Beranda Tahu Hal Berita Wahyu Umat-umat Terdahulu

Umat-umat Terdahulu

Tafsir Al-Qur’an: Surah Al-Hijr ayat 10-15

0
milky way
milky way

Kajian Tafsir Surah Al-Hijr ayat 10-15. Bagaimana umat-umat terdahulu mengolok-olok para rasul mereka? gambaran kerasnya mereka dan sombongnya mereka dari iman. Allah Subhaanahu wa Ta’aala berfirman:

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا مِن قَبْلِكَ فِي شِيَعِ الأَوَّلِينَ -١٠- وَمَا يَأْتِيهِم مِّن رَّسُولٍ إِلاَّ كَانُواْ بِهِ يَسْتَهْزِئُونَ -١١- كَذَلِكَ نَسْلُكُهُ فِي قُلُوبِ الْمُجْرِمِينَ -١٢- لاَ يُؤْمِنُونَ بِهِ وَقَدْ خَلَتْ سُنَّةُ الأَوَّلِينَ -١٣- وَلَوْ فَتَحْنَا عَلَيْهِم بَاباً مِّنَ السَّمَاءِ فَظَلُّواْ فِيهِ يَعْرُجُونَ -١٤- لَقَالُواْ إِنَّمَا سُكِّرَتْ أَبْصَارُنَا بَلْ نَحْنُ قَوْمٌ مَّسْحُورُونَ -١٥

Dan sungguh, Kami telah mengutus (beberapa rasul) sebelum engkau (Muhammad) kepada umat-umat terdahulu. Dan setiap kali seorang rasul datang kepada mereka, mereka selalu memperolok-olokkannya. Demikianlah, Kami mamasukkannya (rasa ingkar dan olok-olok itu) ke dalam hati orang yang berdosa (orang-orang kafir), Mereka tidak beriman kepadanya (Al-Qur’an) padahal telah berlalu sunnatullah terhadap orang-orang terdahulu. Dan kalau Kami bukakan kepada mereka salah satu pintu langit, lalu mereka terus menerus naik ke atasnya, Tentulah mereka berkata, “Sesungguhnya pandangan kamilah yang dikaburkan, bahkan Kami adalah orang yang terkena sihir”. (Q.S. Al-Hijr : 10-15)

.

Tafsir Ibnu Abbas

Wa laqad arsalnā ming qablika (dan sungguh Kami telah mengutus sebelum kamu) rasul-rasul, hai Muhammad!

Fī syiyā‘il awwalīn (kepada umat-umat terdahulu), yakni kepada kaum-kaum terdahulu.

Wa mā ya’tīhim mir rasūlin (dan tiadalah seorang rasul pun datang kepada mereka), yakni seorang rasul yang diutus kepada mereka.

Illā kānū bihī yastahzi-ūn (melainkan mereka selalu memperolok-olokkannya), yakni mencemoohkan rasul-rasul itu.

Kadzālika (demikianlah), yakni seperti itulah.

Naslukuhū (Kami memasukkannya), yakni Kami membiarkan pendustaan.

Fī qulūbil mujrimīn (ke dalam hati orang-orang yang berdosa), yakni di dalam hati orang-orang musyrik.

Lā yu’minūna bihī (mereka tidak akan beriman kepadanya), yakni supaya mereka tidak beriman kepada Nabi Muhammad ﷺ, Al-Qur’an, dan turunnya azab kepada mereka.

Wa qad khalat (padahal sungguh telah berlalu), yakni telah lewat.

Sunnatul awwalīn (sejarah orang-orang dahulu), yakni sejarah orang-orang terdahulu yang mendustakan para rasul, sebagaimana kaummu mendustakan kamu. Telah berlalu pula Tindakan Allah Ta‘ala terhadap mereka dengan menimpakan azab dan kehancuran tatkala mereka mendustakan rasul-rasul.

Wa lau fatahnā ‘alaihim (dan seandainya Kami membukakan kepada mereka), yakni kepada penduduk Mekah.

Bābam minas samā-i (sebuah pintu dari langit) sehingga mereka bisa memasukinya.

Fa zhallū fīhi ya‘rujūn (lalu mereka terus-menerus naik ke atasnya), yakni mereka dapat turun-naik seperti halnya para malaikat.

La qālū (niscaya mereka berkata), yakni orang-orang kafir Mekah berkata.

Innamā sukkirat abshārunā (“Sesungguhnya pandangan kami telah dibuat kabur), yakni mata kami telah diambil.

Bal nahnu qaumum mas-hūrūn (bahkan kami adalah orang-orang yang terkena sihir”), yakni orang-orang yang akalnya telah dikuasai dan kami benar-benar telah disihir.


BACA JUGA Kajian Tafsir Al-Qur’an Juz Ke-14 untuk ayat lainnya

Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur’an

  1. Dan sungguh, Kami telah mengutus (beberapa rasul) sebelum engkau (Muhammad) kepada umat-umat terdahulu.
  2. [14]Dan setiap kali seorang rasul datang kepada mereka[15], mereka selalu memperolok-olokkannya

[14] Ayat ini merupakan hiburan bagi Nabi ﷺ.

[15] Mengajak mereka kepada kebenaran dan kepada petunjuk.

  1. Tentulah mereka berkata, “Sesungguhnya pandangan kamilah yang dikaburkan, bahkan Kami adalah orang yang terkena sihir”.
  2. Demikianlah, Kami mamasukkannya (rasa ingkar dan olok-olok itu) ke dalam hati orang yang berdosa (orang-orang kafir),
  3. Mereka tidak beriman kepadanya (Al-Qur’an[16]) padahal telah berlalu sunnatullah terhadap orang-orang terdahulu[17].

[16] Bisa juga diartikan, kepada Nabi ﷺ.

[17] Maksud sunnatullah di sini adalah membinasakan orang-orang yang mendustakan rasul.

  1. Dan kalau Kami bukakan kepada mereka salah satu pintu langit, lalu mereka terus menerus naik ke atasnya[18],

[18] Yakni meskipun datang kepada mereka ayat yang besar, mereka tidak akan beriman juga bahkan akan mengatakan bahwa mereka adalah orang-orang yang disihir. Oleh karena itu, mereka tidak bisa lagi diharapkan untuk beriman.

.

Tafsir Jalalain

  1. (Dan sesungguhnya Kami telah mengutus sebelum kamu) beberapa rasul (kepada umat-umat) golongan-golongan (terdahulu.)
  2. (Dan tidak) sekali-kali (datang seorang rasul pun kepada mereka melainkan mereka selalu memperolok-olokkannya) sebagaimana kaummu memperolok-olokkanmu. Ayat ini dimaksudkan untuk menghibur hati Nabi ﷺ.
  3. (Demikianlah Kami memasukkannya) artinya seperti itulah gambarannya bila Kami memasukkan ke dalam hati orang-orang kafir rasa ingkar dan memperolok-olokkan (ke dalam hati orang-orang yang berdosa) yaitu orang-orang kafir Mekah.
  4. (Mereka tidak beriman kepadanya) kepada Nabi ﷺ (dan sesungguhnya telah berlalu sunatullah terhadap orang-orang yang dahulu) artinya kebiasaan yang dilakukan oleh Allah swt. terhadap orang-orang yang tidak beriman, yaitu mengazab mereka disebabkan perbuatan dusta mereka terhadap nabi-nabi mereka. Orang-orang kafir Mekah pun akan mengalami hal yang serupa.
  5. (Dan seandainya Kami membukakan kepada mereka salah satu dari pintu-pintu langit, lalu mereka terus-menerus padanya) pada pintu tersebut (dalam keadaan naik) selalu naik.
  6. (Tentulah mereka berkata, “Sesungguhnya benar-benar telah dikaburkan) telah ditutup (pandangan kami bahkan kami adalah orang-orang yang kena sihir.”) seolah-olah tampak hal itu di mata kami secara ilusi.

.

Tafsir Ibnu Katsir

Allah Swt. menghibur hati Rasul-Nya di saat beliau menghadapi tantangan dari orang-orang yang mendustakannya dari kalangan orang-orang kafir Quraisy, bahwa Dia telah mengutus rasul-rasul-Nya di kalangan umat-umat terdahulu sebelumnya. Dan sesungguhnya tidak sekali-kali datang kepada suatu umat seorang rasul, melainkan mereka mendustakan dan mernperolok-olokkannya.

Kemudian Allah Swt. memberitahukan bahwa Dia telah memasukkan rasa ingkar ke dalam hati orang-orang yang berdosa, yaitu mereka yang ingkar dan menyombongkan dirinya, tidak mau mengikuti hidayah (petunjuk).

Anas dan Al-Hasan Al-Basri mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Demikianlah, Kami memasukkan (rasa ingkar dan memperolok-olokkan itu) ke dalam hati orang-orang yang berdosa. (Al-Hijr: 12) Makna yang dimaksud ialah kemusyrikan.

Firman Allah Swt.:

Dan sesungguhnya telah berlalu Sunnatullah terhadap orang-orang dahulu. (Al-Hijr: 13)

Artinya, telah diketahui apa yang diperbuat oleh Allah terhadap orang-orang yang mendustakan rasul-rasul-Nya, yaitu Dia membinasakan dan menghancurkan mereka: juga bagaimana Allah menyelamatkan para nabi dan para pengikutnya di dunia dan di akhirat.

Allah Swt. menceritakan perihal kuatnya kekafiran, keingkaran, dan kesombongan orang-orang kafir terhadap perkara yang hak. Bahwa seandainya dibukakan bagi mereka sebuah pintu ke langit, lalu mereka menaikinya, niscaya mereka tetap tidak akan mempercayainya, bahkan mereka akan mengatakan seperti yang disitir oleh firman-Nya:

Sesungguhnya pandangan kamilah yang dikaburkan. (Al-Hijr: 15)

Mujahid dan Ibnu Kasir serta Ad-Dahhak mengatakan bahwa makna ayat tersebut ialah ‘pandangan mata kamilah yang tertutup’.

Qatadah, dari Ibnu Abbas, menyebutkan bahwa pandangan mata kamilah yang dibutakan.

Menurut Al-Aufi, dari Ibnu Abbas, pandangan mata kami dikaburkan dan sesungguhnya kami terkena sihir.

Al-Kalbi mengatakan, mata kamilah yang dibutakan.

Ibnu Zaid mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: pandangan kamilah yang dikaburkan. (Al-Hijr: 15) As-sakran artinya orang yang tidak sadar akan akal sehatnya (yakni mabuk).

Hanya Allah Yang Maha mengetahui dan segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.

 

Exit mobile version