Anggota Badan Manusia Dapat Berbicara

Surah Fushshilat ayat 19-24

0
916

Kajian Tafsir: Surah Fushshilat ayat 19-24. Keadaan orang-orang kafir di akhirat dan berkuasanya Allah Subhaanahu wa Ta’aala dalam menjadikan anggota badan manusia dapat berbicara. Allah Subhaanahu wa Ta’aala berfirman:

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

وَيَوْمَ يُحْشَرُ أَعْدَاءُ اللَّهِ إِلَى النَّارِ فَهُمْ يُوزَعُونَ (١٩) حَتَّى إِذَا مَا جَاءُوهَا شَهِدَ عَلَيْهِمْ سَمْعُهُمْ وَأَبْصَارُهُمْ وَجُلُودُهُمْ بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ (٢٠) وَقَالُوا لِجُلُودِهِمْ لِمَ شَهِدْتُمْ عَلَيْنَا قَالُوا أَنْطَقَنَا اللَّهُ الَّذِي أَنْطَقَ كُلَّ شَيْءٍ وَهُوَ خَلَقَكُمْ أَوَّلَ مَرَّةٍ وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ (٢١)

Dan (ingatlah) pada hari (ketika) musuh-musuh Allah digiring ke neraka, lalu mereka dipisah-pisahkan. Sehingga apabila mereka sampai ke neraka, pendengaran, penglihatan dan kulit mereka menjadi saksi terhadap apa yang telah mereka lakukan. Dan mereka berkata kepada kulit mereka, “Mengapa kamu menjadi saksi terhadap kami?” (Kulit) mereka menjawab, “Yang menjadikan kami dapat berbicara adalah Allah, yang (juga) menjadikan segala sesuatu dapat berbicara, dan Dialah yang menciptakan kamu yang pertama kali dan hanya kepada-Nya kamu dikembalikan.” (Q.S. Fushshilat : 19-21)

.

Tafsir Ibnu Abbas

Wa yauma (dan [ingatlah] hari), yakni hari kiamat.

Yuhsyaru a‘dā-ullāhi ilan nāri (ketika musuh-musuh Allah digiring ke neraka). Mereka adalah Shafwan bin Umayyah, kedua menantunya: Rabi‘ah bin ‘Amr dan Hubaib bin ‘Amr, serta seluruh kaum kafirin.

Fa hum yūza‘ūn (kemudian mereka dikumpulkan), yakni dihimpun dari yang pertama hingga yang terakhir.

Hattā idzā mā jā-ūhā (hingga ketika mereka sampai di sana), yakni di dalam neraka.

Syahida ‘alaihim sam‘uhum (bersaksilah terhadap mereka pendengaran mereka) atas segala yang telah mereka dengar.

Wa abshāruhum (dan penglihatan mereka) atas segala yang telah mereka lihat.

Wa julūduhum (dan kulit-kulit mereka), yakni anggota-anggota tubuh mereka.

Bimā kānū ya‘malūn (perihal segala apa yang dahulu mereka lakukan) dalam kekafiran mereka.

Wa qālū li julūdihim (dan mereka berkata kepada kulit-kulit mereka), yakni kepada anggota-anggota tubuh mereka. Ada yang berpendapat, kepada farji mereka.

Li ma syahittum ‘alainā (“Mengapa engkau memberi kesaksian terhadap kami”) padahal kami telah membelamu dengan berdebat.

Qālū aηthaqanallāhu (kulit-kulit mereka menjawab, “Allah yang telah membuat kami bisa berbicara), yakni berkata.

Alladzī aηthaqa kulla syai-in (sebagaimana Dia telah menjadikan segala sesuatu bisa berkata-kata), yakni dari kelompok binatang pada hari ini.

Wa huwa khalaqakum (dan Dia telah menciptakan kalian), yakni telah membuat kalian bisa berbicara.

Awwala marratin (pada kali yang pertama), yakni ketika di dunia.

Wa ilaihi turja‘ūn (dan hanya kepada-Nya kalian akan dikembalikan) sesudah mati.


Link untuk Kajian Tafsir Al-Qur’an Juz Ke-24

Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur’an

  1. [22]Dan (ingatlah) pada hari (ketika) musuh-musuh Allah digiring ke neraka, lalu mereka dipisah-pisahkan[23].

[22] Allah Subhaanahu wa Ta’aala memberitahukan tentang musuh-musuh-Nya yang berani bersikap kufur kepada-Nya dan kepada ayat-ayat-Nya, mendustakan para rasul-Nya, memusuhi dan memerangi para rasul, dan memberitahukan keadaan mereka yang buruk saat dikumpulkan.

[23] Yakni para malaikat Zabaniyah mengumpulkan orang yang terdepan dari mereka kepada orang-orang yang di belakang, dan mereka digiring ke neraka dengan keras, mereka tidak sanggup menolaknya, tidak mampu menyelamatkan diri mereka dan lagi mereka tidak ditolong.

  1. Sehingga apabila mereka sampai ke neraka[24], pendengaran, penglihatan dan kulit mereka menjadi saksi terhadap apa yang telah mereka lakukan[25].

[24] Mereka hendak mengingkari apa yang yang telah mereka kerjakan selama di dunia.

[25] Yakni setiap anggota badannya memberikan kesaksian terhadap mereka. Setiap anggota akan berkata, “Saya pernah melakukan ini dan itu.” Disebutkan tiga anggota ini secara khusus karena kebanyakan dosa dilakukan olehnya atau karena sebabnya.

  1. [26]Dan mereka berkata kepada kulit mereka[27], “Mengapa kamu menjadi saksi terhadap kami[28]?” (Kulit) mereka menjawab, “Yang menjadikan kami dapat berbicara adalah Allah, yang (juga) menjadikan segala sesuatu dapat berbicara[29], dan Dialah yang menciptakan kamu yang pertama kali[30] dan hanya kepada-Nya kamu dikembalikan.”

[26] Ketika anggota badan mereka memberikan kesaksian, maka mereka mencelanya dengan berkata seperti yang disebutkan dalam ayat di atas.

[27] Syaikh As Sa’diy berkata, “Ini merupakan dalil bahwa persaksian dilakukan oleh setiap anggota badan sebagaimana yang telah kami sebutkan.”

[28] Yakni padahal kami membela kamu.

[29] Yakni kami tidak dapat menolak memberikan kesaksian ketika Dia menjadikan kami dapat berbicara, karena tidak ada yang dapat menolak kehendak-Nya.

[30] Oleh karena Dia yang menciptakan zat dan jasmani kamu, maka Dia pula yang menciptakan sifat untukmu, termasuk di antaranya berbicara.

.

Tafsir Jalalain

  1. (Dan) ingatlah (hari ketika digiring) dapat dibaca Yuhsyaru atau Nahsyuru (musuh-musuh Allah ke dalam neraka lalu mereka dikumpulkan semuanya) yakni digiring semuanya ke dalam neraka.
  2. (Sehingga apabila) huruf Maa di sini adalah Zaidah atau tambahan (mereka sampai ke neraka, pendengaran, penglihatan dan kulit mereka menjadi saksi terhadap mereka tentang apa yang telah mereka kerjakan.)
  3. (Dan mereka berkata kepada kulit mereka, “Mengapa kalian menjadi saksi terhadap kami?” Kulit mereka menjawab, “Allah yang menjadikan segala sesuatu pandai berkata telah menjadikan kami pandai berkata) yakni segala sesuatu yangdikehendaki-Nya dapat berbicara (dan Dialah Yang menciptakan kalian pada kali yang pertama dan hanya kepada-Nyalah kalian dikembalikan”) menurut suatu pendapat, dikatakan bahwa perkataan ini adalah perkataan kulit. Menurut pendapat yang lain, perkataan ini adalah firman Allah swt. sebagaimana hal yang telah diterangkan sebelumnya, dan hal ini mirip sekali dengannya, yaitu: Bahwasanya Tuhan Yang mampu menciptakan kalian pada kali yang pertama, lalu menghidupkan kalian kembali sesudah mati, Dia mampu pula untuk menjadikan kulit kalian dan anggota tubuh kalian lainnya untuk dapat berbicara.

.

Tafsir Ibnu Katsir

Firman Allah Swt.:

Dan (ingatlah) hari (ketika) musuh-musuh Allah digiring ke dalam neraka, lalu mereka dikumpulkan (semuanya). (Fushshilat: 19)

Maksudnya, ceritakanlah kepada orang-orang yang mempersekutukan Allah itu hari ketika mereka dikumpulkan di dalam neraka. Yakni Malaikat Zabaniyah (juru siksa) mengumpulkan mereka semuanya dari yang pertama hingga yang terakhir, seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:

وَنَسُوقُ الْمُجْرِمِينَ إِلَى جَهَنَّمَ وِرْدًا

dan Kami akan menghalau orang-orang yang durhaka ke neraka Jahanam dalam keadaan dahaga. (Maryam: 86)

Yakni mereka digiring ke neraka dalam keadaan kehausan yang sangat.

Firman Allah Swt.:

Sehingga apabila mereka sampai ke neraka. (Fushshilat: 20)

Yaitu mereka telah sampai ke neraka dan berdiri di pinggirnya.

pendengaran, penglihatan, dan kulit mereka menjadi saksi terhadap mereka tentang apa yang telah mereka kerjakan. (Fushshilat: 20)

Amal perbuatan yang telah mereka kerjakan di masa yang silam dan yang terkemudian, tiada sesuatu pun yang tersembunyi dari pengetahuan Allah Swt.

Dan mereka berkata kepada kulit mereka,, “Mengapa kamu menjadi saksi terhadap kami?” (Fushshilat: 21)

Mereka mencela anggota tubuh mereka dan kulit mereka sendiri karena semuanya bersaksi terhadap diri mereka. Maka pada saat itu semua anggota tubuh mereka menjawab:

Kulit mereka menjawab, “Allah yang menjadikan segala sesuatu pandai berkata telah menjadikan kami pandai (pula) berkata, dan Dialah yang menciptakan kamu pada yang pertama kali. (Fushshilat: 21)

Yakni Dia tidak dapat ditentang, tidak dapat dicegah, dan hanya kepada-Nyalah kalian dikembalikan.

قَالَ الْحَافِظُ أَبُو بَكْرٍ الْبَزَّارُ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ الرَّحِيمِ، حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ قَادِمٍ، حَدَّثَنَا شَرِيكٌ، عَنْ عُبَيْدٍ المُكْتَب، عَنِ الشَّعْبِيِّ، عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: ضَحِكَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَاتَ يَوْمٍ وَتَبَسَّمَ، فَقَالَ: أَلَا تَسْأَلُونِي عَنْ أَيِّ شَيْءٍ ضَحِكْتُ؟  قَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ مِنْ أَيِّ شَيْءٍ ضَحِكْتَ؟ قَالَ: عَجِبْتُ مِنْ مُجَادَلَةِ الْعَبْدِ رَبَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، يَقُولُ: أَيْ رَبِّي، أَلَيْسَ وَعَدْتَنِي أَلَّا تَظْلِمَنِي؟ قَالَ: بَلَى فَيَقُولُ: فَإِنِّي لَا أَقْبَلُ عَلَيَّ شَاهِدًا إِلَّا مِنْ نَفْسِي. فَيَقُولُ اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى: أَوَ لَيْسَ كَفَى بِي شَهِيدًا، وَبِالْمَلَائِكَةِ الْكِرَامِ الْكَاتِبِينَ؟! قَالَ: فَيُرَدِّدُ هَذَا الْكَلَامَ مِرَارًا. قَالَ: فَيُخْتَمُ عَلَى فِيهِ، وَتَتَكَلَّمُ أَرْكَانُهُ بِمَا كَانَ يَعْمَلُ، فَيَقُولُ: بُعْدًا لكُنَّ وسُحقا، عَنْكُنَّ كُنْتُ أُجَادِلُ

Al-Hafiz Abu Bakar Al-Bazzar mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Abdur Rahim, telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Qadim, telah menceritakan kepada kami Syarik, dari Ubaid Al-Maktab, dari Asy-Sya’bi, dari Anas ibnu Malik r.a. yang menceritakan bahwa pada suatu hari Rasulullah ﷺ kelihatan tertawa dan tersenyum, lalu beliau ﷺ bersabda, “Tidakkah kalian menanyakan kepadaku mengapa aku tertawa?” Mereka bertanya, “Wahai Rasulullah, mengapa engkau tertawa?” Maka Rasulullah ﷺ bersabda: Aku merasa heran dengan bantahan yang dilakukan oleh seseorang hamba terhadap Tuhannya di hari kiamat. Hamba itu berkata, “Ya Tuhanku, bukankah Engkau telah berjanji kepadaku bahwa Engkau tidak akan aniaya terhadap diriku?” Tuhan menjawab, “Benar.” Hamba itu berkata, “Sesungguhnya aku tidak mau menerima saksi terhadap diriku kecuali dari pihakku.” Maka Allah Swt. berkata, “Bukankah sudah cukup Aku sebagai Saksi (mu) dan para malaikat yang mulia juru tulis amal perbuatan?” Ini diulangi berkali-kali. Kemudian dikuncilah mulut si hamba itu dan berkatalah semua anggota tubuhnya, menceritakan apa yang telah diperbuatnya (selama di dunia). Maka si hamba itu berkata (kepada semua anggota tubuhnya), “Celaka dan siallah kalian semua, dahulu aku membelamu.”

Al-Bazzar dan Ibnu Abu Hatim meriwayatkan pula hadis ini melalui Abu Amir Al-Asadi, dari Ats-Tsauri, dari Ubaid Al-Maktab, dari Fudail ibnu Amr, dari Asy-Sya’bi.

Kemudian Ibnu Abu Hatim mengatakan bahwa ia belum pernah mengetahui ada perawi yang meriwayatkan hadis ini dari Anas selain Asy-Sya’bi. Imam Muslim dan Imam Nasai telah mengetengahkan hadis ini dari Abu Bakar ibnu Abun Nadr, dari Abun Nadr, dari Ubaidillah ibnu Abdur “Rahman Al-Asyja’i, dari Ats-Tsauri dengan sanad yang sama.

Kemudian Imam Nasai mengatakan bahwa ia tidak mengetahui ada seorang perawi meriwayatkan hadis ini dari Ats-Tsauri selain dari Al-Asyja’i, padahal kenyataannya tidaklah seperti apa yang dikatakannya, sebagaimana yang telah pembaca saksikan sendiri. Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.

Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Ibrahim, telah menceritakan kepada kami Ismail ibnu Aliyyah, dari Yunus ibnu Ubaid, dari Humaid ibnu Hilal yang mengatakan bahwa Abu Burdah telah menceritakan, “Abu Musa pernah mengatakan bahwa orang kafir dan orang munafik dipanggil untuk menjalani hisab (perhitungan amal perbuatan), lalu Allah Swt. memperlihatkan kepadanya semua amal perbuatan yang telah dikerjakannya (semasa di dunia). Kemudian ia mengingkarinya seraya berkilah, ‘Ya Tuhanku, demi Keagungan-Mu, sesungguhnya malaikat ini telah mencatat terhadapku hal-hal yang tidak pernah kulakukan.”

Malaikat pencatat amal perbuatan berkata kepadanya, ‘Bukankah kamu telah melakukan anu dan anu di hari anu dan di tempat anu?’ Ia menjawab, ‘Tidak, demi Keagungan-Mu, ya Tuhanku, aku tidak pernah melakukannya.’ Apabila si hamba itu berkata demikian, maka dikuncilah mulutnya (sehingga tidak dapat bicara, dan yang bicara adalah semua anggota tubuhnya).” Al-Asy’ari mengatakan, sesungguhnya ia menduga bahwa anggota tubuhnya yang mula-mula berbicara adalah paha kanannya.

قَالَ الْحَافِظُ أَبُو يَعْلَى: حَدَّثَنَا زُهَيْر حَدَّثَنَا حَسَنٌ، عَنِ ابْنِ لَهِيعة: قَالَ دَرّاج عَنْ أَبِي الْهَيْثَمِ عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: إِذَا كَانَ يَوْمُ الْقِيَامَةِ عُرّف الْكَافِرُ بِعَمَلِهِ، فَجَحَدَ وَخَاصَمَ، فَيُقَالُ: هَؤُلَاءِ جِيرَانُكَ، يَشْهَدُونَ عَلَيْكَ؟ فَيَقُولُ: كَذَبُوا. فَيَقُولُ: أَهْلُكَ [وَ] (4) عَشِيرَتُكَ؟ فَيَقُولُ: كَذَبُوا. فَيَقُولُ: احْلِفُوا فَيَحْلِفُونَ، ثُمَّ يُصمِتُهُمُ اللَّهُ وَتَشْهَدُ عَلَيْهِمْ أَلْسِنَتُهُمْ، وَيُدْخِلُهُمُ النَّارَ

Al-Hafiz Abu Ya’la mengatakan, telah menceritakan kepada kami Zuhair, telah menceritakan kepada kami Hasan, dari Ibnu Lahi’ah yang mengatakan bahwa Darij telah meriwayatkan dari Abul Lais, dari Abu Sa’id Al-Khudri r.a., dari Nabi ﷺ yang telah bersabda: Apabila hari kiamat tiba, kepada orang kafir ditampakkan amal perbuatannya, lalu ia mengingkarinya dan membantahnya. Lalu Allah berkata, “Mereka itu adalah para tetanggamu yang bersaksi terhadapmu.” Ia mengatakan, “Mereka dusta.”Lalu Allah berkata, “Mereka adalah keluarga dan kaum kerabatmu.” Ia menjawab, “Mereka dusta.” Allah berkata, “Bersumpahlah kamu, ” lalu mereka (orang-orang kafir) bersumpah, kemudian Allah Swt. membungkam mulut mereka dan bersaksilah terhadap mereka anggota-anggota tubuhnya, lalu Allah memasukkan mereka ke dalam neraka.

Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Ibrahim, telah menceritakan kepada kami Abdus Samad ibnu Abdul Waris yang mengatakan bahwa ayahnya pernah mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Zaid, dari Muslim ibnu Sabih Abud Duha, dari Ibnu Abbas r.a., bahwa ia berkata kepada Ibnul Azraq, “Sesungguhnya pada hari kiamat nanti akan dialami oleh semua manusia suatu saat yang dalam waktu itu mereka tidak dapat berpikir, tidak dapat beralasan, dan tidak dapat berbicara sebelum mereka diberi izin. Setelah diberi izin bagi mereka untuk bicara, maka mereka melakukan bantahan; orang yang mempersekutukan Allah mengingkari perbuatannya, lalu mereka bersumpah kepada-Nya sebagaimana mereka bersumpah kepada kalian. Maka pada saat mereka mengingkari perbuatannya, Allah membangkitkan saksi-saksi dari diri mereka sendiri (untuk bersaksi terhadap mereka), yaitu kulit mereka, mata mereka, tangan, dan kaki mereka, sedangkan mulut mereka dikunci. Setelah itu dibukalah mulut mereka, maka mulut mereka membantah anggota tubuh lainnya, dan anggota tubuh lainnya berkata kepada mereka, seperti yang disebutkan oleh firman-Nya: ‘Allah yang telah menjadikan segala sesuatu pandai bicara telah menjadikan kami pandai (pula) berkata, dan Dialah yang menciptakan kamu pada yang pertama kali dan hanya kepada-Nyalah kamu dikembalikan.’ (Fushshilat: 21) Maka lisan mereka pun mengakui perbuatannya yang pada sebelumnya mengingkarinya.”

Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Abdah ibnu Sulaiman, telah menceritakan kepada kami Ibnul Mubarak, telah menceritakan kepada kami Safwan ibnu Amr, dari Abdur Rahman ibnu Jubair Al-Hadrami, dari Rafi’ Abul Hasan yang menceritakan tentang seseorang yang mengingkari amal perbuatannya. Ia mengatakan bahwa lalu Allah Swt. berisyarat kepada mulut lelaki itu, maka dengan serta merta mulutnya bungkam karena lidahnya membesar sehingga memenuhi rongga mulutnya, maka ia tidak dapat mengucapkan sepatah kata pun. Kemudian Allah Swt. berkata kepada anggota tubuh lain lelaki itu, “Berbicaralah dan bersaksilah terhadapnya!” Maka bersaksilah terhadapnya pendengarannya, penglihatannya, kulitnya, kemaluannya, kedua tangan dan kedua kakinya, menceritakan segala sesuatu yang telah dilakukannya (sewaktu di dunia).

Dalam pembahasan terdahulu telah disebutkan banyak hadis dan atsar mengenai masalah ini, yaitu dalam tafsir firman-Nya:

الْيَوْمَ نَخْتِمُ عَلَى أَفْوَاهِهِمْ وَتُكَلِّمُنَا أَيْدِيهِمْ وَتَشْهَدُ أَرْجُلُهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ

Pada hari ini Kami tutup mulut mereka; dan berkatalah kepada Kami tangan mereka dan memberi kesaksianlah kaki mereka terhadap apa yang dahulu mereka usahakan. (Yasin: 65)

sehingga tidak perlu lagi diulangi di sini.

قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ -رَحِمَهُ اللَّهُ-: حَدَّثَنَا أَبِي، حَدَّثَنَا سُوَيْدُ بْنُ سَعِيدٍ، حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ سُلَيم الطَّائِفِيُّ، عَنِ ابْنِ خُثَيْم، عَنْ أَبِي الزُّبَيْرِ ، عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ: لَمَّا رَجَعْتُ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مُهَاجِرَةُ الْبَحْرِ قَالَ: أَلَا تُحَدِّثُونَ بِأَعَاجِيبِ مَا رَأَيْتُمْ بِأَرْضِ الْحَبَشَةِ؟  فَقَالَ فِتْيَةٌ مِنْهُمْ: بَلَى يَا رَسُولَ اللَّهِ، بَيْنَا نَحْنُ جُلُوسٌ إِذْ مَرَّتْ عَلَيْنَا عَجُوزٌ مِنْ عَجَائِزِ رَهَابِينِهِمْ، تَحْمِلُ عَلَى رَأْسِهَا قُلَّةً مِنْ مَاءٍ، فَمَرَّتْ بِفَتًى مِنْهُمْ فَجَعَلَ إِحْدَى يَدَيْهِ بَيْنَ كَتِفَيْهَا، ثُمَّ دَفَعَهَا فَخَرَّتْ عَلَى رُكْبَتَيْهَا، فَانْكَسَرَتْ قُلَّتُهَا. فَلَمَّا ارْتَفَعَتِ الْتَفَتَتْ إِلَيْهِ فَقَالَتْ: سَوْفَ تَعْلَمُ يَا غُدَر، إِذَا وَضَعَ اللَّهُ الْكُرْسِيَّ، وَجَمَعَ الْأَوَّلِينَ وَالْآخِرِينَ، وَتَكَلَّمَتِ الْأَيْدِي وَالْأَرْجُلُ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ، فَسَوْفَ تَعْلَمُ كَيْفَ أَمْرِي وَأَمْرُكَ عِنْدَهُ غَدًا؟ قَالَ: يَقُولُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: صَدَقَتْ [وَ] صَدَقَتْ، كَيْفَ يُقدس اللَّهُ قَوْمًا لَا يُؤْخَذُ لِضَعِيفِهِمْ مِنْ شَدِيدِهِمْ؟

Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Suwaid ibnu Sa’id, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Salim At-Ta’ifi, dari Abu Khaisam, dari Abuz Zubair, dari Jabir ibnu Abdullah r.a. yang menceritakan bahwa ketika kami kembali bergabung dengan Rasulullah ﷺ seusai hijrah kami dari negeri seberang laut, maka beliau ﷺ bersabda, “Tidakkah kalian ceritakan kepadaku keajaiban-keajaiban yang pernah kalian lihat semasa di negeri Habsyah?” Lalu ada seorang pemuda dari kalangan mereka menjawab, “Baiklah, wahai Rasulullah. Ketika kami sedang duduk, tiba-tiba berlalulah pada kami seorang nenek-nenek dari kalangan para rahib mereka, yang di atas kepalanya terdapat sekulah air yang dibawanya. Kemudian nenek-nenek itu bersua dengan seorang pemuda dari kalangan mereka, lalu pemuda itu mendorong nenek tersebut dari belakang sehingga nenek itu jatuh terjerembab ke depan di atas lututnya, dan pecahlah guci yang dibawanya. Setelah ia berdiri tegak, lalu ia menoleh ke belakang ke arah pemuda itu seraya berkata, ‘Hai pengkhianat, engkau kelak akan mengetahui, bila Allah meletakkan Kursi dan menghimpun orang-orang yang terdahulu dan orang-orang yang terkemudian; pada hari itu tangan dan kaki berbicara menceritakan apa yang dilakukan oleh mereka, kamu akan mengetahui bagaimanakah urusan diriku dan dirimu kelak di hadapan (peradilan)Nya’.” Maka Rasulullah ﷺ bersabda: Dia benar dia (nenek-nenek itu) benar, Allah tidak akan menyucikan suatu kaum yang tidak membela orang lemah mereka dari kekejaman orang kuat mereka.

Hadis ini garib bila dipandang dari segi jalur periwayatannya.

Ibnu Abud Dunia telah meriwayatkan hadis ini di dalam Kitabul Ahwal, bahwa telah menceritakan kepada kami Ishaq ibnu Ibrahim, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Salim dengan sanad yang sama.

Wallahu a’lam dan segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.

 

Artikel SebelumnyaTidak Dapat Bersembunyi dari Kesaksian
Artikel SelanjutnyaMereka Disambar Petir