Beranda Tahu Hal Berita Wahyu Tidak Mampu Menghalangi

Tidak Mampu Menghalangi

Tafsir Al-Qur’an: Surah Hud ayat 20

0
sisa sisa badai
sisa sisa badai

Kajian Tafsir Surah Hud ayat 20. Menerangkan tentang orang-orang yang mengada-adakan suatu kebohongan terhadap Allah, orang yang tidak percaya adanya hari akhirat dan balasan untuk mereka; Mereka tidak mampu menghalangi siksaan Allah di bumi. Allah Subhaanahu wa Ta’aala berfirman:

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

  أُولَـئِكَ لَمْ يَكُونُواْ مُعْجِزِينَ فِي الأَرْضِ وَمَا كَانَ لَهُم مِّن دُونِ اللّهِ مِنْ أَوْلِيَاء يُضَاعَفُ لَهُمُ الْعَذَابُ مَا كَانُواْ يَسْتَطِيعُونَ السَّمْعَ وَمَا كَانُواْ يُبْصِرُونَ -٢٠

Mereka tidak mampu menghalangi siksaan Allah di bumi, dan tidak akan ada bagi mereka penolong selain Allah. Azab itu dilipatgandakan kepada mereka. Mereka tidak mampu mendengar (kebenaran) dan tidak dapat melihat(nya). (Q.S. Hud : 20)

.

Tafsir Ibnu Abbas

Ulā-ika lam yakūnū mu‘jizīna fil ardli (mereka tidak akan bisa selamat di bumi ini), yakni tidak akan luput dari azab Allah di bumi ini.

Wa mā kāna lahum miη dūnillāhi (dan sekali-kali tiadalah bagi mereka dari hadapan Allah), yakni dari azab Allah.

Min auliyā’ (pelindung) yang akan menjaga mereka.

Yudlā‘afu lahumul ‘adzāb (azab akan dilipatgandakan bagi mereka), yakni bagi para pemimpin.

Mā kānū yastathī‘ūnas sam‘a (mereka selalu tidak bisa mendengarkan), yakni tak bisa menyimak perkataan Nabi Muhammad ﷺ karena kebencian mereka kepadanya. Menurut pendapat yang lain, yakni karena mereka tidak bisa menyimak perkataan Nabi Muhammad ﷺ.

Wa mā kānū yubshirūn (dan tidaklah mereka mau melihat) Nabi Muhammad ﷺ karena kebencian kepadanya.


BACA JUGA: Tafsir Al-Qur’an Juz Ke-12 untuk ayat lainnya

Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur’an

  1. Mereka tidak mampu menghalangi siksaan Allah di bumi[17], dan tidak akan ada bagi mereka penolong selain Allah[18]. Azab itu dilipatgandakan kepada mereka[19]. Mereka tidak mampu mendengar (kebenaran) dan tidak dapat melihat(nya)[20].

[17] Karena mereka dalam genggaman-Nya dan dalam kekuasaan-Nya.

[18] Bahkan hubungan mereka dengan yang lain terputus.

[19] Karena mereka menyesatkan yang lain pula.

[20] Yang demikian karena begitu bencinya mereka kepada kebenaran seakan-akan mereka orang yang tuli dan buta.

.

Tafsir Jalalain

  1. (Orang-orang itu tidak mampu menghalang-halangi) Allah (di bumi ini dan sekali-kali tidak adalah bagi mereka selain Allah) selain-Nya (yang menolong mereka) maksudnya para penolong yang dapat mencegah azab Allah terhadap mereka. (Siksaan itu dilipatgandakan kepada mereka) karena mereka menyesatkan orang lain. (Mereka selalu tidak dapat mendengar) kebenaran (dan mereka selalu tidak melihat) kebenaran itu karena kebencian mereka yang sangat terhadap kebenaran itu sehingga digambarkan seolah-olah mereka tidak mampu untuk mendengar dan melihatnya.

.

Tafsir Ibnu Katsir

Firman Allah Subhaanahu wa Ta’aala:

Orang-orang itu tidak mampu menghalangi Allah untuk (mengazab mereka) di bumi ini, dan sekali-kali tidak adalah bagi mereka penolong selain Allah. (Hud: 20)

Bahkan mereka berada di bawah keperkasaan dan kekuatan Allah Subhaanahu wa Ta’aala serta berada di dalam genggaman kekuasaan-Nya. Dia Mahakuasa untuk melakukan pembalasan terhadap mereka di dunia ini sebelum di akhirat.

يُؤَخِّرُهُمْ لِيَوْمٍ تَشْخَصُ فِيهِ الأبْصَارُ

Sesungguhnya Allah memberi tangguh kepada mereka sampai hari yang pada waktu itu mata (mereka) terbelalak. (Ibrahim: 42)

Di dalam kitab Sahihain disebutkan hadits berikut:

إِنَّ اللَّهَ ليُملي لِلظَّالِمِ، حَتَّى إِذَا أخذَه لَمْ يُفْلته

Sesungguhnya Allah benar-benar mencatat (perbuatan) orang yang aniaya, hingga manakala Allah mengazabnya, maka ia tidak dapat menyelamatkan (dirinya).

Karena itulah Allah Subhaanahu wa Ta’aala berfirman:

يُضَاعَفُ لَهُمُ الْعَذَابُ

Siksaan itu dilipatgandakan kepada mereka. (Hud: 20), hingga akhir ayat.

Yakni dilipatgandakan azab-Nya terhadap mereka. Demikian itu karena Allah telah menjadikan bagi mereka pendengaran, penglihatan, dan hati; tetapi tiadalah bermanfaat bagi mereka pendengaran, penglihatan, dan hati mereka; bahkan mereka tuli, tidak mau mendengar perkara yang hak, buta, tidak mau mengikutinya, sebagaimana yang disebutkan oleh Allah Subhaanahu wa Ta’aala Allah menceritakan perihal mereka saat memasuki neraka:

وَقَالُوا لَوْ كُنَّا نَسْمَعُ أَوْ نَعْقِلُ مَا كُنَّا فِي أَصْحَابِ السَّعِيرِ

Dan mereka berkata, “Sekiranya kami mendengar atau memahami (peringatan itu), niscaya tidaklah kami bersama-sama dengan penghuni-penghuni neraka yang menyala-nyala.” (Al-Mulk: 10)

Demikian pula yang dinyatakan dalam firman Allah Subhaanahu wa Ta’aala berikut:

الَّذِينَ كَفَرُوا وَصَدُّوا عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ زِدْنَاهُمْ عَذَابًا فَوْقَ الْعَذَابِ بِمَا كَانُوا يُفْسِدُونَ

Orang-orang yang kafir dan menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah, Kami tambahkan kepada mereka siksaan di atas siksaan (An-Nahl: 88), hingga akhir ayat.

Karena itulah mereka selalu disiksa karena meninggalkan tiap-tiap perintah Allah dan karena mengerjakan tiap-tiap larangan-Nya. Menurut pendapat yang paling sahih, mereka terkena taklif terhadap semua cabang syariat baik yang berupa perintah maupun larangan bila dikaitkan dengan masalah akhirat.

Hanya Allah-lah Yang Maha mengetahui dan hanya bagi Allah-lah segala puji.

 

Exit mobile version