Beranda Mengenal Allah Kitabullah Allah Tidak Menurunkan Al-Qur’an Ini Agar Engkau Menjadi Susah

Allah Tidak Menurunkan Al-Qur’an Ini Agar Engkau Menjadi Susah

Tafsir Al-Qur’an: Surah Thaahaa

0
dalil
al-Qur'an

Kajian Tafsir Surah Thaahaa. Surah ke-20. 135 ayat. Makkiyyah kecuali ayat 20 dan 121 Madaniyyah. Turun sesudah Surah Maryam.  Ayat 1-2: Al-Qur’an sebagai sumber kebahagiaan bagi Rasulullah ﷺ dan umatnya semua, Allah tidak menurunkan Al-Qur’an ini agar engkau menjadi susah. Allah Subhaanahu wa Ta’aala berfirman:

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

طه (١) مَا أَنْزَلْنَا عَلَيْكَ الْقُرْآنَ لِتَشْقَى (٢) إِلا تَذْكِرَةً لِمَنْ يَخْشَى  (٣)

Thaahaa. Kami tidak menurunkan Al-Quran ini kepadamu (Muhammad) agar engkau menjadi susah. Melainkan sebagai peringatan bagi orang yang takut (kepada Allah), (Q.S. Thaahaa : 1-2)

.

Tafsir Ibnu Abbas

Thā hā.

Mā aηzalnā ‘alaikal qur-āna li tasyqā (tidaklah Kami menurunkan Al-Qur’an kepadamu untuk membuat kamu susah), yakni untuk membuat kamu kecapaian karena (melaksanakan isi) Al-Qur’an. Ayat ini diturunkan saat Nabi ﷺ sedemikian bersungguh-sungguh manjalankan shalat malam, sampai-sampai kedua kaki beliau bengkak. Kemudian Allah Ta‘ala memberi keringanan dengan ayat ini. Dia berfirman:

Thā hā, hai orang yang berbahasa Mekah ini, yakni hai Muhammad;

mā aηzalnā ‘alaikal qur-āna (tidaklah Kami tidak menurunkan Al-Qur’an kepadamu), yakni tidaklah Kami menurunkan Jibril membawa Al-Qur’an kepadamu.

Illā tadzkiratan (melainkan sebagai peringatan), yakni sebagai nasihat.

Li may yakh-syā (bagi orang-orang yang takut [kepada Allah]), yakni bagi orang-orang yang memeluk Islam. Dan bukan untuk membuat dirimu kesusahan.


BACA JUGA Kajian Tafsir Al-Qur’an Juz Ke-16 untuk ayat lainnya

Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur’an

1.Thaahaa[1].

[1] Thaha termasuk huruf-huruf potongan yang biasa berada di awal surah seperti alif lam mim, alim laam raa, dsb. namun bukan nama bagi Nabi ﷺ.

  1. Kami tidak menurunkan Al-Qur’an ini kepadamu (Muhammad) agar engkau menjadi susah[2];

[2] Maksud diturunkan Al-Qur’an dan ditetapkan syari’at bukanlah agar engkau kesusahan. Al-Qur’an dan syariat yang ditetapkan Yang Maha Pengasih adalah agar seseorang memperoleh kebahagiaan dan keberuntungan, Dia memudahkan semua jalan yang menuju ke arah sana dan menjadikannya makanan bagi ruh dan hati, yang jika berhadapan dengan fitrah yang masih selamat dan akal yang sehat niscaya akan menerima dan tunduk kepadanya karena kandungannya yang berisi kebaikan di dunia dan akhirat.

  1. Melainkan sebagai peringatan[3] bagi orang yang takut (kepada Allah),

[3] Yakni agar orang yang takut kepada Allah ingat dan sadar, di mana dengan mengingat targhib (dorongan) yang disebutkan di dalamnya ia dapat mencapai harapan yang utama, dan dengan mengingat tarhib (ancaman kerugian dan kesengsaraan) ia dapat menjauhinya, dan ia pun ingat hukum-hukum syar’i secara rinci yang sebelumnya tergambar secara garis besar di akalnya, lalu sesuailah hukum-hukum yang disebutkan secara rinci itu dengan apa yang diperolehnya dalam fitrah dan akalnya. Oleh karena itu, Allah menamai Al-Qur’an dengan tadzkirah (pengingat), di mana ia merupakan pengingat hal yang telah ada, hanyasaja kebanyakan manusia lalai darinya. Namun pengingat ini dikhususkan bagi orang-orang yang takut kepada Allah, karena selain mereka tidak dapat mengambil manfaat darinya, dan bagaimana mungkin orang yang tidak beriman kepada surga dan neraka dapat mengambil manfaat darinya, demikian pula orang yang di hatinya tidak ada rasa takut kepada Allah?

.

Tafsir Jalalain

  1. (Tha Ha) hanya Allah-lah yang mengetahui maksudnya
  2. (Kami tidak menurunkan Al-Qur’an ini kepadamu) hai Muhammad (agar kamu menjadi susah) supaya kamu letih dan payah disebabkan apa yang kamu kerjakan sesudah ia diturunkan, sehingga kamu harus berkepanjangan berdiri di dalam melakukan salat malam. Maksudnya berilah kesempatan istirahat bagi dirimu.
  3. (Tetapi) Kami turunkan Al-Qur’an ini (sebagai peringatan) melalui apa yang dikandungnya (bagi orang yang takut) kepada Allah.

.

Tafsir Ibnu Katsir

Pembahasan mengenai huruf-huruf hijaiyah yang terdapat pada permulaan surah-surah Al-Qur’an telah diterangkan di dalam permulaan tafsir surah Al-Baqarah. Jadi tidak perlu diulangi lagi dalam tafsir surah ini.

Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Al-Husain ibnu Muhammad ibnu Syaibah Al-Wasiti, telah menceritakan kepada kami Abu Ahmad Az-Zubairi, telah menceritakan kepada kami Israil, dari Salim Al-Aftas, dari Sa’id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa Thaha artinya ‘hai lelaki!’. Hal yang sama telah diriwayatkan dari Mujahid, Ikrimah, Sa’id ibnu Jubair, Ata, Muhammad ibnu Ka’b, Abu Malik, Atiyyah Al-Aufi, Al-Hasan, Qatadah, Ad-Dahhak, As-Saddi, dan Ibnu Abza. Mereka semua mengatakan bahwa Thaha artinya ‘hai lelaki!’.

Menurut riwayat yang lain dari Ibnu Abbas, Sa’id ibnu Jubair, dan As-Sauri, Thaha adalah suatu kalimat dengan bahasa Nabat yang artinya ‘hai lelaki’!.

Abu Saleh mengatakan bahwa Thaha adalah kalimat yang telah diarahkan dari bahasa lain.

Al-Qadi Iyad di dalam kitabnya Asy-Syifa telah meriwayatkan melalui jalur Abdu ibnu Humaid di dalam kitab tafsirnya, bahwa telah menceritakan kepada kami Hasyim ibnul Qasim. Dari Ibnu Ja’far, dari Ar-Rabi’ ibnu Anas yang mengatakan bahwa Nabi ﷺ apabila hendak salat beliau berdiri dengan satu kaki, sedangkan kaki lainnya diangkat. Maka Allah Swt. menurunkan firman-Nya: Thaha. (Thaha: 1) Yakni hai Muhammad, jejakkanlah kedua kakimu ke bumi. Kami tidak menurunkan Al-Qur’an ini kepadamu agar kamu menjadi susah. (Thaha: 2) Kemudian Al-Qadi Iyad mengatakan, “Tidak samar lagi bahwa sikap tersebut mengandung pengertian yang menunjukkan penghormatan dan etika yang baik.”

Firman Allah Swt.:

Kami tidak menurunkan Al-Qur’an ini kepadamu agar kamu menjadi susah. (Thaha: 2)

Juwaibir telah meriwayatkan dari Ad-Dahhak, bahwa ketika Allah Swt. menurunkan Al-Qur’an kepada Rasul-Nya, dan Rasul beserta para sahabatnya mengamalkannya, maka orang-orang musyrik berkata bahwa tidak sekali-kali Allah menurunkan Al-Qur’an ini kepada Muhammad melainkan agar dia menjadi susah. Maka Allah Swt. menurunkan firman-Nya: Thaha. Kami tidak menurunkan Al-Qur’an ini kepadamu agar kamu menjadi susah; tetapi sebagai peringatan bagi orang-orang yang takut (kepada Allah). (Thaha: 1-3)

Padahal duduk perkara yang sebenarnya tidaklah seperti apa yang didugakan oleh orang-orang yang tidak percaya kepada Al-Qur’an, bahkan barang siapa yang di beri ilmu oleh Allah, maka sesungguhnya Allah menghendaki baginya kebaikan yang banyak, dan ilmu itu adalah wahyu Al-Qur’an. Seperti yang telah disebutkan di dalam kitab Sahihain melalui Mu’awiyah, bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda.

مَنْ يُرد اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهُهُ فِي الدِّينِ

Barang siapa yang dikehendaki baik oleh Allah, maka Allah menjadikannya pandai dalam agama.

Alangkah baiknya hadis yang diriwayatkan oleh Al-Hafiz Abul Qasim At-Tabrani sehubungan dengan hal ini. Ia mengatakan:

حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ زُهَيْرٍ، حَدَّثَنَا الْعَلَاءُ بْنُ سَالِمٍ، حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ الطَّالَقَانِيُّ، حَدَّثَنَا ابْنُ الْمُبَارَكِ، عَنْ سُفْيَانَ، عَنْ سِمَاك بْنِ حَرْبٍ، عَنْ ثَعْلَبَةَ بْنِ الْحَكَمِ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وسلم: يقول اللَّهُ تَعَالَى لِلْعُلَمَاءِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِذَا قَعَدَ عَلَى كُرْسِيِّهِ لِقَضَاءِ عِبَادِهِ: إِنِّي لَمْ أَجْعَلْ عِلْمِي وَحِكْمَتِي فِيكُمْ إِلَّا وَأَنَا أُرِيدُ أَنْ أَغْفِرَ لَكُمْ عَلَى مَا كَانَ مِنْكُمْ، وَلَا أُبَالِي

telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Zuhair, telah menceritakan kepada kami Al-Ala ibnu Salim, telah menceritakan kepada kami Ibrahim At-Taliqani, telah menceritakan kepada kami Ibnul Mubarak, dari Sufyan, dari Sammak ibnu Harb, dari Sa’labah ibnul Hakam yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ telah bersabda: Allah Swt. berfirman kepada para ulama kelak di hari kiamat, yaitu bilamana Dia telah duduk di atas Kursi-Nya untuk menjalankan peradilan terhadap hamba-hamba-Nya, “Sesungguhnya Aku tidak sekali-kali menganugerahkan ilmu dan hikmah-Ku kepada kalian, melainkan dengan maksud Aku hendak memberikan ampunan kepada kalian terhadap semua (dosa) yang kalian lakukan tanpa peduli.”

Sanad hadis berpredikat jayyid (baik), dan Sa’labah ibnul Hakam yang disebutkan dalam sanad hadis adalah Al-Laisi, disebutkan dengan sebutan yang baik oleh Abu Amr di dalam kitab Isti’ab-nya. Ia mengatakan bahwa ia tinggal di Basrah, kemudian pindah ke Kufah; dan telah mengambil riwayat darinya Sammak ibnu Harb.

Mujahid telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Kami tidak menurunkan Al-Qur’an ini kepadamu agar kamu menjadi susah. (Thaha: 2) Ayat ini semakna dengan firman-Nya dalam ayat yang lain, yaitu:

فَاقْرَءُوا مَا تَيَسَّرَ مِنَ

karena itu bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al-Qur’an. (Al-Muzzammil: 20)

Tersebutlah bahwa sebelumnya mereka menggantungkan tali pada dada mereka dalam salatnya (agar jangan mengantuk).

Qatadah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Kami tidak menurunkan Al-Qur’an ini kepadamu agar kamu menjadi susah. (Thaha: 2) Tidak, demi Allah, Allah tidak menjadikan Al-Qur’an baginya sebagai kesusahan. Tetapi Allah menjadikannya sebagai rahmat, cahaya, dan petunjuk ke surga.

tetapi sebagai peringatan bagi orang yang takut (kepada Allah). (Thaha: 3)

Sesungguhnya Allah telah menurunkan Kitab (Al-Qur’an)-Nya dan mengutus Rasul-Nya sebagai rahmat buat hamba-hamba-Nya, agar orang ingat kepada-Nya, dan mengambil manfaat dari apa yang ia dengar dari Kitabullah. Al-Qur’an adalah peringatan yang diturunkan oleh Allah, di dalamnya disebutkan halal dan haram.

Hanya Allah Yang Maha mengetahui dan segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.

 

Exit mobile version