Al-Qur’an Itu Diturunkan oleh Allah

Tafsir Al-Qur’an: Surah Al-Furqaan ayat 4-6

0
609

Kajian Tafsir Surah Al-Furqaan ayat 4-6. Bantahan terhadap pendustaan orang-orang kafir kepada Al-Qur’an serta tuduhan dusta mereka bahwa Nabi Muhammad ﷺ yang mengada-adanya. Penegasan bahwa Al-Qur’an itu diturunkan oleh Allah yang mengetahui rahasia di langit dan di bumi. Allah Subhaanahu wa Ta’aala berfirman:

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

وَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا إِنْ هَذَا إِلا إِفْكٌ افْتَرَاهُ وَأَعَانَهُ عَلَيْهِ قَوْمٌ آخَرُونَ فَقَدْ جَاءُوا ظُلْمًا وَزُورًا (٤) وَقَالُوا أَسَاطِيرُ الأوَّلِينَ اكْتَتَبَهَا فَهِيَ تُمْلَى عَلَيْهِ بُكْرَةً وَأَصِيلا (٥) قُلْ أَنْزَلَهُ الَّذِي يَعْلَمُ السِّرَّ فِي السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ إِنَّهُ كَانَ غَفُورًا رَحِيمًا (٦)

Dan orang-orang kafir berkata, “( Al-Qur’an) ini tidak lain hanyalah kebohongan yang diada-adakan oleh dia (Muhammad), dibantu oleh orang-orang lain. Sungguh, mereka telah berbuat zalim dan dusta yang besar. Dan mereka berkata, “(Itu hanya) dongeng-dongeng orang-orang terdahulu, yang diminta agar dituliskan, lalu dibacakanlah dongeng itu kepadanya setiap pagi dan petang.” Katakanlah (Muhammad), “(Al-Qur’an) itu diturunkan oleh (Allah) yang mengetahui rahasia di langit dan di bumi. Sungguh, Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Q.S. Al-Furqaan : 4-6)

.

Tafsir Ibnu Abbas

Wa qālal ladzīna kafarū (dan orang-orang kafir berkata), yakni orang-orang kafir Mekah.

In hādzā (“Ini tidak lain), yakni Al-Qur’an ini tidak lain.

Illā ifku (kecuali kebohongan).

Iftarāhu (yang diada-adakan olehnya), yakni dibuat-buat oleh Muhammad ﷺ sesuai dengan keinginannya.

Wa a‘ānahū ‘alaihi (dan untuk itu dia dibantu), yakni untuk melakukannya.

Qaumun ākharūna (oleh kaum yang lain), yaitu Jabr, Yasar, dan Abu Fukaihah ar-Rumi.

Fa qad jā-ū zhulman (maka sesungguhnya mereka telah melakukan suatu kezaliman), yakni suatu kemusyrikan.

Wa zūrā (dan kebohongan”).

Wa qālū (dan mereka berkata), yakni an-Nadlar dan kawan-kawannya.

Asāthīrul awwalīna (“[Ini adalah] dongengan-dongengan orang-orang terdahulu), yakni Al-Qur’an ini berisi cerita-cerita dan kebohongan orang-orang terdahulu yang hidup pada masanya.

Iktatabahā (dia meminta supaya disalinkan), yakni Muhammad ﷺ meminta Jabr dan Yasar agar membacakannya.

Fa hiya tumlā ‘alaihi (lalu dongengan-dongengan itu dibacakan kepadanya), yakni dibacakan kepada Muhammad ﷺ.

Bukrataw wa ashīlā (setiap pagi dan petang”).

Qul (katakanlah) kepada mereka, hai Muhammad ﷺ!

Aηzalahū (“Al-Qur’an diturunkan), yakni Jibril a.s. diturunkan dengan membawa Al-Qur’an.

Alladzī ya‘lamus sirra fis samāwāti wal ardl, innahū kāna ghafūran (oleh [Allah] yang mengetahui segala rahasia di langit dan bumi. Sesungguhnya Dia Maha Pengampun) kepada siapa pun di antara mereka yang bertobat.

Rahīmā (lagi Maha Penyayang”) kepada orang-orang yang wafat dalam keadaan bertobat.


BACA JUGA Kajian Tafsir Juz Ke-18 untuk ayat lainnya

Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur’an

  1. [13]Dan orang-orang kafir berkata, “(Al-Qur’an) ini tidak lain hanyalah kebohongan yang diada-adakan oleh dia (Muhammad), dibantu oleh orang-orang lain[14].” [15]Sungguh, mereka telah berbuat zalim dan dusta yang besar.

[13] Setelah Allah Subhaanahu wa Ta’aala menetapkan kebenaran tauhid dengan dalil yang qath’i (pasti) lagi jelas dan batilnya syirk (mengadakan tandingan bagi Allah), Dia menetapkan kebenaran risalah Nabi Muhammad ﷺ dan batilnya orang yang menolaknya dan menentangnya.

[14] Yang dimaksud dengan orang-orang yang lain itu adalah orang-orang Ahli Kitab.

[15] Allah membantah mereka dengan menerangkan, bahwa mereka telah bersikap sombong, zalim dan berdusta besar. Padahal mereka mengetahui pribadi orang yang membawanya, terkenal kejujurannya, amanahnya, dan akhlaknya yang mulia, dan lagi tidak mungkin bagi Beliau bahkan semua makhluk untuk mendatangkan Al-Qur’an yang isinya begitu agung, indah, dan bijaksana, bahkan terdapat berita-berita orang terdahulu yang benar, yang tidak diketahui kecuali oleh Allah Subhaanahu wa Ta’aala.

  1. Dan mereka berkata, “(Itu hanya) dongeng-dongeng orang-orang terdahulu[16], yang diminta agar dituliskan, lalu dibacakanlah dongeng itu kepadanya[17] setiap pagi dan petang[18].”

[16] Yang disampaikan dari mulut ke mulut dan disalin oleh Beliau.

[17] Agar Beliau hapal.

[18] Dalam ucapan mereka ini terdapat kesalahan besar dan menunjukkan kedustaan mereka:

  • Tuduhan mereka kepada Rasulullah ﷺ manusia yang paling baik dan paling jujur lisannya dengan tuduhan berdusta.
  • Perkataan mereka, bahwa Al-Qur’an adalah dusta dan buatan Nabi Muhammad ﷺ.
  • Perkataan mereka itu sesungguhnya menunjukkan bahwa mereka mengaku mampu mendatangkan yang seperti Al-Qur’an dan menyamakan antara ucapan makhluk yang memiliki kekurangan dari berbagai sisi dengan Al Khaaliq yang Mahasempurna dari berbagai sisi.
  • Kedaaan Rasulullah ﷺ telah mereka ketahui, yaitu bahwa Beliau tidak sanggup menulis.
  1. [19]Katakanlah (Muhammad), “(Al-Qur’an) itu diturunkan oleh (Allah) yang mengetahui rahasia[20] di langit dan di bumi[21]. Sungguh, Dia Maha Pengampun[22] lagi Maha Penyayang[23].”

[19] Allah Subhaanahu wa Ta’aala berfirman membantah mereka.

[20] Yakni hal gaib.

[21] Sisi tegaknya hujjah kepada mereka adalah, bahwa yang menurunkannya adalah Tuhan yang ilmu-Nya meliputi segala sesuatu, termasuk mengetahui pula orang yang membawa Al-Qur’an (Nabi Muhammad ﷺ) dan mengatakan bahwa ia turun dari sisi Allah. Jika memang Al-Qur’an bukan dari Allah, tentu Allah segera membinasakannya, namun kenyataannya Allah menguatkannya dan memenangkannya terhadap musuh-musuhnya. Di samping itu, disebutkan ilmu-Nya yang menyeluruh adalah untuk mengingatkan mereka dan mendorong mereka untuk mentadabburi Al-Qur’an, di mana jika mereka mau mentadaburinya, tentu mereka akan melihat di antara ilmu-Nya dan hukum-hukum-Nya yang menunjukkan bahwa Al-Qur’an turun dari Yang Maha Mengetahui yang gaib dan yang tampak.

Meskipun mereka mengingkari tauhid dan kerasulan Nabi Muhammad ﷺ, namun Allah bersikap lembut kepada mereka, Dia tidak segera menghukum mereka, bahkan mengajak mereka dengan lembut untuk bertobat dan kembali kepadanya, Dia berfirman di akhir ayat, “Sungguh, Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” Agar mereka tidak berputus asa.

[22] Sifat-Nya mengampuni bagi pelaku dosa dan maksiat apabila mereka mengerjakan sebab-sebab untuk diampuni, yaitu berhenti dari maksiat dan bertobat.

[23] Dia tidak segera menghukum mereka, padahal mereka telah melakukan perbuatan yang menghendaki untuk disiksa, Dia mengutus Rasul-Nya untuk kebaikan mereka, tetapi Rasul tersebut mereka sakiti baik dengan lisan maupun dengan perbuatan, bahkan Dia mengajak mereka bertobat dan siap menerima tobat mereka, menghapuskan kesalahan mereka dan menerima kebaikan mereka.

.

Tafsir Jalalain

  1. (Dan orang-orang kafir berkata, “Sesungguhnya ini) Al-Qur’an ini (tidak lain hanyalah kebohongan-kebohongan) yakni kedustaan (yang diada-adakan olehnya) oleh Muhammad sendiri (dan dia dibantu oleh kaum yang lain) yakni oleh sebagian dari orang-orang ahli kitab. Allah berfirman: (Maka sesungguhnya mereka telah berbuat suatu kelaliman dan dusta yang besar”) yakni kekafiran dan kedustaan.
  2. (Dan mereka berkata,) pula bahwa Al-Qur’an itu (“Dongengan-dongengan orang-orang dahulu) yakni kedustaan-kedustaan mereka. Lafal Asaathiir adalah bentuk jamak dari lafal Usthuurah (dimintanya supaya dituliskan) telah menukilnya dari kaum tersebut melalui orang lain (maka dibacakanlah dongengan itu kepadanya) supaya ia hafal (setiap pagi dan petang.”) Kemudian Allah berfirman menyanggah ucapan mereka:
  3. (Katakanlah! ” Al-Qur’an ini diturunkan oleh Allah yang mengetahui rahasia) hal-hal yang gaib (di langit dan di bumi. Sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun) kepada orang-orang yang beriman (lagi Maha Penyayang”) kepada mereka.

.

Tafsir Ibnu Katsir

Allah Swt. berfirman, menceritakan tentang kurangnya akal orang-orang yang bodoh dari kalangan orang-orang kafir sehubungan dengan pendapat mereka tentang Al-Qur’an. Seperti yang disebutkan oleh firman-Nya:

Al-Qur’an ini tiada lain hanyalah kebohongan yang diada-adakan oleh Muhammad. (Al-Furqan: 4)

Maksudnya, kebohongan yang dibuat-buat oleh Muhammad.

dan dibantu oleh kaum yang lain. (Al-Furqan: 4)

Yaitu dia dalam menghimpunnya meminta bantuan kepada kaum yang lain. Maka Allah menjawab mereka melalui firman-Nya:

maka sesungguhnya mereka telah berbuat suatu kezaliman dan dusta yang besar. (Al-Furqan: 4)

Artinya, sungguh mereka telah membuat-buat perkataan yang batil. Mereka mengetahui bahwa perkataannya itu batil, dan mereka menyadari akan kedustaan tuduhan yang mereka lancarkan itu.

Dan mereka berkata, “Dongengan-dongengan orang-orang dahulu, dimintanya supaya dituliskan.”(Al-Furqan: 5)

Yakni kitab-kitab orang-orang terdahulu, lalu dia meminta agar dibuat salinan untuknya.

“Maka dibacakanlah dongengan itu kepadanya setiap pagi dan petang.” (Al-Furqan: 5)

Yaitu setiap pagi dan sore. Ucapan mereka ini diketahui kebatilannya oleh semua orang karena ngaco, dusta, dan buat-buatan serta tidak ada buktinya. Karena sesungguhnya telah diketahui secara mutawatir dan pasti bahwa Muhammad Rasulullah ﷺ tidak pernah belajar menulis, baik di permulaan usianya maupun di akhirnya. Dia tumbuh di tengah-tengah mereka yang melancarkan tuduhan tersebut, sejak kelahirannya hingga Allah mengangkatnya sebagai utusan-Nya, yang memakan waktu empat puluh tahun. Mereka secara pasti mengetahui seluk-beluknya, kejujurannya, kebersihan dirinya, kebajikannya, sifat amanahnya, jauh dari dusta dan perbuatan lacur serta akhlak-akhlak yang rendah lainnya. Hingga mereka memberinya julukan Al-Amin sejak kecil sampai Allah mengangkatnya sebagai utusan, sebab mereka mengetahui kejujuran dan kebajikannya.

Tetapi setelah Allah memuliakannya dengan mengangkatnya sebagai seorang rasul, maka mulailah mereka melancarkan permusuhan terhadapnya dan melemparinya dengan tuduhan-tuduhan tersebut, yang diketahui oleh setiap orang yang berakal, bahwa beliau bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka. Mereka sendiri bingung dalam melancarkan tuduhannya, terkadang mereka dengan tuduhan dustanya menjulukinya sebagai seorang penyihir, terkadang mengatakannya sebagai seorang penyair, adakalanya mengatakannya sebagai seorang yang gila, adakalanya pula mengatakannya sebagai pendusta. Allah Swt. telah berfirman:

انْظُرْ كَيْفَ ضَرَبُوا لَكَ الأمْثَالَ فَضَلُّوا فَلا يَسْتَطِيعُونَ سَبِيلا

Lihatlah bagaimana mereka membuatperumpamaan-perumpamaan terhadapmu; karena itu mereka menjadi sesat dan tidak dapat lagi menemukan jalan (yang benar). (Al-Isra: 48)

Allah menjawab keingkaran dan kedustaan mereka melalui firman-Nya:

Katakanlah, “Al-Qur’an ini diturunkan oleh (Allah) yang mengetahui rahasia di langit dan di bumi. (Al-Furqan: 6), hingga akhir ayat.

Yakni Al-Qur’an yang mengandung kisah-kisah orang-orang terdahulu dan terkemudian dengan pemberitaan yang hak dan benar serta sesuai dengan kejadiannya yang di masa lalu maupun di masa mendatang, diturunkan oleh:

(Allah) yang mengetahui rahasia. (Al-Furqan: 6)

Yakni Allah mengetahui apa yang gaib di langit dan di bumi, dan mengetahui semua rahasia (hal-hal yang tersembunyi) sebagaimana pengetahuan Allah terhadap hal-hal yang nyata.

Firman Allah Swt.:

Sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Al-Furqan: 6)

Allah menyeru mereka untuk bertobat dan kembali kepada-Nya seraya memberitahukan kepada mereka bahwa rahmat Allah Maha Luas dan maaf-Nya Maha Besar. Selain dari itu orang yang bertobat kepada-Nya, Dia menerima tobatnya. Sekalipun mereka mendustakan rasul, melancarkan tuduhan-tuduhan yang bohong kepadanya, durhaka, kafir, dan ingkar serta segala ucapan mereka yang tidak layak terhadap Rasul dan Al-Qur’an, Allah masih tetap menyeru mereka untuk bertobat dan menghentikan perbuatan-perbuatan yang biasa mereka lakukan sebelumnya, dan Allah menyeru mereka untuk masuk Islam dan menempuh jalan petunjuk. Seperti yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam firman-Nya:

لَقَدْ كَفَرَ الَّذِينَ قَالُوا إِنَّ اللَّهَ ثَالِثُ ثَلاثَةٍ وَمَا مِنْ إِلَهٍ إِلا إِلَهٌ وَاحِدٌ وَإِنْ لَمْ يَنْتَهُوا عَمَّا يَقُولُونَ لَيَمَسَّنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ * أَفَلا يَتُوبُونَ إِلَى اللَّهِ وَيَسْتَغْفِرُونَهُ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ

Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan, “Bahwasanya Allah salah seorang dari yang tiga, “padahal sekali-kali tidak ada Tuhan selain dari Tuhan Yang Esa. Jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan itu, pasti orang-orang kafir di antara mereka akan ditimpa siksaan yang pedih. Maka mengapa mereka tidak bertobat kepada Allah dan memohon ampun kepada-Nya? Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Al-Maidah: 73-74)

Dan firman Allah Swt.:

إِنَّ الَّذِينَ فَتَنُوا الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ ثُمَّ لَمْ يَتُوبُوا فَلَهُمْ عَذَابُ جَهَنَّمَ وَلَهُمْ عَذَابُ الْحَرِيقِ

Sesungguhnya orang-orang yang mendatangkan cobaan kepada orang-orang yang mukmin laki-laki dan perempuan, kemudian mereka tidak bertobat, maka bagi mereka azab Jahannam dan bagi mereka azab (neraka) yang membakar. (Al-Buruj: 10)

Al-Hasan Al-Basri mengatakan bahwa perhatikanlah kemuliaan dan kedermawanan Allah ini, padahal mereka membunuh kekasih-kekasih-Nya, tetapi Dia masih menyeru mereka untuk bertobat dan beroleh rahmat.

Hanya Allah Yang Maha mengetahui dan segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.

 

Artikel SebelumnyaPengingkaran Jika Rasul Diutus dari Kalangan Manusia Biasa
Artikel SelanjutnyaMereka Sendiri Diciptakan