Beranda Cinta rasul Peristiwa Kisah Harut, Marut, dan Zahrah

Kisah Harut, Marut, dan Zahrah

Kajian Tafsir: Surah Al-Baqarah ayat 102

0
Juz 1: Surah Al-Fatihah & Al-Baqarah Ayat 1-141, Latin, Arti, dan Tafsir: Ibnu Abbas, Hidayatul Insan, Jalalain, Ibnu Katsir
Juz 1: Surah Al-Fatihah & Al-Baqarah Ayat 1-141, Latin, Arti, dan Tafsir: Ibnu Abbas, Hidayatul Insan, Jalalain, Ibnu Katsir

Tafsir Ibnu Katsir menjelaskan tentang kisah Harut, Marut, dan Zahrah. Zahrah adalah seorang wanita cantik dari Persia yang mengadukan masalahnya kepada Harut dan Marut.

Namun, keduanya merayunya untuk menyerahkan dirinya. Zahrah menolak kecuali jika mereka mengajarkan padanya suatu mantera yang memungkinkannya terbang ke langit. Setelah dia belajar dan melafalkannya, dia naik ke langit tetapi kemudian dikutuk oleh Allah menjadi sebuah bintang.

Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Al-Muganna, telah menceritakan kepada kami Al-Hajjaj, telah menceritakan kepada kami Hammad, dari Khalid Al-Haiia, dari Umair ibnu Sa’id yang menceritakan bahwa ia pernah mendengar Ali radiyallahu ‘anhu menceritakan atsar berikut:

Simak: Ayat Kursi, Pencerahan Jiwa dan Kehadiran Ilahi

.

Zahrah adalah seorang wanita cantik dari kalangan penduduk negeri Persia. Sesungguhnya ia perah mengadukan suatu perkara kepada dua malaikat, yaitu Harut dan Marut. Akan tetapi, Harut dan Marut merayunya agar mau menyerahkan diri kepada keduanya. Ia menolak ajakan tersebut, kecuali bila keduanya mengajarkan kepadanya suatu mantera yang bila dibacakan oleh seseorang, maka ia dapat terbang naik ke langit. Lalu keduanya mengajarkan mantera itu kepadanya, dan ia segera melapalkannya. Maka naiklah ia ke langit, tetapi setelah itu ia dikutuk (oleh Allah Subhaanahu wa Ta’aala) menjadi sebuah bintang (yaitu bintang Zahrah atau Venus).

Sanad riwayat ini semua perawinya berpredikat sigah, tetapi dinilai sangat garib (aneh).

Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Al-Fadl ibnu Syaian, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Isa, telah menceritakan kepada kami Ibrahim ibnu Musa, telah menceritakan kepada kami Mu’awiyah, dari Abu Khalid, dari Umair ibnu Sa’id, dari Ali radiyallahu ‘anhu yang mengatakan bahwa keduanya adalah malaikat dari langit. Yang dimaksud ialah takwil yang terkandung di dalam firman-Nya:

Dan apa yang diturunkan kepada dua malaikat. (Al-baqarah: 102)

Mar ini diriwayatkan pula oleh Al-Hafiz Abu Bakar ibnu Murdawaih di dalam kitab tafsirnya berikut sanadnya melalui dari maulanya (yaitu Ja’far ibnu Muhammad), dari ayahnya, dari kakeknya, dari Ali secara marfu’ . Hal ini pun tidak dapat menguatkan sanad hanya dari segi ini.

Kemudian Abu Bakar ibnu Murdawaih meriwayatkannya pula melalui dua jalur yang lain, dari Jabir, dari Abut Tufail, dari Ali radiyallahu ‘anhu yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda:

Semoga Allah melaknat Zahrah, karena sesungguhnya dialah yang memfitnah dua malaikat, yaitu Harut dan Marut.

Hadis ini pun tidak sahih, bahkan berpredikat munkar sekali.

Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Al-Musanna ibnu Ibrahim, telah menceritakan kepada kami Al-Hajjaj ibnu Minhal, telah menceritakan kepada kami Hammad, dari Ali ibnu Zaid, dari Abu Ugman An-Nandi, dari Ibnu Mas’ud dan Ibnu Abbas, bahwa keduanya pemah menceritakan agar berikut:

Ketika Bani Adam bertambah banyak jumlahnya dan mereka serring melakukan maksiat, maka para malaikat, bumi, dan gunung-gunung mendoakan kebinasaan bagi mereka, Wahai Tuhan kami, janganlah Engkau tangguhkan mereka. Maka Allah Subhaanahu wa Ta’aala berfirman kepada para malaikat, Sesungguhnya telah Aku lenyapkan dari hati kalian nafsu berahi dan setan, sedangkan di dalam hati mereka Aku jadikan nafsu berahi dan setan. Seandainya kalian menduduki tempat mereka, niscaya kalian pun akan melakukan hal yang sama. Maka dalam hati para malaikat terdetik kata-kata yang mengatakan, Seandainya mereka dicoba, niscaya mereka akan berteguh hati. Maka Allah berfirman kepada mereka, Pilihlah dua malaikat dari kalangan malaikat yang paling utama dari kalian. Lalu mereka memilih Harut dan Marut, kemudian keduanya diturunkan ke bumi.

Lalu Zahrah diturunkan dalam rupa seorang wanita cantik dari kalangan penduduk negeri Persia yang dikenal oleh mereka dengan sebutan Baitakhat. Akhimya kedua malaikat itu terjerumus ke dalam perbuatan yang berdosa. Pada mulanya malaikat selalu memohonkan ampunan buat orang-orang yang beriman saja (seraya mengucapkan):

Wahai Tuhan kami, rahmat dan ilmu Engkau meliputi segala sesuatu…, hingga akhir ayat, (Al-Mu-min: 7).

Akan tetapi, setelah kedua malaikat tersebut terjerumus ke dalam perbuatan dosa, maka mereka memohonkan ampun buat semua orang yang berada di muka bumi (seraya mengucapkan):

Ingatlah, bahwa sesungguhnya Allah, Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Asy-Syura: 5)

Lalu keduanya disuruh memilih antara azab di dunia dan azab di akhirat, maka keduanya memilih azab di dunia.

Ibnu Abu Hatim menceritakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Ja’far ArRuqi, telah menceritakan kepada kami Abdullah (yakni Ibnu Amr), dari Zaid ibnu Abu Anisah, dari Al-Minhal ibnu Amr dan Yunus ibnu Khabbab, dari Mujahid yang menceritakan atsar berikut:

Aku turun istirahat di rumah Abdullah ibnu Amr dalam suatu perjalananku. Ketika datang suatu malam, ia berkata kepada pelayannya, Lihatlah apakah bintang Hamra terbit? Tiada selamat datang dan tiada selamat terbit buatnya, dan semoga Allah tidak menghidupkannya lagi; dia adalah teman wanita dari dua malaikat.

Ibnu Umar melanjutkan kisahnya bahwa pada mulanya para malaikat berkata, Wahai Tuhan kami, mengapa Engkau biarkan saja orang-orang durhaka dari kalangan Bani Adam itu? Mereka gemar mengalirkan darah secara haram, mengerjakan hal-hal yang diharamkan oleh-Mu, dan membuat kerusakan di muka bumi. Allah Subhaanahu wa Ta’aala berfirman, Sesungguhnya Aku menimpakan cobaan terhadap mereka. Barangkali jika Aku timpakan kepada kalian cobaan yang sama seperti cobaan yang Kutimpakan kepada mereka, maka kalian pun akan mengerjakan seperti apa yang dilakukan mereka itu. Mereka menjawab, Tidak mungkin.

Allah Subhaanahu wa Ta’aala berfirman, Pilihlah oleh kalian dua malaikat yang terkemuka dari kalian. Maka mereka memilih Harut dan Marut. Allah Subhaanahu wa Ta’aala berfirman kepada keduanya, Sesungguhnya Aku akan menurunkan kamu berdua ke bumi dan mengadakan perjanjian dengan kamu, bahwa kamu tidak boleh musyrik, tidak boleh berzina, dan tidak boleh khianat. Kedua malaikat itu diturunkan ke bumi dan Allah memberinya nafsu syahwat, lalu Allah pun menurunkan Zahrah bersama keduanya dalam rupa seorang wanita yang paling cantik.

Zahrah menampilkan diri kepada keduanya, maka keduanya merayu Zahrah agar menyerahkan diri kepada keduanya. Tetapi Zahrah berkata, Sesungguhnya aku adalah pemeluk suatu agama yang melarang seseorang mendatangiku kecuali jika orang itu seagama denganku, Keduanya bertanya, Apakah agamamu? Zahrah menjawab, Majusi. Keduanya berkata, Agama musyrik. Ini adalah agama yang sama sekali tidak kami akui. Maka Zahrah pergi meninggalkan keduanya selama masa yang dikehendaki oleh Allah Subhaanahu wa Ta’aala.

Kemudian Zahrah menampakkan diri lagi kepada keduanya, lalu keduanya merayunya agar menyerahkan diri kepada keduanya, tetapi Zahrah menjawab, Aku mau menuruti kehendakmu berdua, hanya saja aku mempunyai suami dan aku tidak suka bila suamiku nanti mengetahui perbuatanku yang akibatnya rahasiaku akan terbongkar. Akan tetapi, jika kamu berdua berjanji kepadaku mau masuk agamaku dan mengajarkan kepadaku cara naik ke langit, niscaya aku akan memenuhi kemauanmu.

Keduanya memasuki agama wanita itu dan mendatanginya seperti apa yang dikehendaki oleh keduanya. Setelah itu keduanya membawa Zahrah naik ke langit. Tetapi setelah mereka sampai di langit, wanita itu diculik dari tangan keduanya, dan sayap keduanya dipotong hingga akhirnya keduanya terjatuh ke bumi dalam keadaan takut, menyesal, dan menangisi perbuatannya.

Pada masa itu di bumi terdapat seorang nabi yang selalu memanjatkan doa di antara dua Jumat; apabila datang hari Jumat berikutnya, maka doanya diperkenankan. Keduanya berkata Sebaiknya kita datang kepada si Fulan (nabi tersebut), lalu kita meminta kepadanya agar sudi memohonkan tobat buat kita. Keduanya datang kepada nabi itu, lalu si nabi berkata, Semoga Allah mengasihani kamu berdua, mana mungkin penduduk bumi memohonkan tobat buat penduduk langit? Keduanya berkata, Sesungguhnya kami telah tertimpa cobaan. Nabi berkata, Kalau demikian, datanglah kamu berdua pada hari Jumat. Pada hari Jumat keduanya datang kepada nabi itu, dan nabi berkata, Aku masih belum dikabulkan barang sedikit pun buat kamu berdua. Sebaiknya kamu datang lagi kepadaku pada hari Jumat berikutnya. Maka keduanya datang kepadanya pada Jumat berikutnya.

Nabi itu berkata, Kamu berdua harus memilih, karena sesungguhnya kamu disuruh memilih salah satu di antara dua altematif. Kamu boleh memilih selamat di dunia dan azab di akhirat. Atau jika kamu suka, boleh memilih azab di dunia, sedangkan di akhirat urusan kamu berdua berada di tangan kekuasaan Allah.

Tadarus: Juz 1: Meresapi Keagungan Al-Fatihah & Al-Baqarah

.

Salah satu dari keduanya berkata, Sesungguhnya masa yang dilalui oleh dunia hanya sebentar. Yang lain mengatakan, Celakalah kamu, sesungguhnya aku pada mulanya mau menuruti kemauanmu, sekarang kamu harus mau menuruti kemauanku. Sesungguhnya azab yang fana (azab di dunia) tidaklah seperti azab yang kekal (azab di akhirat). Malaikat pertama berkata, Sesungguhnya kita di hari kiamat nanti berada dalam tangan kekuasaan Allah, maka aku merasa takut bila Dia mengazab kita nantinya. Malaikat yang kedua menjawab, Tidak, sesungguhnya aku berharap Allah pasti mengetahui bahwa kita telah memilih azab di dunia karena takut azab akhirat, semoga saja Dia tidak menggabungkan keduanya pada kita.

Keduanya sepakat memilih azab di dunia, maka keduanya dijungkirkan dalam keadaan terikat oleh rantai besi ke dalam sebuah lubang yang bagian atas dan bagian bawahnya dipenuhi dengan api.

Sanad riwayat ini berpredikat jayyid (baik) sampai kepada Abdullah ibnu Umar. Dalam pembahasan terdahulu telah disebutkan predikat marfu’ pada riwayat Ibnu Jarir melalui hadis Mu’awiyah ibnu Saleh, dari Nafi’. Akan tetapi, sanad riwayat ini lebih kuat dan lebih sahih. Kemudian perlu diketahui bahwa riwayat Ibnu Umar bersumber dari Ka’b, seperti yang diterangkan dahulu pada riwayat Salim, dari ayahnya.

Hanya Allah Yang Maha mengetahui dan segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.

 

Halaman:     2        5        8

 

Exit mobile version