Beranda Mengenal Allah Mengimani Allah Ayat 124 Surah Al-Baqarah, Dia Mengabulkan Doa Nabi Ibrahim

Ayat 124 Surah Al-Baqarah, Dia Mengabulkan Doa Nabi Ibrahim

Kajian Tafsir: Surah Al-Baqarah ayat 124

0
Juz 1: Surah Al-Fatihah & Al-Baqarah Ayat 1-141, Latin, Arti, dan Tafsir: Ibnu Abbas, Hidayatul Insan, Jalalain, Ibnu Katsir
Juz 1: Surah Al-Fatihah & Al-Baqarah Ayat 1-141, Latin, Arti, dan Tafsir: Ibnu Abbas, Hidayatul Insan, Jalalain, Ibnu Katsir

Ayat 124 Surah Al-Baqarah, menyiratkan bahwa Dia mengabulkan doa Nabi Ibrahim ‘alaihis salam, tetapi janji-Nya tidak berlaku bagi orang-orang yang zalim.

Firman-Nya:

وَاِذِ ابْتَلٰٓى اِبْرٰهٖمَ رَبُّهٗ بِكَلِمٰتٍ فَاَتَمَّهُنَّ ۗ قَالَ اِنِّيْ جَاعِلُكَ لِلنَّاسِ اِمَامًا ۗ قَالَ وَمِنْ ذُرِّيَّتِيْ ۗ قَالَ لَا يَنَالُ عَهْدِى الظّٰلِمِيْنَ

.

Tulisan Latin dan Arti Al-Baqarah Ayat 124

Mari kita simak keindahan surah Al-Baqarah ayat 124 dengan melihat teks dalam tulisan latin dan artinya.

Qāla (Dia berfirman).

Lā yanālu ‘ahdī (janji-Ku tidak akan sampai).

Azh-zhālimīn (kepada orang-orang yang zalim).

Simak: Surah Al-Baqarah Ayat 286: Merenungi Makna Doa Orang Mukmin

.

Tafsir Surah Al-Baqarah Ayat 124

Mari kita bersama-sama merenungkan makna apa yang tafsir sampaikan mengenai Surah Al-Baqarah ayat 124 ini.

.

Tafsir Ibnu Abbas

(Dia berfirman), yakni Allah Ta‘ala.

(janji-Ku tidak akan sampai), yakni janji-Ku, kemuliaan-Ku, dan rahmat-Ku kepadamu tidak akan sampai ….

(kepada orang-orang yang zalim) di antara keturunanmu. Menurut satu pendapat, Aku tidak akan menjadikan imam yang zalim di antara keturunanmu. Ada juga yang berpendapat, Janji-Ku hanya berlaku bagi orang-orang zalim di dunia saja, dan tidak di akhirat.

Simak: Ayat Kursi, Pencerahan Jiwa dan Kehadiran Ilahi

.

Tafsir Jalalain

(Firman-Nya, Janji-Ku ini tidak mencapai) untuk dijadikan imam.

(orang-orang yang aniaya) yakni orang-orang yang ingkar di antara mereka. Sebaliknya bagi orang yang tidak aniaya, tidak tertutup kemungkinan untuk diangkat sebagai imam.

.

Tafsir Ibnu Katsir

Mengenai makna firman-Nya:

Allah berfirman, Janji-Ku (ini) tidak mengenai orang yang zalim.(Al-Baqarah: 124)

Mereka berbeda pendapat dalam menakwilkannya. Khasif mengatakan dari Mujahid sehubungan dengan takwil firman-Nya:

Allah berfirman, Janji-Ku (ini) tidak mengenai orang yang zalim (Al-Baqarah: 124)

Kelak di antara anak cucu keturunanmu terdapat orang-orang yang zalim.

Ibnu Abu Nujaih mengatakan dari Mujahid sehubungan dengan takwil firman-Nya ini, bahwa Aku tidak akan mengangkat orang yang zalim menjadi imam-Ku. Menurut riwayat yang lain, Aku tidak akan menjadikan imam yang zalim sebagai orang yang diikuti.

Sufyan meriwayatkan dari Mansur, dari Mujahid sehubungan dengan takwil firman-Nya:

Allah berfirman, Janji-Ku (ini) tidak mengenai orang yang zalim. (Al-Baqarah: 124)

Maksudnya, imam yang zalim tidak akan menjadi orang yang diikuti.

Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Malik ibnu Ismail, telah menceritakan kepada kami Syarik, dari Mansur, dari Mujahid sehubungan dengan takwil firman-Nya:

(Dan saya mohon juga) dari keturunanku. (Al-Baqarah: 124)

Orang yang saleh dari kalangan mereka akan Aku jadikan sebagai imam yang diikuti; orang yang zalim dari kalangan mereka tidak Aku jadikan demikian, dan tiada nikmat baginya.

Sa’id ibnu Jubair mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya,

Janji-Ku (ini) tidak mengenai orang yang zalim (Al-Baqarah: 124).

Makna yang dimaksud ialah orang yang musyrik bukanlah imam yang zalim, yakni tidak akan ada imam yang musyrik.

Ibnu Juraij meriwayatkan dari Ata sehubungan dengan takwil firman-Nya:

Sesungguhnya Aku akan menjadikanmu imam bagi seluruh manusia. (Al-Baqarah: 124)

Lalu Ibrahim berkata, Dan aku memohon juga dari keturunanku menjadi imam. Maka Allah Subhaanahu wa Ta’aala menolak menjadikan imam yang zalim dari keturunannya. Aku (Ibnu Juraij) bertanya kepada Ata, Apakah yang dimaksud dengan al-‘andu? Ata menjawab, Perintah Allah.

Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Amr ibnu Saur Al-Qaisari dalam surah yang ditujukannya kepadaku, bahwa telah menceritakan kepada kami Al-Faryabi, telah menceritakan kepada kami Ismail, telah menceritakan kepada kami Samak ibnu Harb, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa Allah Subhaanahu wa Ta’aala berfirman kepada Nabi Ibrahim, Sesungguhnya Aku akan menjadikanmu imam bagi seluruh manusia. Ibrahim ‘alaihis salam menjawab, Dan aku mohon juga dari keturunanku. Pada mulanya Allah menolak, kemudian berfirman:

Janji-Ku (ini) tidak mengenai orang yang zalim. (Al-Baqarah: 124)

Muhammad ibnu Ishaq meriwayatkan dari Muhammad ibnu Abu Muhammad, dari Sa’id atau Ikrimah, dari Ibnu Abbas, sehubungan dengan takwil firman-Nya:

Ibrahim berkata, (Dan aku mohon juga) dari keturunanku. Allah berfirman, Janji-Ku (ini) tidak mengenai orang yang zalim. (Al-Baqarah: 124)

Ayat ini merupakan pemberitahuan kepadanya bahwa di antara keturunannya kelak akan ada orang yang zalim; dia tidak akan memperoleh janji ini, dan tidaklah layak bagi Allah menguasakan sesuatu pun dari perintah-Nya kepada orang yang zalim itu, sekalipun orang yang zalim itu berasal dari keturunannya. Hanya orang baik dari kalangan keturunannyalah yang akan memperoleh doa ini dan sampai kepadanya apa yang dimaksud dari doanya itu.

Al-Aufi meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya:

Janji-Ku (ini) tidak mengenai orang yang zalim. (Al-Baqarah: 124)

Tidak ada perintah bagimu untuk menaati (mendoakan) orang yang berbuat kezaliman dalam sepak terjangnya.

Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ishaq, telah menceritakan kepada kami Abdur Rahman ibnu Abdullah, dari Israil, dari Muslim A1-A’war, dari Mujahid, dari Ibnu Abbas radiyallahu ‘anhu sehubungan dengan takwil firman-Nya:

Janji-Ku (ini) tidak mengenai orang yang zalim. (Al-B aqarah: 124)

Yaitu tidak ada janji bagi orang-orang yang zalim. Jika engkau mengadakan perjanjian dengannya, maka batallah (rusaklah) perjanjian itu.

Hal yang semisal telah diriwayatkan dari Mujahid, Ata, dan Muqatil ibnu Hayyan. Ag-Sauri meriwayatkan dari Harun ibnu Antrah, dari ayahnya yang mengatakan bahwa bagi orang yang zalim tiadalah janji yang ditaati.

Abdur Razzaq mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ma’mar, dari Qatadah, tentang takwil firman-Nya:

Janji-Ku (ini) tidak mengenai orang-orang yang zalim. (Al-Baqarah: 124)

Janji Allah tidak akan mengenai orang-orang yang zalim kelak di akhirat. Adapun di dunia, adakalanya orang yang zalim mendapatkannya hingga ia beroleh keamanan, dapat makan dan hidup berkat janji tersebut.

Hal yang sama dikatakan oleh Ibrahim An-Nakha’i, Ata, Al-Hasan, dan Ikrimah. Ar-Rabi’ ibnu Anas mengatakan, janji Allah yang ditetapkan-Nya kepada hamba-hamba-Nya ialah agama-Nya. Allah Subhaanahu wa Ta’aala berfirman bahwa orang-orang yang zalim tidak berada pada jalan agama-Nya. Hal ini ditegaskan di dalam firman-Nya:

Kami limpahkan keberkatan atasnya dan alas Ishaq. Dan di antara anak cucunya ada yang berbuat baik dan ada (pula) yang zalim terhadap dirinya sendiri dengan nyata. (As-Saffat: 113)

Yakni tidak semua keturunanmu, hai Ibrahim, berada pada jalan kebenaran.

Tadarus: Juz 1: Meresapi Keagungan Al-Fatihah & Al-Baqarah

.

Hal yang sama diriwayatkan dari Abul Aliyah, Ata, Muqatil, dan Ibnu Hayyan. Juwaibir meriwayatkan dari Dahhak, bahwa tidak memperoleh ketaatan kepada-Ku orang yang menjadi musuh-Ku, yaitu orang yang durhaka kepada-Ku; dan Aku tidak akan mengenakannya kecuali hanya kepada seorang kekasih yang taat kepada-Ku.

Al-Hafiz Abu Bakar ibnu Murdawaih mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdur Rahman ibnu Muhammad ibnu Hamid, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Abdullah ibnu Sa’id Ad-Damgani, telah menceritakan kepada kami Waki’, dari AlA’masy, dari Sa’id ibnu Ubaidah, dari Abu Abdur Rahman As-Sulami, dari Ali ibnu Abu Talib, dari Nabi ﷺ yang bersabda sehubungan dengan makna firman-Nya:

Janji-Ku (ini) tidak mengenai orang yang zalim. (Al-Baqarah:124)

Bahwa makna yang dimaksud ialah:

Tidak ada ketaatan kecuali dalam kemakrufan (kebajikan). As-Saddi mengatakan sehubungan dengan firman-Nya:

Janji-Ku (ini) tidak mengenai orang-orang yang zalim. (Al-Baqarah: 124)

Yang dimaksud dengan ahdi ialah kenabian-Ku.

Demikianlah pendapat Mufassirin Salaf mengenai ayat ini menurut apa yang telah dinukil oleh Ibnu Jarir dan Ibnu Abu Hatim. Ibnu Jarir memilih pendapat yang mengatakan bahwa ayat ini sekalipun makna lahiriahnya menunjukkan tidak akan memperoleh janji Allah, yakni kedudukan imam, seorang yang zalim, tetapi di dalamnya terkandung pemberitahuan dari Allah Subhaanahu wa Ta’aala kepada Nabi Ibrahim kekasih-Nya; kelak akan dijumpai di kalangan keturunanmu orang-orang yang menganiaya dirinya sendiri, seperti yang telah disebutkan terdahulu dari Mujahid dan lain-lainnya.

Ibnu Khuwaiz Mindad Al-Maliki mengatakan, orang yang zalim tidak layak menjadi khalifah, hakim, mufti, saksi, tidak layak pula sebagai perawi.

Hanya Allah Yang Maha mengetahui dan segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.

Selanjutnya, mari kita terus memperdalam pemahaman kita terhadap ajaran Al-Qur’an dengan merenungkan Surah Al-Baqarah Ayat 125 bersama kami di kecilnyaaku.com.

 

Halaman:      3   4

 

Exit mobile version