Akan Beriman Sebelum Kematiannya

Kajian Tafsir Surah An-Nisaa’ ayat 159

0
260

Kajian Tafsir Surah An-Nisaa’ ayat 159. Tidak ada seorang pun dari Ahli Kitab kecuali akan beriman kepadanya (Isa) sebelum kematiannya.  Allah Subhaanahu wa Ta’aala berfirman:

Firman Allah Subhaanahu wa Ta’aala :

وَإِنْ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ إِلا لَيُؤْمِنَنَّ بِهِ قَبْلَ مَوْتِهِ وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ يَكُونُ عَلَيْهِمْ شَهِيدًا

Tidak ada seorang pun dari Ahli Kitab kecuali akan beriman kepadanya (Isa) sebelum kematiannya. Dan di hari kiamat nanti Isa itu akan menjadi saksi terhadap mereka. (An-Nisaa’: 159)

Sebelumnya: Salah Satu di Antara Tanda-tanda Hari Kiamat 

Ibnu Jarir mengatakan bahwa ulama ahli takwil berselisih pendapat mengenai makna ayat ini. Sebagian dari mereka mengatakan bahwa firman-Nya yang mengatakan:

وَإِنْ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ إِلا لَيُؤْمِنَنَّ بِهِ يَعْنِي بِعِيسَى قَبْلَ مَوْتِهِ

Tidak ada seorang pun dari Ahli Kitab kecuali akan beriman kepadanya (Isa) sebelum kematiannya. (An-Nisaa’: 159)

Yakni sebelum kematian Isa. Dengan alasan bahwa semuanya percaya kepadanya apabila ia diturunkan untuk membunuh Dajjal. Maka semua agama menjadi satu, agama Islam yang hanif, yaitu agama Nabi Ibrahim ‘alaihis salam.

Pendapat orang-orang yang mengatakan demikian disebutkan oleh Ibnu Jarir, telah menceritakan kepada kami Basysyar, telah menceritakan kepada kami Abdur Rahman, dari Sufyan, dari Abu Husain, dari Sa’id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan firman-Nya:

وَإِنْ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ إِلا لَيُؤْمِنَنَّ بِهِ قَبْلَ مَوْتِهِ

Tidak ada seorang pun dari Ahli Kiiab kecuali akan beriman kepadanya (Isa) sebelum kematiannya. (An-Nisaa’: 159)

Yakni sebelum Isa ibnu Maryam ‘alaihis salam meninggal dunia. Al-Aufi telah meriwayatkan hal yang semisal dari Ibnu Abbas.

Abu Malik mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya:

إِلا لَيُؤْمِنَنَّ بِهِ قَبْلَ مَوْتِهِ

Kecuali akan beriman kepadanya  (Isa) sebelum kematiannya. (An-Nisaa’: 159)

Hal tersebut terjadi setelah Nabi Isa diturunkan; dan sebelum Nabi Isa ‘alaihis salam meninggal dunia, maka tiada seorang pun dari Ahli Kitab kecuali beriman kepadanya.

Ad-Dahhak meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan firman-Nya:

وَإِنْ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ إِلا لَيُؤْمِنَنَّ بِهِ قَبْلَ مَوْتِهِ

Tidak ada seorang pun dari Ahli Kitab kecuali akan beriman kepadanya (Isa) sebelum kematiannya. (An-Nisaa’: 159)

Yaitu orang-orang Yahudi secara khusus.

Menurut Al-Hasan Al-Basri, makna yang dimaksud ialah An-Najasyi dan sahabat-sahabatnya; keduanya diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim.

Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Ya’qub, telah menceritakan kepada kami Abu Raja, dari Al-Hasan sehubungan dengan firman-Nya:

وَإِنْ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ إِلا لَيُؤْمِنَنَّ بِهِ قَبْلَ مَوْتِهِ

Tidak ada seorang pun dari Ahli Kitab kecuali akan beriman kepadanya (Isa) sebelum kematiannya. (An-Nisaa’: 159)

Yakni sebelum isa meninggal dunia. Demi Allah, sesungguhnya dia sekarang masih hidup di sisi Allah; tetapi bila dia diturunkan, mereka (Ahli Kitab) semuanya beriman kepadanya.

Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Usman Allahiqi, telah menceritakan kepada kami Juwairiyah ibnu Basyir yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar seorang lelaki berkata kepada Al-Hasan, “Wahai Abu Sa’id, apakah yang dimaksud dengan firman berikut,” yaitu:

وَإِنْ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ إِلا لَيُؤْمِنَنَّ بِهِ قَبْلَ مَوْتِهِ

Tidak ada seorang pun dari Ahli Kitab kecuali akan beriman kepadanya (Isa) sebelum kematiannya. (An-Nisaa’: 159)

Al-Hasan menjawab, “Makna yang dimaksud ialah sebelum kematian Isa. Sesungguhnya Allah telah mengangkat Isa kepada-Nya, dan kelak Dia akan menurunkannya sebelum hari kiamat untuk menempati suatu kedudukan di mana semua orang yang bertakwa dan semua orang yang durhaka beriman kepadanya.” Hal yang sama dikatakan oleh Qatadah dan Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam serta lain-lainnya yang bukan hanya seorang. Pendapat inilah yang benar, seperti yang akan kami jelaskan nanti sesudah mengemukakan dalil yang akurat, insya Allah. Hanya kepada-Nyalah kita percaya dan berserah diri.

Ibnu Jarir mengatakan, sebagian ahli takwil yang lain mengatakan bahwa yang dimaksud dengan firman-Nya:

وَإِنْ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ إِلا لَيُؤْمِنَنَّ بِهِ

Tidak ada seorang pun dari Ahli Kitab kecuali akan beriman kepadanya. (An-Nisaa’: 159)

Maksudnya, beriman kepada Isa sebelum kematian Ahli Kitab yang bersangkutan, yakni bilamana dia telah menyaksikan perkara yang benar dan yang batil. Karena sesungguhnya setiap orang yang menghadapi kematiannya, sebelum itu rohnya masih belum keluar sehingga dijelaskan kepadanya antara perkara yang hak dan perkara yang batil dalam agamanya.

Ali ibnu Abu Talhah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna ayat ini, bahwa tidak sekali-kali orang Yahudi meninggal dunia melainkan terlebih dahulu ia beriman kepada Isa.

Telah menceritakan kepadaku Al-Musanna, telah menceritakan kepada kami Abu Huzaifah, telah menceritakan kepada kami Syibl, dari Ibnu Abu Nujaih, dari Mujahid sehubungan dengan Firman-Nya:

إِلا لَيُؤْمِنَنَّ بِهِ قَبْلَ مَوْتِهِ

Kecuali akan  beriman kepadanya  (Isa) sebelum  kematiannya. (An-Nisaa’: 159)

Semua Ahli Kitab pasti beriman kepada Isa sebelum ia mati, yakni sebelum Ahli Kitab yang bersangkutan meninggal dunia. Ibnu Abbas mengatakan, “Seandainya seorang Ahli Kitab dipenggal kepalanya, maka rohnya masih belum keluar sebelum ia beriman kepada Isa.”

Telah menceritakan kepada kami Ibnu Humaid, telah menceritakan kepada kami Abu Namilah Yahya ibnu Wadih, telah menceritakan kepada kami Husain ibnu Waqid, dari Yazid An-Nahwi, dari Ikri-mah, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa tidak sekali-kali seorang Yahudi mati kecuali sebelum itu ia bersaksi bahwa Isa adalah hamba dan utusan Allah, sekalipun senjata telah mengenainya.

Telah menceritakan kepadaku Ishaq ibnu Ibrahim dan Habib ibnu Syahid, telah menceritakan kepada kami Attab ibnu Basyir, dari Khasif, dari Sa’id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan firman-Nya:

وَإِنْ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ إِلا لَيُؤْمِنَنَّ بِهِ قَبْلَ مَوْتِهِ

Tidak ada seorang pun dari Ahli Kitab kecuali akan beriman kepadanya (Isa) sebelum kematiannya. (An-Nisaa’: 159)

Menurut qiraah Ubay,  قَبْلَ مَوْتِهِمْ makna ayat ialah sebelum kematian mereka. Tidak ada seorang Yahudi pun mati, melainkan ia pasti beriman terlebih dahulu kepada Isa. Lalu ditanyakan kepada Ibnu Abbas, “Bagaimanakah menurutmu jika dia terjatuh dari atas rumahnya?” Ibnu Abbas menjawab, “Dia pasti mengucapkannya di udara (yakni saat ia jatuh).” Lalu ada yang bertanya lagi, “Bagaimanakah menurutmu, jika seseorang dari mereka keburu ditebas batang lehernya?” Ibnu Abbas menjawab bahwa lisannya pasti berkomat-kamit mengucapkan hal itu.

Hal yang sama diriwayatkan oleh Sufyan As-Sauri, dari Khasif, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan firman-Nya:

وَإِنْ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ إِلا لَيُؤْمِنَنَّ بِهِ قَبْلَ مَوْتِهِ

Tidak ada seorang pun dari Ahli Kitab kecuali akan beriman kepadanya (Isa) sebelum kematiannya. (An-Nisaa’: 159)

Tidak ada seorang Yahudi pun yang mati kecuali sebelum itu ia beriman kepada Isa ‘alaihis salam Bila kepalanya dipenggal pun dia pasti mengucapkannya. Bila ia terjatuh dari ketinggian, dia pasti mengucapkannya ketika dia masih di udara dalam keadaan terjatuh.

Hal yang sama diriwayatkan oleh Abu Daud At-Tayalisi, dari Syu’bah, dari Abu Haam Al-Ganawi, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas. Semua sanad asar ini sahih sampai kepada Ibnu Abbas. Sahih pula dari Mujahid, Ikrimah, dan Muhammad ibnu Sirin. Pendapat yang sama dikatakan oleh Ad-Dahhak dan Juwaibir,

As-Saddi mengatakan bahwa hal ini telah diriwayatkan dari Ibnu Abbas serta dinukil dari qiraah Ubay ibnu Ka’b dengan bacaan قَبْلَ مَوْتِهِمْ (bukan قَبْلَ مَوْتِهِ) yang artinya sebelum mereka mati.

Abdur Razzaq meriwayatkan dari Israil, dari Furat Al-Qazzaz, dari Al-Hasan sehubungan dengan makna firman-Nya:

إِلا لَيُؤْمِنَنَّ بِهِ قَبْلَ مَوْتِهِ

Kecuali akan beriman kepadanya sebelum kematiannya.  (An-Nisaa’: 159)

Tidak ada seorang pun dari kalangan mereka (Ahli Kitab) mati, melainkan pasti beriman kepada Isa sebelum kematiannya. Tetapi penafsiran ini dapat diinterpretasikan bahwa yang dimaksud oleh Al-Hasan adalah seperti makna yang pertama tadi. Dapat pula diinterpretasikan bahwa makna yang dimaksud adalah seperti yang dikehendaki oleh mereka (yakni pada pendapat yang kedua).

Ibnu Jarir mengatakan bahwa ulama lainnya mengatakan, makna yang dimaksud ialah tidak ada seorang Ahli Kitab pun melainkan akan beriman kepada Nabi Muhammad ﷺ sebelum Ahli Kitab yang bersangkutan mati.

Pendapat orang yang mengatakan demikian disebut oleh Ibnu Jarir, telah menceritakan kepadaku Ibnul Musanna, telah menceritakan kepada kami Al-Hajaj ibnul Minhal, telah menceritakan kepada kami Hammad, dari Humaid yang mengatakan bahwa Ikrimah pernah mengatakan, “Tidaklah mati seorang Nasrani tidak pula seorang Yahudi melainkan ia beriman kepada Nabi Muhammad ﷺ sebelum dia mati.” Demikianlah makna yang dimaksud oleh Firman-Nya:

وَإِنْ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ إِلا لَيُؤْمِنَنَّ بِهِ قَبْلَ مَوْتِهِ

Tidak ada seorang pun dari Ahli Kitab kecuali akan beriman kepadanya (Nabi Muhammad) sebelum kematiannya. (An-Nisaa’: 159)

Kemudian Ibnu Jarir mengatakan bahwa pendapat yang paling sahih di antara semua pendapat di atas adalah pendapat yang pertama, yaitu pendapat yang mengatakan bahwa tidak ada seorang pun dari Ahli Kitab sesudah Isa ‘alaihis salam diturunkan kecuali ia beriman kepadanya sebelum Isa ‘alaihis salam meninggal dunia.

Tidak kita ragukan lagi bahwa apa yang dikatakan oleh Ibnu Jarir ini merupakan pendapat yang benar, karena maksud dan tujuan dari konteks ayat-ayat ini ialah menetapkan kebatilan apa yang didakwakan oleh orang-orang Yahudi tentang terbunuhnya Isa dan penyalibannya, serta sanggahan terhadap orang-orang yang percaya akan hal tersebut dari kalangan orang-orang Nasrani yang lemah akalnya.

Maka Allah Subhaanahu wa Ta’aala memberitahukan bahwa perkara yang sebenarnya tidaklah seperti dugaan mereka, melainkan orang yang diserupakan di mata mereka dengan Isa, lalu mereka membunuhnya, sedangkan mereka tidak mengetahui hal itu dengan jelas. Sesungguhnya Allah telah mengangkat Isa kepada-Nya dan kini ia masih dalam keadaan hidup, dan kelak di hari sebelum kiamat terjadi dia akan diturunkan ke bumi, seperti yang disebut oleh banyak hadits mutawalir yang akan kami jelaskan dalam waktu yang dekat, insya Allah. Kemudian Al-Masih setelah diturunkan ke bumi, membunuh Dajjal yang sesat; semua salib ia pecahkan, semua babi dibunuhnya, dan semua bentuk jizyah ia hilangkan. Yakni dia tidak mau menerimanya dari seorang pun dari kalangan pemeluk agama lain, bahkan tidak ada pilihan lain kecuali masuk Islam atau pedang. Maka ayat ini menceritakan bahwa kelak semua Ahli Kitab akan beriman kepadanya saat itu; dan tidak ada seorang pun dari mereka yang ketinggalan untuk percaya kepadanya. Hal ini disebutkan melalui firman-Nya:

وَإِنْ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ إِلا لَيُؤْمِنَنَّ بِهِ قَبْلَ مَوْتِهِ

Tidak ada seorang pun dari Ahli Kitab kecuali akan beriman kepadanya (Isa) sebelum kematiannya. (An-Nisaa’: 159)

Yakni sebelum Isa meninggal dunia, yang menurut dugaan orang-orang Yahudi dan para pendukungnya dari kalangan orang-orang Nasrani dikabarkan bahwa dia telah dibunuh dan disalib.

وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ يَكُونُ عَلَيْهِمْ شَهِيدًا

Dan di hari kiamat nanti Isa itu akan menjadi saksi terhadap mereka. (An-Nisaa’: 159)

Terhadap amal perbuatan mereka yang disaksikannya sebelum ia diangkat ke langit dan sesudah ia diturunkan ke bumi.

Mengenai orang yang menafsirkan ayat ini dengan pengertian berikut, bahwa setiap Ahli Kitab tidak mati kecuali terlebih dahulu beriman kepada Isa atau Muhammad ﷺ; memang demikianlah kenyataannya. Dikatakan demikian karena setiap orang itu di saat menjelang ajalnya ditampakkan dengan jelas kepadanya hal-hal yang tidak ia ketahui sebelumnya, lalu ia beriman kepadanya. Akan tetapi, iman tersebut bukanlah iman yang bermanfaat bagi dirinya karena dia telah menyaksikan malaikat maut. Seperti yang dinyatakan dalam ayat lain melalui firman-Nya:

وَلَيْسَتِ التَّوْبَةُ لِلَّذِينَ يَعْمَلُونَ السَّيِّئَاتِ حَتَّى إِذَا حَضَرَ أَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ إِنِّي تُبْتُ الآنَ

Dan tidaklah tobat itu diterima Allah dari orang-orang yang mengerjakan kejahatan (yang) hingga apabila datang ajal kepada seseorang di antara mereka, (barulah) ia mengatakan, “Sesungguhnya saya bertobat sekarang.” (An-Nisaa’: 18), hingga akhir ayat.

Dalam ayat yang lainnya disebutkan melalui firman-Nya:

فَلَمَّا رَأَوْا بَأْسَنَا قَالُوا آمَنَّا بِاللَّهِ وَحْدَهُ

Maka tatkala mereka melihat azab Kami, mereka berkata, “Kami beriman hanya kepada Allah saja.” (Al-Mu-min: 84), hingga ayat berikutnya.

Pengertian ini menunjukkan lemahnya apa yang dijadikan oleh Ibnu Jarir sebagai hujah untuk membantah pendapat ini. Karena dia mengatakan seandainya makna yang dimaksud dari ayat ini seperti keterangan di atas, niscaya setiap orang yang beriman kepada Nabi Muhammad ﷺ atau kepada Isa Al-Masih dari kalangan mereka yang kafir kepada keduanya dinilai sebagai pemeluk agamanya masing-masing. Dalam keadaan demikian, berarti harta peninggalannya tidak boleh diwarisi oleh kaum kerabatnya dari kalangan pemeluk agamanya semula. Karena Nabi ﷺ telah memberitakan bahwa dia telah beriman sebelum maut meregang nyawanya.

Pendapat seperti itu kurang mengena, karena keimanan orang yang dimaksud bukan dalam keadaan yang dapat memberikan manfaat kepadanya dan hal tersebut tidak menjadikannya sebagai seorang muslim. Anda telah membaca pendapat Ibnu Abbas di atas yang mengatakan bahwa seandainya dia terjatuh dari tempat yang tinggi atau dipancung lehernya dengan pedang atau diterkam binatang buas, maka sesungguhnya dia pasti akan beriman kepada Isa. Akan tetapi, iman dalam keadaan demikian tidak bermanfaat dan tidak dapat mengalihkan pelakunya dari kekafirannya, karena alasan yang telah kami sebutkan di atas.

Selanjutnya: Akhir Zaman Sebelum Kiamat 

Tetapi bagi orang yang merenungkan hal ini dengan baik dan memikirkannya dengan mendalam, niscaya akan jelas baginya, memang demikianlah kenyataannya, tetapi tidak mengharuskan bahwa makna ayat adalah seperti itu. Melainkan makna yang dimaksud dengan ayat ini adalah seperti yang telah kami sebutkan, yaitu menetapkan keberadaan Nabi Isa dan dia masih hidup di langit, kelak sebelum hari kiamat dia akan diturunkan untuk mendustakan orang-orang Yahudi dan orang-orang Nasrani yang berbeda pendapat mengenainya. Pendapat mereka saling bertentangan dan jauh dari kebenaran; orang-orang Yahudi keterlaluan dalam pendapatnya, sedangkan orang-orang Nasrani berlebih-lebihan. Orang-orang Yahudi melakukan tuduhan-tuduhan yang sangat berat terhadap Nabi Isa dan ibunya. Sedangkan orang-orang Nasrani terlalu berlebihan dalam menyanjungnya sehingga mendakwakan kepadanya hal-hal yang tidak pantas disandangnya; mereka mengangkatnya dari kedudukan kenabian menjadi tuhan. Maha Tinggi Allah Subhaanahu wa Ta’aala dari apa yang telah dikatakan oleh kedua golongan tersebut dengan ketinggian yang setinggi-tingginya, dan Maha Suci Allah dari hal tersebut, tidak ada Tuhan selain Dia.

Dikutif dari: Tafsir Ibnu Katsir

 

 

Artikel SebelumnyaAkhir Zaman Sebelum Kiamat
Artikel SelanjutnyaSalah Satu di Antara Tanda-tanda Hari Kiamat

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini