Napak Tilas: Ziarah ke Gua Hira

0
1158

Napak Tilas: Ziarah ke Gua Hira – Allah Subhaanahu wa Ta’aala berfirman:

اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ -١- خَلَقَ الْإِنسَانَ مِنْ عَلَقٍ -٢- اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ -٣- الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ -٤- عَلَّمَ الْإِنسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ -٥

Ayat-ayat ini selalu terngiang dalam pikiran saya saat melaksanakan ziarah ke Gua Hira pada awal Oktober 2015. Saya melantunkan kalam ini berulang kali, merasakan keindahan dan keagungannya. Rasulullah saw., manusia biasa seperti kita, seorang yang ummi, tidak bisa membaca dan menulis. Ketika diperintahkan membaca oleh Malaikat Jibril, Rasul menjawab, “Maa ana biqoriin” (Saya tidak bisa membaca). Ketika didesak untuk ketiga kalinya, “Iqro/bacalah,” barulah Rasulullah membacakan wahyu pertama itu.

Peristiwa ini memberikan inspirasi bahwa sebagai hamba-Nya, kita harus selalu mengisi pikiran dengan sebutan Nama Tuhan yang telah menciptakan kita. Kita harus membaca diri kita, lingkungan sekitar kita, dan seluruh semesta. Keberadaan segala sesuatu adalah gambaran adanya Sang Pencipta.

Baca juga:

Hari Pertama di Mesjidil Haram

Mengenang Mina Tahun 2015

Surah Al-Fatihah, Pembukaan yang Membawa Cahaya

Subhanallah, mendaki Gua Hira menyegarkan jiwa dan raga saya. Melalui sebagian jejak-jejak perjuangan Rasulullah yang begitu berat, saya merasakan betapa luar biasanya perjuangan Siti Khadijah yang mengantarkan makanan untuk Rasulullah. Alhamdulillah, saya diberi kesempatan untuk napak tilas sebagian kecil perjuangan tersebut, lebih menggembirakan lagi karena saya melakukannya bersama istri tercinta.

Dari puncak Gua Hira, saya memperhatikan karya ilahi. Matahari terbit melukis langit sebagai kanvasnya, dengan warna-warna yang tak tertandingi keindahannya. Dari detik ke detik, dari menit ke menit, warna-warna lukisan terus berubah memancarkan berbagai dimensi ruang dan waktu. Keindahan ini mengingatkan saya akan kebesaran Allah dan betapa kecilnya kita di hadapan-Nya.

Di puncak Gua Hira, tergambarkan masyarakat Islami yang dicita-citakan Rasulullah. Ummati, ummati. Umatku, umatku. Pesan Rasulullah ini mengingatkan kita akan pentingnya persatuan dan kesatuan umat Islam, serta betapa besar cinta dan perhatian beliau kepada kita sebagai umatnya.

Saat berdiri di tempat yang penuh sejarah ini, saya merenung tentang pengorbanan dan perjuangan Rasulullah untuk menyebarkan ajaran Islam. Perjuangan yang penuh dengan tantangan, namun dilakukan dengan penuh kesabaran dan keikhlasan. Mengingat semua ini, saya merasa terdorong untuk meningkatkan kualitas ibadah dan pengabdian saya kepada Allah.

Semoga kisah ini bermanfaat dan menginspirasi. Semoga kita semua dapat mengambil hikmah dari perjalanan ini dan semakin mendekatkan diri kepada Allah. Aamiin.

 

Artikel SebelumnyaIndahnya Hotel Al-Tayseer Jarwal
Artikel SelanjutnyaPuisi Guru dan Sebuah Harapan

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini