Beranda Mengenal Allah Mengimani Allah Bersemayam di Atas ‘Arsyi-Nya

Bersemayam di Atas ‘Arsyi-Nya

Tafsir Al-Qur’an: Surah Thaahaa ayat 4-5

0
ibadah haji
Ka'bah

Kajian Tafsir Surah Thaahaa ayat 4-5. Al-Qur’an sebagai sumber kebahagiaan bagi Rasulullah ﷺ dan umatnya semua, Allah Subhaanahu wa Ta’aala bersemayam di atas ‘Arsyi-Nya, kerajaan semuanya milik Allah Subhaanahu wa Ta’aala, dan bahwa Dia memiliki nama-nama yang paling indah. Allah Subhaanahu wa Ta’aala berfirman:

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

تَنْزِيلا مِمَّنْ خَلَقَ الأرْضَ وَالسَّمَاوَاتِ الْعُلا (٤) الرَّحْمَنُ عَلَى الْعَرْشِ اسْتَوَى (٥)

Diturunkan dari Allah yang menciptakan bumi dan langit yang tinggi, (yaitu) Yang Maha Pengasih, yang bersemayam di atas ‘Arsy. (Q.S. Thaahaa : 4-5)

.

Tafsir Ibnu Abbas

Taηzīlan (diturunkan), yakni Al-Qur’an itu adalah firman.

Mimman khalaqal ardla was samāwātil‘ulā (dari [Allah] yang menciptakan bumi dan langit yang tinggi), yakni yang meninggikan langit secara bersusun.

Ar-rahmānu ‘alal ‘arsyis-tawā ([Tuhan] Yang Maha Pengasih bersemayam di atas Arasy), yakni Dia menetap di atas Arasy. Menurut yang lain, memenuhi Arasy. Dan ada pula yang berpendapat bahwa kalimat ‘alal ‘arsyis-tawā termasuk ayat mutasyabih (ayat yang samar), sehingga tidak perlu ditafsirkan.


BACA JUGA Kajian Tafsir Al-Qur’an Juz Ke-16 untuk ayat lainnya

Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur’an

  1. [4]diturunkan dari Allah yang menciptakan bumi dan langit yang tinggi,

[4] Allah Subhaanahu wa Ta’aala menyebutkan keagungan Al-Qur’an, bahwa ia turun dari Pencipta langit dan bumi yang mengatur semua makhluk. Oleh karena itu, sudah seharusnya diterima, dicintai, dan diikuti serta dimuliakan dengan sebenar-benarnya.

  1. (yaitu) Yang Maha Pengasih, yang bersemayam di atas ‘Arsy[5].

[5] Bersemayam di atas ‘Arsy adalah salah satu sifat Allah yang wajib kita imani, sesuai dengan kebesaran Allah dan keagungan-Nya. ‘Arsy adalah makhluk yang paling tinggi, paling besar dan paling luas.

.

Tafsir Jalalain

  1. (Yaitu diturunkan) lafal Tanziilan ini menjadi Badal dari lafal Fi’il yang menashabkannya, yakni Nazzalahu Tanziilan (dari Allah yang menciptakan bumi dan langit yang tinggi). Lafal Al ‘Ula merupakan bentuk jamak dari kata ‘Ulyaa, keadaannya sama dengan lafal Kubraa dan Kubar.
  2. Yaitu (Tuhan Yang Maha Pemurah, yang di atas Arasy) lafal Arasy ini menurut pengertian bahasa diartikan singgasana raja (berkuasa) yakni bersemayam sesuai dengan keagungan dan kebesaran-Nya.

.

Tafsir Ibnu Katsir

Firman Allah Swt.:

yaitu diturunkan dari Allah yang menciptakan bumi dan langit yang tinggi. (Thaha: 4)

Al-Qur’an yang diturunkan kepadamu, hai Muhammad, adalah dari Tuhanmu, Tuhan segala sesuatu dan Yang Memilikinya serta Yang Maha Kuasa atas apa yang dikehendaki-Nya. Dialah yang menciptakan bumi yang datar lagi padat (tebal), dan Dialah yang menciptakan langit yang tinggi lagi lembut (tidak kelihatan)

Di dalam hadis yang dinilai sahih oleh Imam Turmuzi dan lain-lainnya disebutkan bahwa ketebalan setiap langit sama dengan jarak perjalanan lima ratus tahun. Dan antara permukaan suatu langit ke langit yang lainnya sama dengan jarak perjalanan lima ratus tahun.

Ibnu Abu Hatim dalam bab ini telah mengetengahkan Hadisul Au’lai melalui riwayat Al-Abbas, paman Rasulullah.

Firman Allah Swt.:

(Yaitu) Tuhan Yang Maha Pemurah Yang istiwa di atas ‘Arasy. (Thaha: 5)

Mengenai pembahasan makna istiwa telah disebutkan di dalam surat Al-A’raf, sehingga tidak perlu diulangi lagi dalam surat ini. Dan pemahaman yang lebih aman dalam mengartikan makna lafaz ini (yang menurut makna asalnya ialah bersemayam) adalah menurut pemahaman ulama Salaf, yaitu memberlakukan makna hal yang seperti ini dari KitabulIah maupun sunnah Rasul ﷺ dengan pengertian yang tidak dibarengi dengan penggambaran, tidak diselewengkan, tidak diserupakan, tidak dikurangi, tidak pula dimisalkan.

Hanya Allah Yang Maha mengetahui dan segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.

 

Exit mobile version