Ada Manusia Meminta Perlindungan kepada Jin

Tafsir Al-Qur’an: Surah Al-Jinn

0
935

Kajian Tafsir:  Surah Al-Jinn, ada beberapa orang laki-laki di antara manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki di antara jin, maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

وَأَنَّهُ كَانَ رِجَالٌ مِّنَ الْإِنسِ يَعُوذُونَ بِرِجَالٍ مِّنَ الْجِنِّ فَزَادُوهُمْ رَهَقاً -٦- وَأَنَّهُمْ ظَنُّوا كَمَا ظَنَنتُمْ أَن لَّن يَبْعَثَ اللَّهُ أَحَداً -٧

Dan bahwasanya ada beberapa orang laki-laki di antara manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki di antara jin, maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan. Dan sesungguhnya mereka (jin) menyangka sebagaimana persangkaan kamu (orang-orang kafir Mekah), bahwa Allah sekali-kali tidak akan membangkitkan seorang (rasul) pun.” (Q.S. Al-Jinn : 6-7)

.

Tafsir Ibnu Abbas

Wa annahū kāna rijālum minal iηsi ya‘ūdzūna (dan bahwasanya ada beberapa orang laki-laki dari kalangan manusia berlindung), yakni mencari perlindungan.

Bi rijālim minal jinni fa zādūhum (kepada beberapa laki-laki dari kalangan jin, maka mereka membuat jin-jin itu bertambah), yakni karena hal itu.

Rahaqā (dosa dan lalim), yakni sombong, takabur, fitnah, dan kerusakan. Hal ini sering terjadi apabila manusia mengadakan suatu perjalanan, perburuan, atau singgah di suatu lembah. Mereka merasa takut kepada bangsa jin, lalu mereka berkata, Kami berlindung kepada penguasa lembah ini dari gangguan kelompok dungu di antara kaumnya. Dengan cara seperti ini manusia merasa aman dari gangguan bangsa jin, namun membuat para pemuka jin bertambah sombong dan takabur terhadap kaum rendahan di antara mereka. Bangsa jin terdiri atas tiga jenis: satu jenis di angkasa, satu jenis turun-naik ke mana mereka mau, dan satu jenis lagi mirip anjing dan ular.

Wa annahum (dan bahwasanya mereka), yakni kaum kafir dari bangsa jin sebelum mereka beriman.

Zhannū (menyangka), yakni mengira.

Kamā zhanaηtum (sebagaimana persangkaan kalian), yakni sebagaimana perkiraan kalian, hai penduduk Mekah!

Al lay yab‘atsallāhu ahadā (bahwa Allah sama sekali tidak akan membangkitkan seorang pun) sesudah mati. Menurut satu pendapat, bahwa Allah sama sekali tidak akan mengirim seseorang pun sebagai rasul.


Di sini Link untuk Tafsir Al-Qur’an Juz Ke-29


Hidayatul Insan bi tafsiril Qur’an

  1. dan sesungguhnya ada beberapa orang laki-laki dari kalangan manusia yang meminta perlindungan[9] kepada beberapa laki-laki dari jin, tetapi mereka (jin) menjadikan mereka (manusia) bertambah sesat[10].

[9] Ada di antara orang-orang Arab apabila mereka melintasi tempat yang sunyi, maka mereka minta perlindungan kepada jin yang mereka anggap berkuasa di tempat itu.

[10] Atau bisa maksudnya bertambah takut. Dan bisa juga maksudnya, bahwa perbuatan yang dilakukan manusia itu membuat jin bertambah sombong dan melampaui batas karena melihat manusia menyembah dan meminta perlindungan kepada mereka.

  1. Dan sesungguhnya mereka (jin) mengira seperti kamu (orang musyrik Mekah) dan juga mengira bahwa Allah tidak akan membangkitkan kembali siapa pun (pada hari Kiamat)[11].

[11] Oleh karena mereka mengingkari kebangkitan, maka mereka berani berbuat syirk dan melampui batas.

.

Tafsir Jalalain

  1. (Dan bahwasanya ada beberapa orang laki-laki di antara manusia meminta perlindungan) memohon perlindungan (kepada beberapa laki-laki di antara jin) di dalam perjalanan mereka sewaktu mereka beristirahat di tempat yang menyeramkan, lalu masing-masing orang mengatakan, aku berlindung kepada penunggu tempat ini dari gangguan penunggu lainnya yang jahat (maka jin-jin itu menambah bagi mereka) dengan permintaan perlindungannya kepada jin-jin itu (dosa dan kesalahan) karena mereka mengatakan, bahwa kami telah dilindungi oleh jin anu dan orang anu.
  2. (Dan sesungguhnya mereka) yakni jin-jin itu (menyangka sebagaimana sangkaan kalian) hai manusia (bahwa) bentuk takhfif dari anna, asalnya annahu (Allah sekali-kali tidak akan membangkitkan seorang pun.) sesudah matinya.

.

Tafsir Ibnu Katsir

Firman Allah Swt.:

Dan bahwasanya ada beberapa orang laki-laki di antara manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki di antara jin, maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan. (Al-Jin: 6)

Yakni kami dahulu berpandangan bahwa diri kami lebih utama daripada manusia karena mereka sering meminta perlindungan kepada kami, bila mereka berada di sebuah lembah atau suatu tempat yang mengerikan seperti di hutan dan tempat-tempat lainnya yang angker. Sebagaimana yang sudah menjadi kebiasaan orang-orang Arab di masa Jahiliah mereka; mereka meminta perlindungan kepada pemimpin jin di tempat mereka beristirahat agar mereka tidak diganggu olehnya. Perihalnya sama dengan seseorang dari mereka bila memasuki kota musuh mereka di bawah jaminan perlindungan orang besar yang berpengaruh di kota tersebut. Ketikajin melihat bahwa manusia itu selalu meminta perlindungan kepada mereka karena takut kepada mereka, maka justru jin-jin itu makin membuatnya menjadi lebih takut, lebih ngeri, dan lebih kecut hatinya.

Dimaksudkan agar manusia itu tetap takut kepada mereka dan lebih banyak meminta perlindungan kepada mereka, sebagaimana yang dikatakan oleh Qatadah sehubungan dengan makna firman-Nya: maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan. (Al-Jin: 6) Yaitu makin menambah manusia berdosa, dan jin pun sebaliknya makin bertambah berani kepada manusia.

As-Sauri telah meriwayatkan dari Mansur, dari Ibrahim sehubungan dengan makna firman-Nya: maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan. (Al-Jin: 6) Artinya, jin makin bertambah berani kepada manusia.

As-Saddi mengatakan bahwa dahulu bila seseorang melakukan perjalanan bersama keluarganya, dan di suatu tempat ia turun istirahat, maka ia mengatakan, “Aku berlindung kepada pemimpin jin lembah ini agar aku jangan diganggu atau hartaku atau anakku atau ternakku.” Qatadah mengatakan bahwa apabila dia meminta perlindungan kepada jin selain dari Allah, maka jin makin menambah gangguannya kepada dia, dan membuatnya makin merasa takut.

Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Sa’id alias Yahya ibnu Sa’id Al-Qattan, telah menceritakan kepada kami Wahb ibnu Jarir, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Az-Zubair ibnul Kharit, dari Ikrimah yang mengatakan bahwa dahulu jin takut kepada manusia, sebagaimana sekarang manusia takut kepada jin, atau bahkan lebih parah dari itu. Dan tersebutlah bahwa pada mulanya apabila manusia turun istirahat di suatu tempat, maka jin yang menghuni tempat ini bubar melarikan diri. Tetapi pemimpin manusia mengatakan, “Kita meminta perlindungan kepada pemimpin jin penghuni lembah ini.” Maka jin berkata, “Kita lihat manusia takut kepada kita, sebagaimana kita juga takut kepada mereka.” Akhirnya jin mendekati manusia dan menimpakan kepada mereka penyakit kesurupan dan penyakit gila. Yang demikian itu disebutkan oleh firman-Nya:

Dan bahwasanya ada beberapa orang laki-laki di antara manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki di antara jin, maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan. (Al-Jin: 6)

Yakni dosa. Abul Aliyah dan Ar-Rabi’ serta Zaid ibnu Aslam telah mengatakan sehubungan dengan makna rahaqa, bahwa artinya takut.

Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman Allah Swt.: maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan. (Al-Jin: 6) Rahaqan artinya dosa. Hal yang sama dikatakan oleh Qatadah. Menurut Mujahid, rahaqan artinya kekufuran dan kedurhakaan.

Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Farwah ibnul Migra Al-Kindi, telah menceritakan kepada kami Al-Qasim ibnu Malik Al-Muzani, dari Abdur Rahman ibnu Ishaq, dari ayahnya, dari Kirdam ibnus Sa-ib Al-Ansari yang mengatakan bahwa ia keluar bersama ayahnya dari Madinah untuk suatu keperluan. Demikian itu terjadi di saat berita Rasulullah Saw. di Mekah tersiar. Maka malam hari memaksa kami untuk menginap di tempat seorang penggembala ternak kambing. Dan ketika tengah malam tiba, datanglah seekor serigala, lalu membawa lari seekor anak kambing, maka si penggembala melompat dan berkata, “Hai penghuni lembah ini, tolonglah aku!” Maka terdengariah suara seruan yang tidak kami lihat siapa dia, mengatakan, “Hai Sarhan (nama serigala itu), lepaskanlah anak kambing itu!” Maka anak kambing itu bergabung kembali dengan kumpulan ternak dengan berlari tanpa mengalami luka apa pun. Dan Allah Swt. menurunkan kepada Rasul-Nya di Mekah ayat berikut, yaitu firman-Nya: Dan bahwasanya ada beberapa orang laki-laki di antara manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki di antara jin, maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan. (Al-Jin: 6)

Kemudian Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah diriwayatkan dari Ubaid ibnu Umair, Mujahid, Abul Aliyah, Al-Hasan, Sa’id ibnu Jubair, dan Ibrahim An-Nakha’i hal yang semisal.

Barangkali serigala yang mengambil anak kambing itu adalah jelmaan jin untuk menakut-nakuti manusia agar manusia takut kepadanya, kemudian ia mengembalikan anak kambing itu ketika manusia meminta tolong dan memohon perlindungan kepadanya, hingga manusia itu menjadi sesat, dihinakan oleh jin dan mengeluarkannya dari agamanya; hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.

Firman Allah Swt.:

Dan sesungguhnya mereka (jin) menyangka sebagaimana persangkaan kamu (orang-orang kafir Mekah), bahwa Allah sekali-kali tidak akan membangkitkan seorang (rasul)pun. (Al-Jin: 7)

Yakni Allah tidak akan mengutus seorang rasul pun sesudah masa itu. Demikianiah menurut apa yang dikatakan oleh Al-Kalabi dan Ibnu Jarir.

Hanya Allah Yang Maha Mengetahui dan segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.

 

Artikel SebelumnyaKeadaan Jin yang Mencuri Berita dari Langit
Artikel SelanjutnyaSebagian Jin yang Mendengarkan Al-Qur’an