Beranda Tuntut ilmu Tafakur Alam Dia Menyingsingkan Pagi dan Menjadikan Malam untuk Beristirahat

Dia Menyingsingkan Pagi dan Menjadikan Malam untuk Beristirahat

Kajian Tafsir Surah Al-An'aam ayat 96

0
aurora borealis rumah dan bulan
aurora borealis rumah dan bulan

Kajian Tafsir Surah Al-An’aam ayat 96. Di antara dalil yang ada di alam semesta yang menunjukkan keesaan Allah Subhaanahu wa Ta’aala, kekuasaan-Nya dan karunia-Nya kepada hamba-hamba-Nya, serta perintah memikirkan makhluk ciptaan-Nya; Dia menyingsingkan pagi dan menjadikan malam untuk beristirahat. Allah Subhaanahu wa Ta’aala berfirman:

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

فَالِقُ الإصْبَاحِ وَجَعَلَ اللَّيْلَ سَكَنًا وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ حُسْبَانًا ذَلِكَ تَقْدِيرُ الْعَزِيزِ الْعَلِيمِ

Dia menyingsingkan pagi dan menjadikan malam untuk beristirahat, dan (menjadikan) matahari dan bulan untuk perhitungan. Itulah ketetapan Allah yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui. (Q.S. Al-An’aam : 96)

.

Tafsir Ibnu Abbas

Fāliqul ishbāhi ([Allah-lah] yang menyingsingkan pagi), yakni yang menciptakan subuh.

Wa ja‘alal laila sakanan (dan menjadikan malam untuk beristirahat), yakni waktu beristirahat bagi makhluk.

Wasy syamsa wal qamara (serta matahari dan bulan), yakni Dia menciptakan matahari dan bulan.

Husbānā (untuk perhitungan), yakni kedudukan matahari dan bulan bermanfaat untuk menetapkan perhitungan bulan. Menurut pendapat yang lain, matahari dan bulan tergantung di antara langit dan bumi, serta keduanya beredar pada orbitnya.

Dzālika taqdīrul ‘azīzi (itulah Ketentuan [Allah] Yang Maha Perkasa), yakni Pengaturan Allah Yang Maha Perkasa menimpakan siksaan kepada siapa saja yang enggan beriman.

Al-‘alīm (lagi Maha Mengetahui) tentang pengaturan yang Dia lakukan, Dia juga Mengetahui orang-orang yang beriman kepada-Nya serta orang-orang yang tidak beriman kepada-Nya.

BACA JUGA Kajian Tafsir Al-Qur’an Juz Ke-7 Lengkap 

Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur’an

  1. Dia menyingsingkan pagi[6] dan menjadikan malam untuk beristirahat, dan (menjadikan) matahari dan bulan untuk perhitungan[7]. Itulah ketetapan Allah yang Maha Perkasa[8] lagi Maha Mengetahui[9].

[6] Sehingga hari semakin terang, dan manusia dapat melakukan berbagai aktivitas.

[7] Ada pula yang mengartikan, bahwa matahari dan bulan beredar menurut perhitungan. Dengan matahari dan bulan dapat diketahui waktu, baik waktu beribadah maupun waktu bermu’amalah.

[8] Di mana dengan keperkasaan-Nya, semua makhluk tunduk kepada-Nya dan tidak berjalan melebihi batas yang Allah tetapkan.

[9] Ilmu-Nya meliputi yang nampak maupun yang tersembunyi, yang awal maupun yang akhir. Di antara dalil ‘aqli yang menunjukkan ilmu-Nya meliputi segala sesuatu adalah dengan diatur-Nya makhluk-makhluk yang besar dengan pengaturan yang indah, di mana hal ini membuat kita takjub karena begitu indahnya, begitu sempurnanya dan begitu sesuainya dengan maslahat dan hikmah.

 .

Tafsir Jalalain

  1. (Dia menyingsingkan pagi) mashdar yang bermakna isim yakni subuh atau pagi hari; artinya Allahlah yang menyingsingkan sinar pagi, yaitu cahaya yang tampak di permulaan pagi hari mengusir kegelapan malam hari (dan menjadikan malam untuk beristirahat) waktu semua makhluk beristirahat dari kepenatannya (dan menjadikan matahari dan bulan) dibaca nashab diathafkan kepada Lafal lail secara makna (untuk perhitungan) untuk ukuran perhitungan waktu; atau dengan tanpa huruf ba atau hisaaban, maka menjadi hal bagi Lafal yang tersimpan. Artinya matahari dan bulan itu beredar menurut perhitungannya sebagaimana yang dijelaskan dalam ayat surah Ar-Rahman. (Itulah) yang telah tersebut itu (ketentuan Allah Yang Maha Perkasa) di dalam kerajaan-Nya (lagi Maha Mengetahui) seluk-beluk makhluk-Nya.

.

Tafsir Ibnu Katsir

Firman Allah Subhaanahu wa Ta’aala:

Dia menyingsingkan pagi dan menjadikan malam untuk beristirahat. (Al-An’aam: 96)

Artinya, Dialah yang menciptakan cahaya dan kegelapan, seperti yang disebutkan di awal surat:

وَجَعَلَ الظُّلُمَاتِ وَالنُّورَ

Dan mengadakan gelap dan terang. (Al-An’aam: 1)

Yaitu Dia Yang Mahasuci menyingsingkan gelapnya malam hari pada pagi hari, sehingga alam menjadi terang, dan cakrawala tampak terang-benderang. Gelapnya malam hari hilang berangsur-angsur dan pergi membawa kegelapannya, lalu datanglah siang hari dengan sinarnya yang terang. Seperti yang disebutkan di dalam firman-Nya yang lain:

يُغْشِي اللَّيْلَ النَّهَارَ يَطْلُبُهُ حَثِيثًا

Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat. (Al-A’raf: 54)

Allah Subhaanahu wa Ta’aala menjelaskan kekuasaan-Nya dalam menciptakan berbagai macam hal yang bertentangan lagi berbeda-beda, semuanya itu menunjukkan kesempurnaan kebesaran yang dimiliki-Nya dan kebesaran kekuasaan-Nya. Untuk itu Allah Subhaanahu wa Ta’aala menyebutkan: Dia menyingsingkan pagi. (Al-An’aam: 96) Dan yang bertentangan dengan itu disebutkan oleh firman-Nya: dan menjadikan malam untuk beristirahat. (Al-An’aam: 96)

Yakni sunyi lagi gelap agar segala sesuatu dapat beristirahat padanya, seperti yang disebutkan di dalam firman-firman yang lain:

وَالضُّحَى وَاللَّيْلِ إِذَا سَجَى

Demi waktu matahari sepenggalan naik, dan demi malam apabila telah sunyi. (Adh-Dhuha: 1-2)

وَاللَّيْلِ إِذَا يَغْشَى * وَالنَّهَارِ إِذَا تَجَلَّى

Demi malam apabila menutupi (cahaya siang), dan siang apabila terang-benderang. (Al-Lail: 1-2)

وَالنَّهَارِ إِذَا جَلاهَا * وَاللَّيْلِ إِذَا يَغْشَاهَا

Dan siang apabila menampakkannya, dan malam apabila me¬nutupinya. (Asy-Syams: 3-4)

Suhaib Ar-Rumi berkata kepada istrinya yang baru saja mencelanya karena banyak begadang di malam hari, “Sesungguhnya Allah menjadikan malam hari untuk beristirahat, kecuali bagi Suhaib. Sesungguhnya Suhaib apabila ingat akan surga, maka rasa rindunya memanjang; dan apabila ingat akan neraka, maka terusirlah rasa kantuknya.”

Demikianlah menurut riwayat Ibnu Abu Hatim.

Firman Allah Subhaanahu wa Ta’aala:

Dan (menjadikan) matahari dan bulan untuk perhitungan. (Al-An’aam: 96)

Yakni keduanya beredar menurut perhitungan yang pasti rapi, tidak berubah dan tidak kacau, melainkan masing-masing dari keduanya mempunyai garis edar yang ditempuh oleh masing-masing dalam musim panas dan musim dinginnya. Sebagai akibat dari hal tersebut, maka berbeda-bedalah panjang dan pendek malam dan siang hari. Perihalnya sama dengan yang disebutkan di dalam ayat lain, yaitu firman-Nya:

هُوَ الَّذِي جَعَلَ الشَّمْسَ ضِيَاءً وَالْقَمَرَ نُورًا وَقَدَّرَهُ مَنَازِلَ

Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (garis-garis edar) bagi perjalanan bulan itu. (Yunus: 5), hingga akhir ayat.

لَا الشَّمْسُ يَنْبَغِي لَهَا أَنْ تُدْرِكَ الْقَمَرَ وَلا اللَّيْلُ سَابِقُ النَّهَارِ وَكُلٌّ فِي فَلَكٍ يَسْبَحُونَ

Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malam pun tidak dapat mendahului siang. Dan masing-masing beredar pada garis edarnya. (Yasin: 40)

وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ وَالنُّجُومَ مُسَخَّرَاتٍ بِأَمْرِهِ

Dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan, dan bintang-bintang; (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. (Al-A’raf: 54)

Adapun firman Allah Subhaanahu wa Ta’aala:

Itulah ketentuan Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui. (Al-An’aam: 96)

Artinya, semuanya beredar berdasarkan pengaturan dari Tuhan Yang Mahaperkasa, tanpa membangkang dan tanpa menentang, lagi Maha Mengetahui segala sesuatu. Maka tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi dari pengetahuan-Nya barang sebesar zarrah pun, baik yang ada di bumi maupun yang ada di langit. Dalam Al-Qur’an apabila Allah menyebutkan tentang penciptaan malam, siang, matahari, dan bulan sering kali diakhiri dengan penyebutan sifat perkasa dan sifat mengetahui, seperti yang terdapat dalam ayat ini (Al-An’aam: 96), juga ayat lain, yaitu:

وَآيَةٌ لَهُمُ اللَّيْلُ نَسْلَخُ مِنْهُ النَّهَارَ فَإِذَا هُمْ مُظْلِمُونَ * وَالشَّمْسُ تَجْرِي لِمُسْتَقَرٍّ لَهَا ذَلِكَ تَقْدِيرُ الْعَزِيزِ الْعَلِيمِ

Dan suatu tanda (kekuasaan Allah yang besar) bagi mereka adalah malam; Kami tanggalkan siang dari malam itu. maka dengan serta merta mereka berada dalam kegelapan, dan matahari berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah ketetapan Yang Mahaperkasa lagi Maha Mengetahui. (Yasin: 37-38)

BACA JUGA : Dialah yang Menjadikan Bintang-bintang Bagimu 

Demikian pula ketika Dia menyebutkan perihal penciptaan langit dan bumi serta segala sesuatu yang ada pada keduanya, yaitu pada permulaan surat Hamim Sajdah:

وَزَيَّنَّا السَّمَاءَ الدُّنْيَا بِمَصَابِيحَ وَحِفْظًا ذَلِكَ تَقْدِيرُ الْعَزِيزِ الْعَلِيمِ

Dan Kami hiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang yang cemerlang dan Kami memeliharanya dengan sebaik-baiknya. Demikianlah ketentuan Yang Mahaperkasa lagi Maha Mengetahui. (Fushshilat: 12)

Hanya Allah Yang Maha mengetahui dan segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.

TIDAK ADA KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Exit mobile version