Beranda Cinta rasul Akhlak Sebaik-baik Nasehat Adalah Nasehat Allah

Sebaik-baik Nasehat Adalah Nasehat Allah

Tafsir Al-Qur’an: Surah An-Nuur ayat 16-18

0
anggur
anggur

Kajian Tafsir Surah An-Nuur ayat 16-18. Penjelasan tentang buruknya qadzaf dan menyebarkan berita dusta, menganjurkan agar berbaik prasangka. Sebaik-baik nasehat adalah nasehat Allah, oleh karena itu kita wajib menerima dan tunduk serta bersyukur kepada-Nya. Allah Subhaanahu wa Ta’aala berfirman:

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

وَلَوْلا إِذْ سَمِعْتُمُوهُ قُلْتُمْ مَا يَكُونُ لَنَا أَنْ نَتَكَلَّمَ بِهَذَا سُبْحَانَكَ هَذَا بُهْتَانٌ عَظِيمٌ (١٦) يَعِظُكُمُ اللَّهُ أَنْ تَعُودُوا لِمِثْلِهِ أَبَدًا إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ (١٧) وَيُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمُ الآيَاتِ وَاللَّهُ عَلِيمٌ حَكِيمٌ (١٨)

Dan mengapa kamu tidak berkata, ketika mendengarnya, “Tidak pantas bagi kita membicarakan ini. Maha Suci Engkau,  ini adalah kebohongan yang besar.” Allah menasehati kamu  agar (jangan) kembali mengulangi seperti itu  selama-lamanya, jika kamu orang beriman. Dan Allah menjelaskan ayat-ayat-(Nya) kepada kamu. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. (Q.S. An-Nuur : 16-18)

.

Tafsir Ibnu Abbas

Wa lau lā idz sami‘tumūhu (dan mengapa, ketika mendengar berita bohong itu), yakni tuduhan perzinaan antara ‘Aisyah dan Shafwan.

Qultum mā yakūnu lanā, (kalian tidak berkata, “Tidaklah sepantasnya kita), yakni “Kita tidak boleh.

An natakallama bi hādzā (memperbincangkan hal ini), yakni kebohongan ini.

Subhānaka hādzā buhtānum ‘azhīm (Maha Suci Engkau, ini adalah kebohongan yang besar”), yakni dusta yang besar.

Ya‘izhukumullāhu (Allah menasihati kalian), yakni Allah Ta‘ala memperingatkan dan melarang kalian.

Aη ta‘ūdu li mitslihī abadan ing kuηtum (supaya [tidak] kembali melakukan hal yang sama selamanya, jika kalian), yakni karena kalian.

Mu’minīn (adalah orang-orang yang beriman), yakni orang-orang yang membenarkan.

Wa yubayyinullāhu lakumul āyāt (dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada kalian) berupa perintah dan larangan.

Wallāhu ‘alīmun (dan Allah Maha Mengetahui) ucapan kalian.

Hakīm (lagi Maha Bijaksana) dalam menetapkan had untuk kalian.


BACA JUGA Kajian Tafsir Juz Ke-18 untuk ayat lainnya

Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur’an

  1. Dan mengapa kamu tidak berkata, ketika mendengarnya, “Tidak pantas bagi kita membicarakan ini. Maha Suci Engkau[16], ini adalah kebohongan yang besar.”

[16] Kalimat tasbih disunahkan diucapkan ketika keheranan (takjub). Maksud kalimat, “Maha Suci Engkau (ya Allah),” di sini adalah menyucikan Allah dari semua keburukan dan dari memberikan bala’ kepada hamba-hamba pilihan-Nya dengan menjadikan mereka mengerjakan perkara-perkara keji.

  1. Allah menasehati kamu[17] agar (jangan) kembali mengulangi seperti itu[18] selama-lamanya, jika kamu orang beriman[19].

[17] Sebaik-baik nasehat adalah nasehat Allah, oleh karena itu kita wajib menerima dan tunduk serta bersyukur kepada-Nya.

[18] Yaitu menuduh orang mukmin berbuat keji.

[19] Ayat ini menunjukkan, bahwa iman yang benar akan menghalangi pemiliknya dari mengerjakan perbuatan haram.

  1. Dan Allah menjelaskan ayat-ayat-(Nya)[20] kepada kamu. Dan Allah Maha Mengetahui[21] lagi Maha Bijaksana[22].

[20] Yang mengandung hukum-hukum, nasehat, larangan, targhib dan tarhib, dsb.

[21] Tentang apa yang perlu diperintahkan kepadamu dan tentang apa yang perlu dilarang kepadamu.

[22] Dalam perintah dan larangan itu. Dia menerangkan hikmah dari perintah dengan menerangkan kebaikan yang ada di dalamnya, dan menerangkan hikmah dari larangan itu dengan menerangkan keburukan yang menghendaki untuk ditinggalkan.

.

Tafsir Jalalain

  1. (Dan mengapa tidak, sewaktu) ketika (kalian mendengar berita bohong itu, kalian tidak mengatakan, “Sekali-kali tidaklah pantas) maksudnya tidak layak (bagi kita memperkatakan ini. Maha Suci Engkau) lafal Subhaanaka menunjukkan makna Ta’ajjub (ini adalah dusta) bohong (yang besar.”)
  2. (Allah memperingatkan kalian) yakni melarang kalian (agar jangan kembali memperbuat yang seperti itu selama-lamanya, jika kalian orang-orang yang beriman) yang mau mengambil pelajaran dari hal tersebut.
  3. (Dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada kalian) mengenai perintah dan larangan. (Dan Allah Maha Mengetahui) tentang apa yang Dia perintahkan dan apa yang Dia larang (lagi Maha Bijaksana) dalam hal ini.

.

Tafsir Ibnu Katsir

Hal ini merupakan pelajaran lainnya sesudah pelajaran yang pertama, yang intinya menganjurkan agar berbaik prasangka. Dengan kata lain, apabila disebutkan suatu hal yang tidak pantas menyangkut diri orang-orang baik, maka tindakan yang paling baik ialah janganlah mempunyai prasangka terhadap mereka kecuali prasangka yang baik. Janganlah pula mempunyai perasaan lain dalam dirinya; dan bila dalam dirinya terpaut sesuatu dari kecurigaan tersebut, maka janganlah ia membicarakannya, melainkan hanya simpanlah di dalam hati saja. Karena sesungguhnya Rasulullah ﷺ pernah bersabda:

إِنَّ اللَّهَ تَجَاوَزَ لِأُمَّتِي عَمَّا حدَّثت بِهِ أَنْفُسَهَا مَا لَمْ تَقُلْ أَوْ تَعْمَلْ

Sesungguhnya Allah Swt. memaaf umatku terhadap apa yang dibisikkan oleh hatinya, selagi ia tidak membicarakannya atau mengerjakannya.

Imam Bukhari dan Imam Muslim mengetengahkan hadis ini di dalam kitab Sahihain.

Firman Allah Swt.:

Dan mengapa kalian tidak berkata di waktu mendengar berita bohong itu, “Sekali-kali tidaklah pantas bagi kita memperkatakan ini.” (An-Nuur: 16)

Yakni tidaklah pantas bagi kita mempercakapkan hal ini, tidak pantas pula menceritakannya kepada orang lain.

Maha Suci Engkau ( Ya Tuhan kami), ini adalah dusta yang besar. (An-Nuur: 16)

Yaitu Maha Suci Allah, bila dikatakan hal ini terhadap istri Rasul-Nya yang paling dicintainya. Kemudian Allah Swt. berfirman:

Allah memperingatkan kalian agar (jangan) kembali memperbuat yang seperti itu selama-lamanya. (An-Nuur: 17)

Artinya, Allah melarang kalian seraya mengancam agar kalian jangan melakukan hal yang semisal di masa mendatang. Karena itulah maka disebutkan dalam firman berikutnya:’

jika kalian orang-orang yang beriman. (An-Nuur: 17)

Yakni jika kalian benar-benar orang-orang yang beriman kepada Allah dan syariat-Nya serta memuliakan Rasul-Nya. Adapun mengenai orang yang dicap sebagai orang kafir, maka ada ketentuan hukum lain terhadapnya.

Firman Allah Swt.:

dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada kalian. (An-Nur: 18)

Yaitu Dia menjelaskan kepada kalian hukum-hukum syariat dan hikmah-hikmah yang terkandung di dalam takdir.

Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. (An-Nuur: 18)

Artinya, Maha Mengetahui segala sesuatu yang bermaslahat bagi hamba-hamba-Nya, lagi Maha Bijaksana dalam menetapkan syariat dan takdir-Nya. Dan segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.

 

Exit mobile version