Allah Mengingkari Malaikat dengan Nama Perempuan

Tafsir Al-Qur’an: Surah An-Najm ayat 24-30

0
910

Kajian Tafsir: Surah An-Najm ayat 24-30 Allah Subhaanahu wa Ta’aala mengingkari orang-orang musyrik karena mereka menamakan para malaikat dengan nama perempuan dan menganggap para malaikat itu adalah anak-anak perempuan Allah, padahal Maha Tinggi Allah Subhaanahu wa Ta’aala dari hal tersebut. Hal yang semakna disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

إِنَّ الَّذِينَ لا يُؤْمِنُونَ بِالآخِرَةِ لَيُسَمُّونَ الْمَلائِكَةَ تَسْمِيَةَ الأنْثَى (٢٧) وَمَا لَهُمْ بِهِ مِنْ عِلْمٍ إِنْ يَتَّبِعُونَ إِلا الظَّنَّ وَإِنَّ الظَّنَّ لا يُغْنِي مِنَ الْحَقِّ شَيْئًا (٢٨) فَأَعْرِضْ عَنْ مَنْ تَوَلَّى عَنْ ذِكْرِنَا وَلَمْ يُرِدْ إِلا الْحَيَاةَ الدُّنْيَا (٢٩) ذَلِكَ مَبْلَغُهُمْ مِنَ الْعِلْمِ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِمَنِ اهْتَدَى (٣٠)

Sesungguhnya orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat, sungguh mereka menamakan para malaikat dengan nama perempuan. Dan mereka tidak mempunyai ilmu tentang itu. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti dugaan, dan sesungguhnya dugaan itu tidak berfaedah sedikit pun terhadap kebenaran. Maka tinggalkanlah (Muhammad) orang yang berpaling dari peringatan Kami (Al-Qur’an), dan dia hanya mengingini kehidupan dunia. Itulah kadar ilmu mereka. Sungguh, Tuhanmu, Dia lebih mengetahui siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dia pula yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk. (Q.S. An-Najm : 27-30)

.

Tafsir Ibnu Abbas

Innal ladzīna lā yu’minūna bi ākhirati (sesungguhnya orang-orang yang tidak beriman kepada akhirat), yakni kepada kebangkitan sesudah mati. Mereka adalah orang-orang kafir Mekah.

La yusammūnal malā-ikata tasmiyatal uηtsā (benar-benar menamakan malaikat-malaikat itu dengan nama perempuan), yakni mereka menganggap malaikat-malaikat sebagai anak-anak perempuan Allah Ta‘ala.

Wa mā lahum bihī (dan mereka tidak mempunyai tentang itu), yakni tentang apa yang mereka katakan.

Min ‘ilm (suatu pengetahuan), yakni suatu hujah dan penjelasan.

Iy yattabi‘ūna illazh zhanna (mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan), yakni mereka hanyalah mengatakan sangkaan, tanpa keyakinan. Mereka hanya mengada-ada.

Wa innazh zhanna (dan sesungguhnya persangkaan itu), yakni sesungguhnya ibadah dan perkataan yang berdasar persangkaan.

Lā yughnī minal haqqi (tidak berguna terhadap kebenaran), yakni terhadap azab Allah Ta‘ala.

Syai-ā (barang sedikit pun).

Fa a‘ridl (maka berpalinglah), yakni palingkanlah wajahmu, hai Muhammad!

‘Ammaη tawallā ‘aη dzikrinā (dari orang yang berpaling dari peringatan Kami), yakni dari tauhid dan Kitab Kami.

Wa lam yurid (dan tidak menginginkan) dengan amalnya.

Illal hayātad dun-yā (kecuali kehidupan duniawi), yakni kecuali segala yang ada dalam kehidupan dunia. Mereka adalah Abu Jahl dan kawan-kawannya.

Dzālika mablaghuhum minal ‘ilm (itulah sejauh-jauh pengetahuan mereka), yakni itulah batas pengetahuan, akal, dan pikiran mereka ketika mereka mengatakan bahwa para malakat dan berhala-berhala adalah anak-anak perempuan Allah Ta‘ala, dan bahwasanya akhirat tidak akan terjadi.

Inna rabbaka (sesungguhnya Rabb-mu), hai Muhammad!

Huwa a‘lamu bi maη dlalla ‘aη sabīlihī (Dia-lah yang paling mengetahui siapa yang tersesat dari Jalan-Nya), yakni dari agama-Nya. Mereka adalah Abu Jahl dan kawan-kawannya.

Wa huwa a‘lamu bi manihtadā (dan Dia juga paling mengetahui siapa yang mendapat petunjuk) pada agama-Nya, yaitu Abu Bakr.


Di sini Link untuk Kajian Tafsir Juz ke-27

Hidayatul Insan bi tafsiril Qur’an

  1. [11]Sesungguhnya orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat, sungguh mereka menamakan para malaikat dengan nama perempuan.

[11] Orang-orang yang menyekutukan Allah lagi mendustakan Rasul-Nya yang tidak beriman kepada akhirat, karena mereka tidak beriman kepada akhirat, maka mereka berani melakukan tindakan yang menentang Allah dan Rasul-Nya baik yang berupa ucapan maupun yang berupa perbuatan. Yang berupa ucapan seperti mengatakan bahwa para malaikat adalah puteri Allah, subhaanallah. Mereka tidak membersihkan Allah dari sifat melahirkan dan tidak memuliakan para malaikat sehingga menamai mereka dengan anak-anak perempuan, padahal mereka tidak memiliki ilmu baik berasal dari Allah maupun dari Rasul-Nya, dan tidak pula didukung oleh fitrah dan akal. Bahkan ilmu malah menunjukkan sebaliknya, yaitu bahwa Allah Subhaanahu wa Ta’aala tidak beranak dan tidak pula diperanakkan, dan bagaimana Dia mempunyai anak sedangkan Dia tidak mempunyai istri, bahkan Dia Maha Esa, Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu, Dia tidak beranak dan tidak pula diperanakkan dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia. Sedangkan para malaikat-Nya, mereka adalah makhluk-Nya yang mulia yang didekatkan dengan Allah yang selalu menjalankan perintah-Nya dan tidak mendurhakai-Nya. Oleh karena itu, tidak ada yang dijadikan dasar oleh orang-orang musyrik dalam ucapan dan tindakan mereka selain mengikuti dugaan dan sangkaan yang tidak membuahkan sedikit pun kebenaran, karena kebenaran harus ada keyakinan dan hal itu hanya dapat dihasilkan dari dalil-dalil yang qath’i (pasti) dan bukti-bukti yang jelas.

  1. Dan mereka tidak mempunyai ilmu tentang itu. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti dugaan, dan sesungguhnya dugaan itu tidak berfaedah sedikit pun terhadap kebenaran.
  2. [12]Maka tinggalkanlah (Muhammad) orang yang berpaling dari peringatan Kami (Al Qur’an), dan dia hanya mengingini kehidupan dunia.

[12] Sebagaimana yang disebutkan di atas seperti itulah kebiasaan mereka, yakni tidak ada tujuan mereka untuk mengikuti kebenaran, bahkan tujuan mereka hanyalah mengikuti apa yang diingini keinginan mereka, maka Allah Subhaanahu wa Ta’aala memerintahkan Rasul-Nya untuk berpaling dari orang-orang yang berpaling dari peringatan-Nya; peringatan yang merupakan peringatan yang bijaksana, Al-Qur’anul ‘Azhiim dan berita yang mulia. Mereka berpaling dari ilmu yang bermanfaat dan tidak menginginkan selain kehidupan dunia. Inilah kadar atau batas ilmu dan keinginan mereka. Sudah menjadi maklum, bahwa seseorang tidaklah mengerjakan selain yang dia inginkan. Oleh karena yang diinginkan hanyalah kehidupan dunia, maka usaha mereka hanya terbatas pada kehidupan dunia, kenikmatan dan kesenangannya.

  1. Itulah kadar ilmu mereka[13]. Sungguh, Tuhanmu, Dia lebih mengetahui siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dia pula yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk[14].

[13] Yakni inilah batas ilmu dan tujuan mereka, sehingga mereka lebih mengutamakan dunia daripada akhirat. Adapun orang-orang yang beriman kepada akhirat, maka harapan mereka tertuju kepada akhirat, ilmu mereka adalah ilmu yang paling utama dan paling mulia, yaitu ilmu yang diambil dari Kitabullah dan sunnah Rasul-Nya ﷺ, dan Allah Subhaanahu wa Ta’aala mengetahui siapa yang berhak memperoleh hidayah sehingga diberi-Nya hidayah dengan orang yang tidak berhak mendapatkannya sehingga Allah Subhaanahu wa Ta’aala serahkan kepada dirinya sendiri dan menelantarkannya, maka jadilah ia sebagai orang yang tersesat dari jalan Allah. Oleh karena itulah, Allah Subhaanahu wa Ta’aala berfirman, “Sungguh, Tuhanmu, Dia lebih mengetahui siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dia pula yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk.”

[14] Maka Dia meletakkan karunia-Nya ke tempat yang Dia ketahui bahwa ia layak memperolehnya.

.

Tafsir Jalalain

  1. (Sesungguhnya orang-orang yang tiada beriman kepada kehidupan akhirat, mereka benar-benar menamakan malaikat itu dengan nama perempuan) karena mereka telah mengatakan, bahwa para malaikat itu adalah anak-anak perempuan Allah.
  2. (Dan mereka tidak mendasari perkataan mereka itu) ucapan mereka itu tidak didasari (dengan sesuatu pengetahuan pun tentangnya. Tiada lain) mereka hanya mengikuti) dalam hal tersebut (prasangka) yang mereka khayalkan (sedangkan sesungguhnya prasangka itu tiada berfaedah sedikit pun terhadap kebenaran) maksudnya, tiada sedikit pun pengetahuan yang bermanfaat dalam prasangka itu di dalam menelaah hal-hal yang dituntut adanya pengetahuan.
  3. (Maka berpalinglah dari orang yang berpaling dari peringatan Kami) orang yang berpaling dari Alquran (dan tidak mengingini kecuali kehidupan duniawi) ayat ini diturunkan sebelum ada perintah berjihad dari Allah.
  4. (Yang demikian itu) yakni mencari keduniaan (adalah sejauh-jauh pengetahuan mereka) artinya, tujuan pengetahuan mereka ialah memilih keduniawian daripada akhirat. (Sesungguhnya Rabbmu, Dia-lah yang paling mengetahui siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dia pulalah yang paling mengetahui siapa yang mendapat petunjuk) atau Dia mengetahui siapa yang mendapat petunjuk dan siapa yang tersesat, kelak Dia akan memberikan balasan-Nya kepada masing-masing.

.

Tafsir Ibnu Katsir

Allah Swt. berfirman, mengingkari orang-orang musyrik karena mereka menamakan para malaikat dengan nama perempuan dan menganggap para malaikat itu adalah anak-anak perempuan Allah, padahal Maha Tinggi Allah Swt. dari hal tersebut. Hal yang semakna disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:

وَجَعَلُوا الْمَلائِكَةَ الَّذِينَ هُمْ عِبَادُ الرَّحْمَنِ إِنَاثًا أَشَهِدُوا خَلْقَهُمْ سَتُكْتَبُ شَهَادَتُهُمْ وَيُسْأَلُونَ

Dan mereka menjadikan malaikat-malaikat yang mereka itu adalah hamba-hamba Allah Yang Maha Pemurah sebagai orang-orang perempuan. Apakah mereka menyaksikan penciptaan malaikat-malaikat itu? Kelak akan dituliskan persaksian mereka dan mereka akan dimintai pertanggungjawaban. (Az-Zukhruf: 19)

Karena itulah maka dalam surat ini disebutkan oleh firman-Nya:

Dan mereka tidak mempunyai sesuatu pengetahuan pun. (An-Najm: 28)

Yakni mereka tidak mempunyai suatu pengetahuan pun untuk membenarkan apa yang mereka katakan (bahwa para malaikat itu adalah anak-anak perempuan Allah), bahkan ucapan itu dusta, buat-buatan, palsu, dan kekufuran yang sengit.

Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan, sedangkan sesungguhnya persangkaan itu tiada berfaedah sedikit pun terhadap kebenaran. (An-Najm: 28)

Yaitu tidak memberi manfaat sedikit pun dan tidak pula berdiri pada pihak yang benar. Di dalam kitab sahih disebutkan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda:

إِيَّاكُمْ وَالظَّنَّ، فَإِنَّ الظَّنَّ أَكْذَبُ الْحَدِيثِ

Jangan sekali-kali kamu mempunyai buruk prasangka, karena sesungguhnya buruk prasangka itu merupakan pembicaraan yang paling dusta.

Adapun firman Allah Swt.:

Maka berpalinglah (hai Muhammad) dari orang yang berpaling dari peringatan Kami. (An-Najm: 29)

Maksudnya, berpalinglah dari orang yang berpaling dari kebenaran, dan tinggalkanlah dia.

Firman Allah Swt.:

dan tidak mengingini kecuali kehidupan duniawi. (An-Najm: 29)

Yakni sesungguhnya hal yang terpenting baginya dan batas jangkauan pengetahuannya hanyalah masalah duniawi saja. Dan hal tersebut merupakan tujuan yang tiada kebaikan padanya. Untuk itulah maka disebutkan dalam firman berikutnya:

Itulah sejauh-jauh pengetahuan mereka. (An-Najm: 30)

Yaitu mencari keuntungan duniawi dan memburunya yang merupakan akhir dari tujuannya.

Imam Ahmad telah meriwayatkan melalui Ummul Mu’minin Aisyah r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda:

الدُّنْيَا دَارُ مَنْ لَا دَارَ لَهُ، وَمَالُ مَنْ لَا مَالَ لَهُ، وَلَهَا يَجْمَعُ مَنْ لَا عَقْلَ لَهُ

Dunia ini adalah negeri orang yang tidak mempunyai negeri, dan harta bagi orang yang tidak mempunyai harta, dan hanya orang yang tidak berakallah yang menghimpun harta untuk kehidupan duniawi.

Di dalam doa yang masur telah disebutkan:

اللَّهُمَّ لَا تَجْعَلِ الدُّنْيَا أَكْبَرَ هَمِّنَا، وَلَا مَبْلَغَ عِلْمِنَا

Ya Allah, janganlah Engkau jadikan perhatian kami yang paling utama hanya tertuju kepada duniawi, janganlah pula sebagai batas yang terjauh dari pengetahuan kami.

Firman Allah Swt.:

Sesungguhnya Rabbmu, Dialah yang paling mengetahui siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dia pulalah yang paling mengetahui siapa yang mendapat petunjuk. (An-Najm: 30)

Yakni Dialah Yang menciptakan semua makhluk dan alam semesta ini dan Yang mengetahui semua kemaslahatan hamba-hamba-Nya. Dan Dialah Yang memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan Yang menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya. Semuanya itu berkat kekuasaan-Nya, pengetahuan-Nya, dan kebijaksanaan-Nya; Dia adalah Tuhan Yang Maha Adil yang tidak pernah zalim selama-lamanya dalam syariat-Nya dan juga dalam takdir yang ditetapkan-Nya.

Wallahu a’lam dan segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.

 

Artikel SebelumnyaMemberi Balasan Sesuai Apa yang Dikerjakan
Artikel SelanjutnyaMemiliki Banyak Cita-cita dan Tertipu Olehnya