Beranda Catatanku Anak yang Sopan, Jujur dan Taat

Anak yang Sopan, Jujur dan Taat

0
Peran Kurikulum Memahami Garis Besar Kurikulum Merdeka Rumusan Kompetensi Inti (KI) IPA IPS Matematika PKN PJOK PAI dan Budi Pekerti Agama Kristen Hindu Budha sejarah B.inggris Seni Kerajinan Rekayasa Geometri Sejarah Bahasa Indonesia Antropologi SD/MI SMP/MTs. SMA/MA Kutipan Perencanaan Belajar Kata Kerja Operasional Lingkup Materi Quiz Telaah Komponen
Peran Kurikulum Memahami Garis Besar Kurikulum Merdeka Rumusan Kompetensi Inti (KI) IPA IPS Matematika PKN PJOK PAI dan Budi Pekerti Agama Kristen Hindu Budha sejarah B.inggris Seni Kerajinan Rekayasa Geometri Sejarah Bahasa Indonesia Antropologi SD/MI SMP/MTs. SMA/MA Kutipan Perencanaan Belajar Kata Kerja Operasional Lingkup Materi Quiz Telaah Komponen

Berikut ini adalah Kisah tentang Anak yang Sopan, Jujur dan Taat, yang dapat dijadikan teladan dalam kehidupan. Kisah-kisah ini diceritakan oleh Umar Baradja dalam kitab Akhlaqul Banein.

 Anak yang Bersikap Sopan Sejak Kecilnya

Ahmad adalah seorang anak yang masih kecil, tetapi ia bersikap sopan santun. Karena itu ia dicintai ayahnya. Ia juga suka bertanya tentang segala sesuatu yang tidak dipahaminya.

Pada suatu hari ia bertamasya dengan ayahnya di sebuah kebun. Maka ia melihat sebatang pohon mawar yang indah, tetapi bengkok. Ahmad berkata : “Alangkah indahnya pohon ini. Akan tetapi, wahai ayahku, mengapa ia bengkok?” Ayahnya menjawab. “Karena tukang kebun tidak memperhatikan untuk meluruskannya sejak kecil, maka ia pun menjadi bengkok.” Ahmad berkata, “Lebih baik kita meluruskannya sekarang.” Ayahnya tertawa dan berkata kepadanya, “Hal itu tidak mungkin wahai anakku, karena ia telah besar dan tebal batangnya.”

Begitu pula anak yang tidak bersikap sopan sejak kecinya, tidak mungkin ia didik ketika sudah besar.

 

Anak yang Jujur

Muhammad adalah seorang anak yang jujur. Ia takut kepada Allah dan mematuhi perintah-Nya.

Pada suatu hari saudara perempuannya Su’ud berkata kepadanya. “Hai saudaraku, ayah kita telah keluar dari rumah. Mari kita membuka lemari makanan untuk memakan makanan-makanan yang lezat. Ayah kita tidak melihat kita.

Muhammad menjawab, “Benar saudariku. Ayah tidak melihat kita, tetapi tidakkah engkau ketahui bahwa Allah melihat kita.

Waspadalah terhadap perbuatan buruk seperti ini, karena seandainya engkau mengambil sesuatu tanpa kerelaan ayahmu, maka Allah akan marah kepadamu dan akan menghukummu.”

Maka Su’ud pun merasa takut dan malu atas niatnya yang buruk itu. Ia pun berkata, “Perkatanmu benar, wahai saudaraku. Aku ucapkan banyak terima kasih kepadamua atas nasihat yang baik ini.”

Baca juga:

Kisah-kisah Teladan Sebagai Bekal Kehidupan

Cara Memperkuat Penerimaan Daya Ingat

Cara Memperkuat Hafalan dan Menghindari Lupa

Anak yang Taat

Hasan adalah seorang anak yang patuh. Ia selalu mengerjakan shalat lima waktu setiap hari tepat pada waktunya. Ia selalu hadir di sekolah, membaca Al-Quran, mempelajari pelajaran-pelajaran di rumah. Oleh karena itu, ia pun dicintai oleh ayah dan ibu serta guru-gurunyanya dan semua orang.

Jika akan tidur ia sudah terbiasa menyebut nama Allah dan bersyukur, karena Allah menjaganya sepanjang hari dari bencana dan gangguan. Kemudian, “dengan nama-Mu, ya Allah aku hidup dan aku mati.” Apabila bagun dari tidurnyanya, ia bersyukur kapada Allah atas kenikmatan tidur. Ia pun mengucapkan, “Segala puji bagi Allah yang menghidupkan kami setelah dia mematikan kami dan kepada-Nya kami bangkitkan.”

Termasuk kebiasaannya pula, apabila hendak makan ia lebih dulu mengucapkan, “dengan nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang.” Apabila telah selesai makan, ia bersyukur kepada Allah atas nukmat-Nya makan, karena ia mengetahui bahwa Allah yang mengadakan makanan baginya. Ia mengucapkan, “Segala puji bagi Allah yang memberi aku makanan ini, dan diberi-Nya rezeki kepadaku tanpa daya maupun kekuatan dariku.”

Alangkah bahagianya anak yang taat ini. Ia diridhai Allah, dan Allah akan memasukannya ke dalam surga.

 

Anak yang Suka Mengganggu

Salah seorang kaya mempunyai anak yang buruk kelakuannya. Ia suka membanggakan dirinya, gemar mengganggu orang lain, terutama pelayan. Ayahnya sering menasihatinya, tetapi ia tidak mau mendengarkan nasihatnya.

Pada suatu hari, ayahnya berkata kepadanya, “Dengarlah wahai anakku, sebagaimana engkau tidak suka diganggu orang lain, maka janganlah engkau mengganggu orang lain. Karena mengganggu orang lain adalah kelakuan yang sangat buruk dan menunjukan pendidikan yang buruk. Hati-hatilah agar tidak menghina pelayan dan tidak bersikap sombong terhadap mereka. Mereka adalah manusia seperti kita juga dan mempunyai perasaan seperti perasaan kita juga.”

Ketika anak itu mendengar nasihat ayahnya pada kali ini, ia pun sangat terkesan dan bertaubat atas kebiasaannya yang buruk. Dan jadilah ia anak yang baik akhlaknya, kasihan kepada para pelayan serta tidak mengganggu mereka.

Demikian, semoga bermanfaat.

TIDAK ADA KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Exit mobile version