasan orang yang berbuat kebaikan di dunia, melainkan akan memperoleh kebaikan pula di akhiratnya. Seperti juga yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:

لِلَّذِينَ أَحْسَنُوا الْحُسْنَى وَزِيَادَةٌ

Bagi orang yang berbuat baik, ada pahala yang terbaik (surga) dan tambahannya. (Yunus: 26)

قَالَ الْبَغَوِيُّ: أَخْبَرَنَا أَبُو سَعِيدٍ الشَّريحِي، حَدَّثَنَا أبو إسحاق الثعلبي، أخبرني ابن فَنجُوَيه، حدثنا ابْنُ شَيْبَةَ، حَدَّثَنَا إِسْحَاقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ بْنِ بَهْرَام، حَدَّثَنَا الْحَجَّاجُ بْنُ يُوسُفَ المُكْتَب، حَدَّثَنَا بِشْر بْنُ الْحُسَيْنِ، عَنِ الزُّبَيْرِ بْنِ عَدِيّ، عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ: قَرَأَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: {هَلْ جَزَاءُ الإحْسَانِ إِلا الإحْسَانُ} ، قَالَ: هَلْ تَدْرُونَ مَا قَالَ رَبُّكُمْ؟ ” قَالُوا: اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ. قَالَ: يَقُولُ هَلْ جَزَاءُ مَا أَنْعَمْتُ عَلَيْهِ بِالتَّوْحِيدِ إِلَّا الْجَنَّةُ

Al-Bagawi mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Sa’id Asy-Syuraihi, telah menceritakan kepada kami Abu Ishaq As’-Sa’labi, telah menceritakan kepadaku Ibnu Fanjawih, telah menceritakan kepada kami Ibnu Syaibah, telah menceritakan kepada kami lshaq ibnu Ibrahim ibnu Bahram, telah menceritakan kepada kami Al-Hajjaj ibnu Yusuf Al-Maktab, telah menceritakan kepada kami Bisyr ibnul Husain, dari Az-Zubair ibnu Addi, dari Anas ibnir Malik yang mengatakan bahwa Rasulullah membaca firman-Nya: Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan (pula). (Ar-Rahman: 60) Lalu Rasulullah bersabda, “Tahukah kalian, apakah yang dikatakan oleh Tuhan kalian?” Mereka (para sahabat) menjawab, “Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui.” Maka beliau bersabda: Allah Swt. berfirman, “Tiadalah balasan bagi orang yang telah Kuberikan nikmat tauhid kepadanya selain dari surga.”

Mengingat hal yang telah disebutkan di atas merupakan nikmat-nikmat yang besar yang tidak sebanding dengan amal apa pun, bahkan itu merupakan kemurahan dan karunia dari-Nya belaka. Maka dalam firman berikutnya disebutkan:

Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? (Ar-Rahman: 61)

Dan hadis yang berkaitan dengan firman-Nya:

Dan bagi orang yang takut akan saat menghadap Tuhannya ada dua surga. (Ar-Rahman: 46)

ialah apa yang telah diriwayatkan oleh Imam Turmuzi dan Imam Bagawi melalui hadis Abun Nadr ibnu Hasyim ibnul Qasim, dari Abu Aqil As’-Saqafi, dari Abu Farwah alias Yazid ibnu Sinan Ar-Rahawi, dari Bakr ibnu Fairuz, dari Abu Hurairah r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda:

مَنْ خَافَ أَدْلَجَ، وَمَنْ أَدْلَجَ بَلَغَ الْمَنْزِلَ، أَلَا إِنَّ سِلْعَةَ اللَّهِ غَالِيَةٌ، أَلَا إِنَّ سِلْعَةَ اللَّهِ الْجَنَّةُ

Barang siapa yang takut (kepada Tuhannya), maka ia bangun di penghujung malamnya. Dan barang siapa yang (salat) di penghujung malamnya, maka ia akan sampai kepada kedudukan (yang terpuji). Ingatlah, bahwa dagangan Allah itu mahal. Ingatlah, dagangan Allah itu adalah surga.

Kemudian Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini garib, ia tidak mengenalnya kecuali melalui hadis Abun Nadr.

Al-Bagawi telah meriwayatkan melalui hadis Ali ibnu Hujr, dari Ismail ibnu Ja’far, dari Muhammad ibnu Abu Harmalah maula Huwaitib ibnu Abdul Uzza, dari Ata ibnu Yasar, dari Abu Darda, bahwa ia pernah mendengar Rasulullah ﷺ mengutarakan suatu kisah di atas mimbarnya dan membaca firman-Nya: Dan bagi orang yang takut saat akan menghadap Tuhannya ada dua surga. (Ar-Rahman: 46) Maka aku (Abu Darda) bertanya, “Sekalipun dia telah berzina dan mencuri, wahai Rasulullah?” Rasulullah ﷺ menjawab hanya dengan membaca firman-Nya: Dan bagi orang yang takut akan saat menghadap Tuhannya ada dua surga. (Ar-Rahman: 46) Aku bertanya lagi untuk kedua kalinya, “Wahai Rasulullah, apakah begitu sekalipun dia telah berzina dan mencuri?” Rasulullah ﷺ kembali membacakan firman-Nya: Dan bagi orang yang takut akan saat menghadap Tuhannya ada dua surga. (Ar-Rahman: 46) Maka aku bertanya untuk ketiga kalinya, “Wahai Rasulullah, apakah begitu sekalipun dia telah berzina dan mencuri?” Rasulullah ﷺ baru menjawab’: Sekalipun hidung Abu Darda terputus.

Hanya Allah Yang Maha mengetahui dan segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.

 

Exit mobile version